Share

Kematian Tragisku Menyadarkan Kakakku
Kematian Tragisku Menyadarkan Kakakku
Author: Banana

Bab 1

Author: Banana
Setelah aku meninggal, anehnya arwahku belum hilang dan masih bergentayangan di dunia manusia.

Aku menyaksikan satu per satu potongan tubuhku ditemukan di tong sampah dan sungai. Pemandangan ini menggemparkan seisi kota.

Saking besarnya dampaknya, para petinggi meminta kakakku, seorang detektif untuk melakukan penyelidikan secara menyeluruh.

Aku merasa agak bersaalah. Karena aku menyadari bahwa diriku menimbulkan masalah pada kakakku lagi. Pada saat yang sama, sekujur tubuhku gemetaran.

Melihat potongan-potongan tubuh itu, kakakku mengerutkan keningnya.

"Apa ada informasi mengenai korban? Apa sudah dipastikan waktu kematiannya?" tanya kakakku dengan cemas.

Direktur Josh yang menawarkan diri untuk menangani kasus ini mengusap dahinya dengan lelah sambil menjawab, "Berdasarkan analisis awal, korban adalah seorang wanita berusia 20 sampai 22 tahun. Diperkirakan sudah meninggal lebih dari 48 jam."

"Jasad korban rusak parah. Saat ini, belum ditemukan informasi yang berguna. Hasil tes DNA paling cepat akan keluar dalam dua hari."

Direktur Josh lanjut berkata, "Selain itu, korban disiksa dengan kejam sebelum meninggal. Biar korban nggak bisa melawan, pembunuh memotong anggota tubuhnya hidup-hidup."

Pernyataan ini mengejutkan semua orang di tempat, tidak ada yang berani memercayai akan terjadi hal sesadis ini.

"Pembunuh ini sungguh berengsek!" kata seseorang dengan pelan.

"Anak ini pasti sangat menderita sebelum meninggal," kata seseorang dengan penuh simpati.

Kakakku memukul meja dengan marah sambil berseru, "Aku pasti akan menemukan pembunuh ini dan menghukumnya!"

Paman Roni menepuk bahu kakakku dengan lembut sambil berkata dengan rasa bersalah, "Kamu sudah bekerja keras. Kamu mungkin nggak bisa menghadiri pesta ulang tahun Nala kali ini."

Paman Roni adalah mentor kakakku, dia juga adalah sahabat ayahku.

Setelah orang tuaku meninggal, dia sangat memperhatikan kami, bahkan mengajari kakakku bagaimana cara menyelidiki kasus dan menangkap pembunuh.

Ketika mendengar namaku, kakakku langsung mengerutkan kening. "Jangan bahas dia, bawa sial saja."

"Bagaimana mungkin aku menghadiri pesta ulang tahunnya? Aku sedang sibuk mempersiapkan wisuda Yeri."

Kata-kata ini bagaikan pisau yang mengiris hatiku.

Setelah orang tuaku meninggal, kakakku sangat membenciku dan menganggap bahwa akulah yang membunuh mereka.

Dia tidak mengakuiku dan mengusirku dari rumah.

Kemudian, ketika sedang menyelidiki sebuah kasus, dia menyelamatkan seorang gadis. Setelah mengetahui bahwa gadis itu adalah anak yatim piatu, dia membawa gadis itu pulang dan mengangkat gadis itu sebagai adik angkatnya.

Di sisi lain, aku berubah menjadi "anak yatim piatu".

Sebelum aku meninggal, kakakku masih marah padaku.

Dia marah padaku karena aku menunda wisuda adiknya dan membuat adiknya dipertanyakan orang-orang.

Kalau dia tahu aku adalah orang yang terbaring di sana, dia pasti akan langsung pergi.

Bagaimanapun, dialah orang yang paling mengharapkan aku mati.

Kak, akhirnya aku sudah mati, seharusnya kamu senang, 'kan?

Paman Roni meninju dada kakakku dengan kuat, dia menegur kakakku, "Kamu ini, bisa-bisanya kamu bilang begitu? Nala itu anak yang pengertian. Dia khawatir kamu tidak menyukainya, setiap hari dia diam-diam mengantarkan makanan ke kantormu. Bocah sialan, kamu memang nggak punya hati!"

Kakakku hanya mendengus dingin. "Aku nggak butuh. Guru, jangan membahasnya lagi, kita bahas pekerjaan saja."

"Oh, ya, apa belakangan ini ada yang melaporkan orang hilang?"

Asisten Roni menggelengkan kepala sambil menjawab, "Nggak ada. Dua hari ini, kami nggak menerima laporan orang hilang dari warga setempat."

"Ck, gadis ini sudah hilang beberapa hari, masa keluarganya nggak sadar? Orang tuanya nggak becus sekali," kata kakakku dengan kesal.

Jam makan siang tiba, kakakku dan yang lainnya pergi makan siang bersama.

Paman Roni tiba-tiba teringat akan sesuatu. "Kenapa beberapa hari ini Nala nggak mengantarkan makanan untukmu?"

Kakakku tertawa sinis. "Dia sudah malas berpura-pura, inilah sifat aslinya."

Melihat sikap kakakku, Paman Roni agak marah. "Nggak mungkin. Selama beberapa tahun ini, baik cuacanya cerah atau hujan, Nala selalu mengantarkan makanan untukmu. Dia pasti ada urusan, cepat telepon dan tanyakan padanya."

Kakakku tampak sangat kesal. "Guru, abaikan saja dia. Itu semua cuma akal-akalannya."

"Dua hari lalu, dia masih meneleponku, pasti mau berulah lagi. Aku suruh dia datang ke wisuda Yeri, tapi dia nggak datang. Buat aku kesal saja."

Paman Roni ingin mengatakan sesuatu, tetapi ponsel kakakku berdering.

Melihat nama penelepon, ekspresinya berubah drastis dan nada bicaranya menjadi lebih lembut.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kematian Tragisku Menyadarkan Kakakku   Bab 7

    Tatapannya tertuju ke depan, dia menyaksikan satu per satu rekannya terbaring di tanah.Akhirnya, dengan bantuan para anggota tim lainnya, Jovan ditembak mati di tempat dan Yeri berhasil ditangkap.Paman Roni dikirim ke rumah sakit untuk diselamatkan.Malam ini, kakakku langsung menginterogasi Yeri."Sebenarnya siapa kamu? Kenapa kamu membunuh Nala?"Menghadapi pertanyaan kakakku, Yeri hanya menyeringai tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Dia sama sekali tidak menjawab.Kakakku memukul meja dengan kesal. "Kamu kira kalau kamu diam, aku nggak bisa menemukan apa pun?"Tak lama kemudian, polisi datang dengen membawa berkas Yeri."Nama aslimu Shilla Candra? Hendro Candra adalah ayahmu?"Kakakku menatap Yeri dengan kaget. "Kamu putri dari perampok yang ditembak mati oleh ayahku?"Yeri tersenyum tipis. "Benar, terima kasih sudah menjagaku selama beberapa tahun ini. Kamu bahkan mencampakkan adik kandungmu demi aku. Kalau ayahku masih hidup, dia pasti akan sangat senang."Wajah kakakku dipenuh

  • Kematian Tragisku Menyadarkan Kakakku   Bab 6

    Dia berani mengeluarkan liontin itu dengan terang-terangan karena kakakku selalu memihak padanya.Apa pun yang diucapkan Yeri, kakakku pasti akan percaya.Oleh karena itu, dia berani mengadu domba hubunganku dengan kakakku dan terus memfitnahku.Bahkan sekarang pun, kakakku masih memercayainya.Setelah merenung untuk cukup lama, kakakku berkata, "Kalau begitu, kita selidiki dia diam-diam. Besok malam, aku akan pergi menemuinya agar dia nggak curiga."Namun tidak disangka, Yeri sudah tidak sabar menunggu sampai besok.Begitu kakakku selesai berbicara, ponselnya berdering."Kak, kudengar terjadi sesuatu pada Nala? Apa kamu baik baik saja?" tanya Yeri dengan panik dan khawatir.Kakakku melirik Paman Roni sambil menjawab dengan nada datar, "Ya, aku baik-baik saja."Dia terdiam sejenak, lalu bertanya dengan hati-hati, "Kak, pembunuh belum tertangkap, aku agak takut. Malam ini, bolehkah kamu pulang untuk menemaniku?"Paman Roni menganggukkan kepala, lalu kakakku pun mengiakan. "Oke, aku akan

  • Kematian Tragisku Menyadarkan Kakakku   Bab 5

    "Kenapa kamu begitu suka berulah? Pesta ulang tahun Yeri akan diadakan pada akhir bulan. Kalau kamu nggak datang, aku akan menghabisimu!"Setelah selesai berbicara, dia langsung mengakhiri panggilan.Dia menyela permintaan tolong yang hendak kuucapkan.Harapan terakhirku untuk hidup pun lenyap.Setelah panggilan diakhiri, Jovan tersenyum sinis."Lihatlah betapa pedulinya kakakmu dengan adikku. Sekarang, dia berharap kamu lenyap, aku akan bantu dia."Pisaunya mendarat, aku pun pingsan.Asisten itu mengikuti kakakku dan melaporkan hasil penyelidikan. "Noda darah sudah diambil dan dikirim untuk diidentifikasi. Aku yakin hasilnya akan segera keluar."Kakakku berjongkok di lantai, dia berusaha untuk mencari petunjuk apa pun yang ditinggalkan oleh pembunuh.Namun, aku sungguh ingin memberitahu kakakku bahwa pembunuh itu adalah orang terdekatnya.Ketika kakakku kembali ke kantor, Direktur Josh menatapnya dengan ekspresi muram."Hasilnya sudah keluar. Korban adalah ... Nala Septian."Sekujur t

  • Kematian Tragisku Menyadarkan Kakakku   Bab 4

    Kakakku tertegun, dia tampak agak kebingungan. "Apa maksudmu? Kenapa ponsel Nala ada di tanganmu?""Kak Owen, kami sudah menemukan lokasi kejadian pertama, ponselnya di sini. Datanglah ke sini."Ucapan ini membuat sekujur tubuh kakakku menegang. Dia membuka mulutnya, tetapi tenggorokannya seolah-olah tersumbat dan dia tidak bisa bersuara.Paman Roni segera menarik lengan baju kakakku. "Jangan melamun, cepat!"Akhirnya, kakakku tersadar dan segera berkata pada Yeri, "Pulanglah dulu, nanti aku akan menghubungimu."Mata Yeri berkaca-kaca, dia mengulurkan tangan untuk menghentikan kakakku, tetapi kakakku sudah bergegas pergi.Ini adalah pertama kalinya aku melihat kakakku meninggalkan Yeri demi aku.Melihat kakakku pergi dengan tergesa-gesa, suatu emosi rumit pun membaluti hatiku.Seketika, kakak yang menyayangiku seolah-olah kembali ke sisiku.Sesampai di lokasi kejadian, seorang asisten menyerahkan ponselku."Kak Owen, ponsel ini ditemukan di sudut ruangan dan area di sekitarnya berlumur

  • Kematian Tragisku Menyadarkan Kakakku   Bab 3

    Kakakku dan Paman Roni saling memandang. Melihat anak laki-laki di hadapan mereka menangis tersedu-sedu, kakakku pun mengerutkan bibir dan tidak tahu harus bagaimana menyampaikan kabar buruk ini padanya."Kami baru menemukan mayat wanita yang identitasnya belum diketahui ...." Suara kakakku sangat berat, dibaluti dengan ketidaktegaan.Kaki anak laki-laki itu melemas, dia hampir jatuh ke lantai dan terus bergumam, "Nggak mungkin, nggak mungkin ...."Dia dipapah di sepanjang jalan dan pergi melakukan interogasi yang lebih rinci.Tiba-tiba, ponselnya berdering.Terdengar suara riang wanita dari sambungan telepon. "Dik, kamu ke mana? Kenapa nggak ada di rumah? Aku naik bus selama dua hari, aku sengaja pulang untuk kasih kamu kejutan.""Kak! Kukira terjadi sesuatu padamu, aku segera pulang."Anak laki-laki itu menyeka air matanya, lalu menundukkan kepala untuk mengucapkan terima kasih dan bergegas pulang.Aku dan kakakku menghela napas lega.Seiring berjalannya waktu, para detektif yang dit

  • Kematian Tragisku Menyadarkan Kakakku   Bab 2

    "Halo? Yeri, kamu kangen Kakak?"Kakakku langsung tersenyum lembut. Tanpa perlu dipikirkan pun, aku tahu Yeri Wijaya yang meneleponnya.Kakak yang dulu sangat menyayangiku dan selalu memberikan yang terbaik untukku, kini hanya peduli dengan adik angkatnya yang munafik dan bermuka dua itu."Yeri, tunggu Kakak. Setelah selesai bekerja, Kakak segera pulang untuk menemanimu .... Oke, aku tahu. Aku bisa jaga diri."Kakakku terus mengoceh. Entah apa yang dikatakan Yeri, nada bicaranya tiba-tiba berubah dingin. "Tenang saja, aku akan membuat Nala mengakui bahwa dia menjiplak skripsimu. Kalau dia nggak mau mengaku, aku akan memukulnya sampai dia mengaku.""Oke, Yeri, jangan sedih. Tunggu aku di rumah. Sekarang, kondisi di luar nggak aman, kamu harus mengabariku setiap keluar rumah."Mendengar kata-kata lembut yang diucapkan oleh kakakku, aku terkekeh dalam hati.Jelas-jelas, dia adalah kakakkku. Namun, dia lebih memercayai omongan adik angkatnya daripada adik kandungnya?Dia menjiplak skripsik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status