Acara ijab qobul akhirnya selesai, di lanjut resepsi yang terbilang lumayan mewah, digelar di rumah mas Danung. Keluarga mas danung memang terkenal cukup berada di kampung itu. Mungkin hal ini lah yang menjadi salah satu bahan pertimbangan orang tua Nur untuk menerima lamaran mas Danung.
Sepanjang acara resepsi Nur hanya terdiam dan sesekali tersenyum ketika ada tamu undangan yang menyalami mereka untuk memberikan ucapan selamat.Melihat Nur seperti itu mas Danung berpikir mungkin Nur masih tidak enak badan, karena istrinya sempat sakit 2 hari yang lalu."Kamu bener - bener sudah sehat Nur?" tanya mas Danung lembut pada Nur.
"Sudah kok" jawab Nur datar.
"Terus kenapa kamu diam aja Nur?" tanya mas Danung lagi.
"Nur gapapa mas,cuma capek" Nur meyakinkan mas Danung agar pria itu tidak mencoba bertanya - tanya lagi.
Mas danung pun terdiam lalu kembali menyambut tamu undangan yang masih ramai berdatangan.
"Duh...udah sore tamu kok nggak habis - habis sih ?" gumam Nur pelan.Dia merasa suasana hatinya agak buruk karena sudah lelah meyambut tamu yang nggak ada habis - habisnya seharian ini.
"Nurr!!" Sapa seorang gadis pendek dari kejauhan, membuat beberapa tamu undangan sampai menoleh ke arahnya.
Tanpa menghiraukan pandangan orang - orang kepadanya dia tetap melangkah maju mendekati Nur dengan rasa percaya diri.Nur yang melihat itu mendengus memutar bola matanya.
"Huh! Diana! Bisa nggak sih nggak usah teriak - teriak? Malu tuh dilihatin orang!" protes nur yang merasa sebal."Ya maaf Nur, habisnya aku tuh seneng banget akhirnya sahabat aku ini udah nikah" Diana beralasan sambil cengengesan.
"Heleh, katanya sahabat tapi datang ke nikahan kok belakangan?" ditariknya napas dalam - dalam lalu dihembuskan dengan kasar.
"Kamu tahu sendiri Nur, di tempat kerja kita kan peraturannya nggak boleh cuti barengan. Ini aja aku baru pulang kerja buru - buru dateng kesini" jawab diana.
"Oh iya ya ?ehehehe...." pengantin baru itu hanya tertawa tanpa rasa bersalah setelah memarahi sahabatnya.
"Eh, Nur! suami kamu yang ganteng itu kemana ?" bola mata gadis itu menyapu seluruh sudut dekorasi, mencari keberadaan suami sahabatnya.
"Tau ah, lagi nyambut teman - temannya tadi" jawab Nur memperlihatkan ekspresi tak peduli.
Nur dan Diana melanjutkan obrolan mereka yang semakin asik, sembari menikmati suguhan beraneka warna jajanan dan kue yang tertata di meja.
Sebelum akhirnya diana melongo melihat pria yang turun dari motor hitam yang baru saja dikendarai pria itu."Nur!" panggil Diana"Hemm?" sahut Nur yang sedang asik menikmati kue yang ia makan.
"Nur! tuh tuh lihat tuh!" wajahnya gugup sambil menunjuk ke arah pria, bersamaan dengan tangan satunya menepok - nepok lengan Nur sampai membuat kue yang dipegang Nur terjatuh.
"Apa sih Di?" jawab Nur kesal menatap kue yang tergeletak berceceran di lantai, sebelum tatapannya tertuntun pada obyek yang di tunjuk Diana.
Deg! Dia sangat kaget melihat sosok pria yang sedang mendekat ke arahnya."Gewa!" gumamnya sangat pelan.
Nur menoleh ke kanan dan kiri melihat sekelilingnya, untung saja tak ada yang tahu bahwa Gewa adalah mantan pacarnya, yaa.. kecuali keluarganya sih. Tapi disekitarnya tidak ada bapak atau ibu Nur, Jadi Nur merasa dalam kondisi aman.
Gewa yang sudah berdiri di depan Nur mengangkat satu tangan untuk memberinya salam. Gewa lantas memberikan selamat dan tersenyum kepada Nur.Nur memandangi pria yang masih bertahta di hatinya itu, tubuhnya tampak semakin kurus. Dan area sekitar matanya agak menghitam pertanda bahwa dia kurang tidur."Terimakasih ya sudah datang"
Nur merasakan canggung pada moment ini.Diana pun mendekatkan mulutnya ke telinga Nur,
"Emang kamu ngundang Gewa ya Nur?" bisik Diana pada sahabatnya itu.Nur tak menjawab, hanya menampik pahanya agak keras membuat Diana meringis kesakitan."Karena kamu nggak ngundang aku, jadi aku inisiatif datang sendiri ke pernikahan kamu. Aku ingin menyaksikan pernikahan wanita yang kucintai ini dengan pria lain. Agar aku sadar bahwa saat ini kamu sudah bukan milikku lagi Nur"
Kata - kata Gewa ini membuat Nur terdiam dengan mata yang berkaca - kaca."Oh ya, suami kamu kemana Nur?" tanya Gewa, matanya menyapu tiap -tiap sudut sekitar.
"Lagi nyambut tamu undangannya kata Nur" diana menjawab pertanyaan Gewa mewakili sahabatnya yang terdiam.
Mendapati jawaban dari Diana, Gewa pun hanya mengangguk - angguk.
Mas Danung yang sudah selesai menyambut tamu bergegas menghampiri istrinya yang terlihat mengobrol bersama seorang pria dan wanita. Kalo wanita itu sudah jelas dia tau bahwa dia Diana, karena mereka tetanggaan. Kalo pria yang sedang duduk bersama Nur dan Diana tentu saja dia tak tahu.
"Eh,mas Danung selamat ya mas.Hehe.." ucap Diana sambil menyalami mas Danung.
"Makasih ya Di" jawabnya sembari tersenyum.
Lalu pandangannya beralih menatap pria yang bersama mereka. Mas Danung tak merasa pernah mengundangnya.Sedangkan Nur hanya terdiam. Mereka bertiga tampak tegang, sedangkan mas Danung tampak penasaran.Duuhhh kira-kira mas Danung di beri tahu kalau Gewa itu mantan terindah Nur nggak ya? Langsung aja ke Next chapter yuk guys!
Ini pacar kamu kah Di?" jari ibunya menunjuk ke arah Gewa.(Note:Jari ibu dipakai untuk menunjuk agar lebih sopan)."Ehhhh...bukan mas. Ini tu..." (belum sempat Diana melanjutkan dialognya Gewa langsung memotongnya)"Aku temennya Nur, dan... temen Diana juga. Hehe.. Selamat ya atas pernikahan kalian"Gewa melirik ke arah Nur yang terlihat tegang sedari tadi, melihat pertemuan antara suami dan mantan pacarnya itu."Semoga kalian berbahagia" pungkas Gewa.Kemudian para tamu undangan sudah membuyarkan diri. Acara resepsi telah usai. Bumi kian menggelap pekat, detak jam dinding menggema di ruang yang sudah dihiasi bunga - bunga indah.Ini hari pertama Nur dan mas Danung sebagai suami istri, hari pertama Nur tinggal di rumah mertua, dan juga malam pertama mereka, malam yang dinanti sepasang anak manusia yang saling mencintai. Tapi, bagaimana dengan pasangan pengantin yang cintanya bertepuk sebelah tangan seperti
Mendengar kejujuran dari mulut Nur, mas Danung mencoba mendinginkan kepalanya.Memejamkan matanya, ditariknya napas dalam - dalam lalu dihembuskan, terdengar agak berat. Dia pun terdiam sejenak sambil menatap Nur dengan matanya yang sayu, yang malah membuat Nur merasa tidak enak setelah mengucapkan perkataan tadi."Nur apa alasan kamu menerima lamaran mas Danung waktu itu? Apakah bapak dan ibu memaksa kamu?" tanya mas Danung setelah dirinya sudah merasa lebih tenang."iya mas". Nur menundukkan kepalanya.Mas Danung meraih tangannya, membuat Nur mendongakkan kepalanya kembali, menatap suaminya."Tidak apa Nur, setidaknya kamu udah berkata jujur. Mas akan menunggu sampai Nur siap" ucap mas Danung membuat hati Nur yang sesak terasa lebih lega."Terima kasih mas" pungkas Nur sebelum akhirnya mereka sama - sama terlelap.***Nur bangun pagi - pagi sekali, lalu melangkah ke dapur untuk membantu Ummi yang sedang memasak."Eehh pe
Nur sedang rebahan dikamar tidurnya sembari memainkan ponsel untuk menghilangkan rasa jenuhnya. Orang - orang di rumah itu sedang sibuk dengan aktifitasnya sendiri - sendiri, sedangkan Aisyah sudah balik ke pondok.Adanya Aisyah beberapa hari yang lalu membuat rasa jenuhnya lumayan hilang, usia mereka sebaya. Jadi pembicaraan atau obrolan mereka terbilang nyambung.Nur dan Aisyah sekelas pada saat duduk di bangku sd. Waktu itu mereka sangat dekat. Tapi ketika kenaikan kelas ke jenjang smp Aisyah melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren, sampai saat ini. Mereka sangat jarang bertemu, jadi setelah itu pertemanan mereka agak merenggang. Dan lucunya sekarang mereka malah jadi saudaraan."Nur!"Terdengar panggilan dari ummi. Sepertinya suaranya dari arah dapur.Nur segera bangkit dan mendekat ke sumber suara."Dalem mi? Ada apa nggih mi?" sahut Nur lembut dan santun."Ini ummi buat kolak banyak, kamu berikan ini ke ibu- bapak. Ini banyak
Langkah Nur tertuntun memasuki toko buku itu. Teman sepekerjaan kompak memberi selamat pada pengantin baru itu. Diana yang baru datang pun tiba - tiba berteriak memanggil nama Nur dan langsung memeluk sahabatnya itu."Diana! Kamu ini kebiasaan deh, teriak -teriak mulu" keluhnya pada sahabatnya itu.teman - temannya yang lain hanya cekikikan melihat tingkah 2 gadis itu, lalu buyar meninggalkan mereka berdua."Hehe... ya maaf, pengantin baru jangan marah - marah dong" ucap Diana sembari cengengesan."Gimana Nur?" pertanyaan yang penuh ketidak jelasan dari Diana. Memainkan satu alisnya naik turun, dengan ekspresi wajahnya yang absurt."Apanya? gak jelas banget sih Di?" Nur cemberut menanggapi pertanyaan sahabatnya yang tidak jelas itu."Iiisshhh! Malam pertama kamu lah!" terangnya tanpa malu - malu, sambil tertawa renyah."Astagfirullah Di! aku timpuk ya!" jawab Nur kesal."Kan aku pengen tau Nur" bujuknya, ia tersenyum menampakkan
Mas Danung meraih tangan Nur."Nur, ayok pulang!" ajak mas Danung datar, matanya melirik sinis ke pria yang ada di depan Nur.Nur hanya terdiam tak bersuara, sempat beradu pandang dengan Gewa beberapa detik lalu menaiki motor yang dikendarai mas Danung.Dari raut wajah mas Danung sepertinya dia agak kesal. Nur berpikir apakah mas Danung sedang marah padanya?Sempat terdiam cukup lama pada saat perjalanan, sampai akhirnya mas Danung tak tahan ingin segera mengeluarkan unek - unek pertanyaan yang terjebak di kepala."Itu teman kamu yang kemarin datang ke nikahan kita kan? tanya mas Danung,seolah menginterogasi."Iya mas, namanya Gewa. Tadi nggak sengaja dia lewat terus nawarin bantuan buat nganterin aku. Tapi, aku nggak mau kok mas." Nur menjelaskan pada suaminya panjang lebar.Mendengar jawaban dari Nur tak membuat mas Danung bersuara,tapi raut wajahnya seperti menyimpan kecurigaan yang bercampur dengan rasa cemburunya. Jelas saja di
"Mas, Nur kepingin tinggal dirumah ibu bapak "Perkataan Nur barusan membuat mas Danung menatapnya kebingungan."Maksudnya aku dan mas Danung tinggal disana, aku pengen tidur dikamarku lagi mas" terang Nur pada suaminya."Memangnya kalo tinggal disini kenapa? Lagian jarak rumah ini sama rumah bapak ibu kan nggak jauh. Kalo kamu kangen bisa pulang kesana sebentar." mas Danung menggeleng - gelengkan kepalanya."Ya bukannya gitu sih mas, Nur kepengen aja gitu tinggal bareng sama bapak ibuk lagi. Boleh ya mas?Kita tinggal disana aja ya!" tetap mencoba membujuk suaminya agar mendapat ijin."Iya, mas ngomong dulu sama ummi dan abi. Tapi mas punya 1 syarat.""Apa mas?" tanya Nur penasaran."Seminggu setelah kita tinggal dirumah ibu bapak kamu harus sudah siap menjalankan kewajiban kamu sebagai istri" jawab mas Danung membuat Nur menjadi ragu, dan langsung terdiam tak menjawab."Gimana Nur?" Imbuh mas Danung.Setelah beberap
"Siapa yang mengirimkan pesan malam - malam begini?" gerutunya dalam hati.Tak di sangka dia mendapat pesan dari mantan kekasihnya.Gewa: Hi Nur! Bagaimana kabar kamu?Raut wajah Nur berubah menjadi sedih. Dia sangat merindukan pria itu, tapi apa boleh buat? Cincin yang melingkar di jari manisnya itu menjadi benteng besar antara dia dan Gewa. Jarinya gemetar mengetik huruf demi huruf untuk membalas pesan dari Gewa.Nur :Baik. Ada perlu apa? ngechat. malam - malam begini?Gewa: Maaf Nur, pasti sekarang kamu lagi sama suami kamu ya? Aku jadi nggak enak ganggu moment &nb
Suasana alun - alun yang tadinya hangat seolah - olah membeku seketika setelah kedatangan Gewa."Hai mas! ketemu lagi kita." Gewa tersenyum, memberi sapaan pada mas Danung. Berusaha mencairkan suasana."Hai! Gewa kan? kesini sama siapa?" tanya mas Danung berbasa - basi. Dengan intonasi yang sedikit kaku."Aku sama temen - temenku, mereka sudah pada balik duluan. Sebenernya aku juga mau pulang tadi, eh nggak sengaja lihat kalian disini." terang Gewa.Mata Gewa tertuju pada mantan kekasihnya yang sedari tadi fokus menatap dirinya, sendu."Kapan balik ke perantauan?" tanya Nur dengan suara pelan."Aku udah nggak kerja di sana lagi Nur. Udah lumayan lama sejak hari itu. hehe.. Lagi cari kerjaan di deket - deket sini" sedikit tertawa untuk menyembunyikan kesedihannya.Mendengar jawaban Gewa membuat mas Danung bingung. 'Sejak hari itu?' apa yang dimaksud Gewa? Mas Danung tidak mengerti karena dia memang tidak tahu apa - apa.Mengetah