Nur adalah wanita paling bahagia, sebelum akhirnya merasa menjadi wanita paling terpuruk. Memiliki pacar yang tulus dan perhatian seperti Gewa adalah dambaan setiap wanita. Namun, tak di sangka kenyataan pahit menerpa keduanya. Hubungan Gewa dan Nur kandas di tengah jalan, ketika tiba-tiba Nur di jodohkan dengan putra pak Kyai, yang bernama mas Danung. Rumah tangga yang di jalani bersama mas Danung terasa hambar, sebab tak ada rasa cinta di hati Nur. Dimalam pertama mereka, Nur menolak sentuhan suaminya. Saat hampir sebulan pernikahan, mas Danung berhasil mendapatkan haknya, sebagai suami resmi Nur. Ketika melakukan hubungan suami istri, tak disangka mas Danung malah membuat Nur kecewa. Masalah semakin berdatangan, menghampiri rumah tangga mereka. Mungkinkah Nur sanggup bertahan?
View MoreDia bernama Nur, gadis yang berparas sederhana itu masih sangat muda, usianya baru menginjak 19 tahun. Dia bekerja di sebuah toko buku yang jaraknya tak begitu jauh dari rumahnya. Tak seperti anak lain yang bisa berkuliah, Nur memillih untuk bekerja karena melihat kondisi ekonomi kedua orang tuanya yang tak memungkinkan. Terbilang cukup sulit jika harus membiayai kuliahnya. Belum lagi biaya sekolah kedua adik kembarnya yang masih duduk di bangku SMA. Ibu Nur tidak bekerja. Terkadang ibu Nur hanya menerima pesanan jika ada yang memesan jajanan pasar padanya. Ya, Ibunya memang pandai membuat jajanan pasar. Sedangkan bapak Nur bekerja sebagai petani.
Keuntungan hasil panen sebagai petani hanya cukup untuk biaya sekolah adik-adik dan untuk makan sehari-hari. Tak ada kemewahan, keluarga mereka sangat sederhana. Meski begitu Nur tidak pernah berkecil hati, dia sangat senang bisa bekerja di toko buku itu. Terlebih lagi, sahabatnya yang bernama Diana juga bekerja di toko buku tersebut. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Nur dan Diana satu sekolah sewaktu duduk dibangku sd dan SMP. Jarak rumah mereka juga tak jauh, mereka adalah tetangga desa.Nur sudah mengabdikan tenaganya kurang lebih sekitar 8 bulanan, dia cukup betah dan nyaman, apalagi pekerjaannya juga tidak terlalu berat. Nur mempunyai seorang pacar, namanya Gewa. Lelaki yang berbadan tinggi kurus itu berhasil menempati hati Nur selama satu tahun lebih. Hubungan mereka bisa dikatakan awet bukan? Gewa adalah pria yang perhatian dan tulus. Sikapnya itu yang membuat Nur terpikat olehnya.
Kira-kira sudah hampir dua minggu mereka tidak bertemu, mungkin Gewa sedang sibuk dengan pekerjaannya. Dia adalah karyawan disebuah restoran cepat saji.Dia memilih merantau di kota sebrang, sebab di kotanya sendiri lowongan pekerjaan hampir sulit didapat. Terkadang dia hanya pulang sebulan sekali, dalam keadaan capek hari liburnya dipergunakan untuk beristirahat di kost.Tentu saja 2 minggu tidak bertemu membuat Nur sangat merindukan kekasihnya itu. Saat Nur berberes menyiapkan diri untuk pulang kerja, bibirnya tersenyum mengembang melihat notif w* di hp nya. Ini yang dia tunggu-tunggu, pesan dari Gew*, pujaan hatinya."Dih! kenapa kamu Nur, senyum-senyum sendiri?" Diana melirik Nur yang sedang menatap intens ponsel di tangannya sambil cengengesan.Nur tersenyum girang "Gewa barusan kirim pesan, katanya besok dia pulang. Tau gak sih Di? Aku seneng banget. Udah hampir 2 minggu kami nggak ketemu. Kangen banget....""Cie..cie..yang bentar lagi ketemu nih. Enak ya Nur kalo punya pacar? cariin aku satu dong Nur!" canda Diana sambil tertawa terbahak - bahak."Yaelah Di, kamu mending minta jodohin orang tua kamu aja. Mereka pasti tahu yang terbaik buat kamu hehe... Udah ah pulang yuk!" ajak Nur. Keduanya bergegas pulang.***
Sepanjang malam Nur tidak bisa tidur, dia tak sabar menunggu hari esok, dimana dia akan segera bertemu dengan Gewa. Ibu Nur yang tampak tergesa - gesa ingin ke kamar mandi tiba - tiba saja langkah kakinya terhenti di depan kamar Nur yang masih terang. Waktu menunjukkan pukul 21.45, jam 20:30-an biasanya penghuni rumah sudah pada tidur. Karena kebisaan dan aktivitas keseharian yang melelahkan. Melihat lampu kamar Nur yang masih menyala tentu saja ibu tahu kalau Nur belum tidur, sebab ibu mengenal kebiasaan Nur yang selalu mematikan lampu kamar ketika ingin tidur. Dia tidak bisa tidur dalam keadaan lampu yang masih menyala terang.
"Nur kok belum tidur?" tanya ibu dari luar kamar sambil mengetuk pintu kamar Nur.
"Buka aja buk,nggak dikunci kok." sahut Nur sembari memindahkan tubuhnya dari rebah ke posisi duduk.
Ibu berjalan mendekati Nur "Tidur nak, kan besok Nur kerja."Nur cekikikan mendengar ibunya."Ibuk lupa ya? besok kan hari minggu Buk" jawab Nur.Ibu juga cekikikan, menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal, sambil mengingat hari.
"Looh iya Nur, ibuk lupa. Berarti besok mas Danung pulang Nur."
(Danung adalah tetangga mereka yang juga merantau ke luar kota untuk bekerja. Setiap hari minggu dia libur dan pulang ke rumah).
"Mas Danung anak pak Kyai? depan rumah itu ya buk?Emangnya kalo pulang kenapa buk ?" Nur mengangkat bola matanya ke atas, bingung dengan maksud ibunya yang tiba - tiba bahas kepulangan mas Danung."Kan biasanya Bu yai suka pesen jajanan pasar di ibuk Nur. Pesan pagi, terus sorenya di ambil. Buat dibawa balik mas Danung ke perantauan. Maklum anak kost. Kan lumayan kalo ibu dapet orderan. Hehe.." terang ibu kepada putrinya."Eh, Nur! ngomong - ngomong mas Danung itu masih perjaka loh Nur, ganteng pula. Ya walaupun usianya udah kepala tiga, tapi masih kelihatan awet muda kan ya Nur?" imbuhnya.
"Hih! Ibuk nih, malah ghibahin mas Danung. Ya udah aku mau tidur dulu buk."
Ibu Nur yang keasikkan ngobrol sama dengan putrinya, sampai lupa tujuannya ke kamar mandi. Menyadari bahwa kencingnya sudah terasa sampai ujung ibu buru - buru ke kamar mandi.Kira - kira apa ya yang membuat mas Danung betah melajang? Yuk cari tau di episode - episode berikutnya!
Jarum jam bertengger tepat di angka empat. Nur masih menunggu di depan gerbang toko buku, tempat Diana bekerja, dan merupakan bekas tempat kerja Nur dulu. Tak lama kemudian, nampak para karyawati yang melangkahkan kaki keluar dari toko yang besar itu. Tentu saja, itu toko buku terbesar di kota ini.Di sana juga terlihat Bela yang sedang terburu - buru keluar dari toko."Hey, Nur!" sapa Bela."Eh, Bela. Diana belum keluar ya?" tanya Nur."Tadi sih Diana masih ngambil tasnya di loker. Mungkin bentar lagi keluar kok." jawab Bela.Bela menengok ke belakang, ke pintu keluar toko. Dan benar saja, Diana baru saja melangkahkan kaki keluar dari toko itu."Tuh Diana. Ya udah, aku duluan ya Nur." Nur mengangguk sembari tersenyum.Pandangan Nur beralih ke arah Diana yang semakin mendekat ke arahnya. "Nur, kamu ngapain di sini?" tanya Diana."Aku nungguin kamu Di." jawab Nur."Kok nggak ngabarin dulu?" tanya Diana lagi.Wajah Nur berubah sendu."Hp ku hilang Di." "Hilang? Ya udah yuk pulang du
Retina Nur terpaku pada bias Indah dari wujud pria yang bernama Gewa itu. Lalu, tersadar oleh pertanyaan iseng yang Gewa lemparkan kepadanya."Ngomong - ngomong kita selalu bertemu secara tidak sengaja ya Nur? hehe..." tanya Gewa. Beberapa menit setelah pertemuan tadi, kini dia sudah duduk di kursi kosong tepat di depan Nur."Iya. Apa jangan - jangan kamu buntuti aku terus ya? haha... enggak deh bercanda." kata Nur sembari tertawa.Setelah semua masalah yang Nur hadapi, baru kali ini Nur tertawa lewas. Seakan ia lupa atas semua beban yang sedang di pikul pada pundaknya."Ah, mana berani aku buntuti istri orang." jawab Gewa. Gewa pun tertawa kecil, namun, tawa itu sangat terlihat ia paksakan.Nur sontak terdiam, lalu, termenung sejenak. Melihat ekspresi Nur, Gewa tahu bahwa Nur tak nyaman dengan jawaban darinya. Sehingga membuat Gewa jadi tak enak hati."Emm... Nur, aku salah ngomong ya? Ma.." Nur segera membuka mulutnya, dan memotong kalimat Gewa."Tidak Gew! Tidak usah minta maaf da
"Apa kamu sudah merasa senang dan merasa bebas sekarang? Apa kamu merasa bangga menjadi janda di usia semuda ini?" bunyi pertanyaan ibu Nur yang tiba - tiba saja ia lontarkan kepada putrinya yang malang.Nur masih hanyut dengan tangisnya, ia tak ingin mendengar ataupun menjawab pertanyaan - pertanyaan ibunya yang semakin melukai hati Nur.Sedangkan bapak terduduk kaku, menatap Nur yang tak berdaya. Ada rasa kecewa di hati bapak. Bapak marah, namun, di satu sisi bapak tak tega melihat keadaan dan situasi putrinya yang sulit dan telah menjadi berantakan."Memalukan! Karena ulahmu, semua anggota keluarga kami harus menanggung malu!" imbuh ibu Nur.Nur yang mendenger hal itu, sontak menatap tajam mata ibunya, lalu meninggalkan kedua orang tuanya yang masih duduk di ruang tamu. "Hei! orang tuamu belum selesai bicara!" bentak ibu Nur."Buk, sudah buk." kata bapak menenangkan ibu, lalu bapak pun berdiri dan meninggalkan ruangan itu.Nur mengambil kunci motornya yang ada di kamar lalu bergeg
Suasana pada pagi ini begitu cerah. Namun, tidak dengan suasana hati Nur. Hatinya berdebar, tubuhnya sedikit gemetar. Sebentar lagi Ummi, Abi, dan mas Danung akan kembali mendatangi rumahnya. Lebih tepatnya menemui Nur, untuk mencari penyelesaian dari bab permasalahan rumah tangga Nur dan mas Danung yang tak kunjung tamat. Selesai Nur mandi, dia ingin mengambil ponsel yang tadinya ia simpan di kasur, tapi sekarang ponselnya sudah tidak ada."Kemana ponsel ku?" gumam batin Nur.Nur mengingat - ingat kembali dimana ia meletakkan ponselnya sebelum ia pergi mandi. Padahal ia ingat betul bahwa ia meletakkan ponselnya di atas kasurnya.Ia cari - cari di laci make up dan di meja samping ranjangnya pun tak ada. Nur kebingungan. Nur mencurigai bapak, bahwa mungkin saja bapak mengambil ponselnya lagi.Belum tuntas kebingungan Nur, ada suara salam dari teras rumah.Suara yang tak asing di telinga Nur, yaitu suara Ummi.Nur menarik napas dalam - dalam, lalu men
Sepasang mata mas Danung mendelik, menatap Nur dengan penuh kemarahan. Lalu yang membuat Nur semakin tak enak hati adalah tatapan kecewa kedua mertuanya. Nur menundukkan kepalanya, sebab ia merasa malu.Abi memberi isyarat dengan arahan tangannya, menyuruh Nur untuk duduk di kursi kosong samping mas Danung. Karena sedari tadi ia memang berdiri saja."Jadi, bagaimana Nur?" tanya Abi mengawali pembicaraan.Nur masih terdiam sembari menundukkan kepala. Sama hal nya dengan mas Danung, ia tak berbicara sekecap pun."Waktu itu sebelum penentuan pernikahan kalian, bukankah Abi sudah bertanya 'apakah pernikahan itu atas kemauan nak Nur sendiri atau atas dasar keterpaksaan?'. Lantas nak Nur sendiri yang menjawab bahwa pernikahan itu atas kemauan nak Nur. Tapi kenapa sekarang nak Nur malah seperti ini?" lanjut Abi.Dengan amat sangat berat Nur memberanikan diri untuk berkata sejujurnya pada kedua mertua."Sebelumnya Nur minta maaf Abi, Ummi. Saat
Tubuh Nur gemetaran. Keringat dingin pun membasahi pipinya. Ia memberanikan diri mengarahkan pisau ke pergelangan tangan kirinya. Belum sempat ia menggoreskan benda tajam itu ke tubuhnya sendiri, tiba - tiba seseorang menampik tangan kanan Nur.Seketika Nur shock.Seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri di samping Nur dan tampak membelalakkan mata itu adalah Ibu Nur.Ternyata sedari tadi Nur tak menyadari bahwa pintu kamarnya lupa tak ia tutup. Ibu yang tadinya berniat akan ke teras rumah pun harus berjalan melewati kamar Nur terlebih dahulu dan Ibu tak sengaja melihat anaknya akan melakukan hal bodoh itu.Syukurlah Ibu masih sempat mengetahuinya sebelum Nur benar - benar melakukannya.Ibu mengambil pisau yang terjatuh di atas lantai lalu melemparnya ke luar pintu kamar.Bunyi lemparan yang cukup keras pun membuat Nur kaget."Apa kamu sudah tidak waras?" tanya ibu dengan nada tinggi.Nur tak menjawab, hanya terdengar suara sese
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments