Beranda / Rumah Tangga / Kembalikan Anakku / 01. Jangan Ambil Bayiku

Share

Kembalikan Anakku
Kembalikan Anakku
Penulis: Meriatih Fadilah

01. Jangan Ambil Bayiku

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-25 06:22:10

“Pokoknya kamu harus menurut apa yang Ibu katakan nggak usah banyak tanya, lagian Sadam itu kerjanya tidak sebagus seperti kakaknya yang mempunyai toko bangunan besar, dia hanya menjadi pegawai kantoran biasa!”

“Itu semua gara-gara menikah dengan kamu makanya dia jatuh miskin seperti ini, lagian kamu juga tidak bisa merawat anak kamu, nanti malah keteteran anakmu sudah dua masih-masih kecil juga, pokoknya setelah ini kamu stop hamil, suntik KB kek, pasang IUD, atau apalah yang penting kamu tidak hamil lagi!” bentak Ibu mertua.

“Punya badan kok nggak  dijaga doyan banget hamil melulu, mengurus dua anak saja nggak becus ini malah yang ketiga!”

“Des, setelah melahirkan langsung ambil bayinya!”

“Biarkan kakak iparmu saja yang merawat, kamu bisa peras air susumu di botol tanpa perlu menggendongnya!”

“Siapa tahu setelah merawat anakmu, Desi bisa hamil, dan punya anak kandung sendiri dan anakmu nanti dikembalikan ke kamu, ini hanya buat pancingan saja siapa tahu berhasil,”jelas Bu Citra dengan ketus.

“Bu, bukan Salsa yang menginginkan hamil lagi tetapi ... augh ...  augh...

“Kamu nggak usah banyak ngeles Salsa, pasti kamu yang mau kan, soalnya kamu ingin punya anak laki-laki kan, dan sekarang terkabul, tetapi sayang kamu harus berbesar hati kalau bayi itu harus menjadi milikku, seperti yang Ibu bilang kalau berhasil aku akan kembalikan bayi kamu, tenang saja.” Desi tersenyum  bahagia.

“Augh... augh, Bu sepertinya Salsa mau melahirkan, sakit Bu!” teriak Sasa histeris.

“Salsa kamu lebay banget jadi orang,  nggak usah pakai teriak segala bisa nggak sih, dulu Ibu melahirkan suamimu dan Desi nggak begini amat!”

“Maaf Bu, tetapi ini sakit banget, Bu, Salsa nggak tahan!” Salsa masih meraung-raung kesakitan sementara itu ibu mertua dan kakak iparnya masih saja menggerutu di depannya.

Melihat suasana seperti itu membuat Bidan Lastri sangat geram melihatnya lalu menegur mereka untuk segera meninggalkan ruangan bersalin dengan begitu Salsa bisa melahirkan dengan tenang.

“Maaf Bu Citra  silakan kalian keluar dulu, tidak usah menunggui Salsa kalau kalian mengomel melulu, kasihan Salsanya dia harus tenang melahirkan!” bentak Bidan lastri yang tidak tega melihat Salsa dimarahi oleh mereka berdua.

“Eh, Bu Bidan nggak usah ngatur-ngatur saya, situ tinggal membantu Salsa saja, lagian ini juga kamu kan bukan yang pertama kali untuk melahirkan sudah dua kali Salsa, buat malu saja!” bentaknya lalu keluar bersama Desi dengan wajah ketus.

 

“Bu Lastri maafkan sikap ibu mertua dan Mbak Desi, jangan diambil hati,” ucap Salsa sambil menahan rasa sakit.

“Justru saya yang bingung dengan kamu Sa, Ibu sudah bilang kan pakai saja alat KB, keluarga suamimu itu nggak waras, kamu tertekan batin di sana, Nduk, seandainya saja orang tuamu masih hidup, kamu tidak akan seperti ini!”

“Salsa mau Bu, tetapi Mas Sadam tidak mau,” jawabnya pelan.

“Sebentar, Ibu periksa kamu dulu ya Nduk, mungkin ini sudah waktunya kamu melahirkan,” Bu Lastri mengelus kening Sasa dengan lembut.

“Iya, Bu, Sasa sudah nggak kuat lagi, mulesnya sudah sering ini Bu ... augh ... hiks ... Allahu Akbar ... ya Allah ... “

“Baca doa dalam hati, Nduk, kamu pasti kuat  Kamu nggak mau kan anak-anakmu yang lain terlantar, kamu adalah seorang ibu yang kuat, Nduk!” Bu Lastri lalu mengecek jalan lahir dari Sasa yang ternyata sudah bisa untuk melahirkan.

“Nduk, alhamdulillah sudah lengkap!”

 “Sudah pembukaan sepuluh, sesuai aba-aba Ibu, kamu lakukan ya, Nduk!”

“Kamu pasti bisa, tidak perlu kamu hiraukan yang lain fokus dengan kelahiranmu saja, ada Ibu di sini!”

“Bu, Salsa nggak kuat, Bu!”

“Kamu harus kuat, Sayang untuk anak-anakmu, jika kamu nggak kuat bagaimana dengan mereka, siapa yang akan melindungi mereka kalau bukan ibunya sendiri, percayalah Nduk, semua masalah pasti ada jalannya!”

Sesuai dengan isntruksi Bu Lastri, Salsa pun mengikuti arahan beliau, walaupun sudah dua kali melahirkan tetapi tekanan batin yang dirasakan selama hidup berumah tangga dengan suaminya Sadam membuatnya kehilangan semangat dan pasrah dengan keadaan.

Untungnya Bu Lastri masih mau menyemangati Salsa dalam proses melahirkan. Tak butuh waktu lama, karena mengikuti arahan Bu Lastri akhirnya bayi yang ada di dalam kandungannya pun berhasil keluar dengan mudah dan tanpa jahitan sama sekali.

Kondisi bayi pun sangat sehat, bayi yang sehat berjenis kelamin laki-laki sebagaimana yang diprediksi oleh Bu Lastri.

Kulitnya masih memerah tetapi dia tahu warna kulitnya sangat putih seperti Salsa, hidung yang mancung dengan rambut tebal membuat bayi itu terlihat sangat menggemaskan.

“Oek ... oek ... tangisan bayi itu membuat Salsa menangis haru.

“Nduk, alhamdulillah sudah lahir, lihat Nduk bayimu memang laki-laki, sehat tidak ada kekurangan sesuatu apa pun,” jelas Bu Lastri bahagia dia pun terihat menangis haru.

Bu Lastri melihatkan bayi itu yang masih belum dibersihkan dan ingin menggendongnya.

“Sini Bu, biar Salsa gendong,” pintanya dengan pelan.

“Ibu bersihkan dulu ya!”

“Sebentar, Bu nggak usah!”

“Loh kenapa Nduk?”

“Karena bayi ini akan diambil sama Mbak Desi, Bu, dan Salsa tidak boleh dekat-dekat dengannya ... hiks ... hiks ...

“Apa kamu bilang Nduk?” Bu Lastri sangat terkejut dengan penuturan Salsa pelan.

“Kenapa harus begitu toh?”

“So-soalnya Mbak Desi mau mengangkat bayi ini untuk menjadi anak angkat katanya buat pancingan, Bu.”

“Memang sudah sepuluh tahun mereka menikah tetapi belum juga dikaruniai anak, makanya Ibu dan Mas Sadam rela mengambil anakku.”

“Kamu setuju?”

“Aduh jadi bingung toh Ibu ini, memang tidak ada salahnya dia mengangkat anakmu tetapi kalau langsung dipisahkan begini Ibu nggak setuju, kalian kan bisa merawatnya sama-sama, tanpa kamu harus dipisahkan oleh darah daging kamu sendiri.”

“Kamu harus yang kuat, ya Nduk, jika memang Desi mau mengambil anakmu ya kamu tetap mengawasinya.”

“Ibu nggak percaya sih kalau dia bisa merawat anak, kamu lihat saja tingkah lakunya!”

“Kamu harus tetap waspada sama mereka, kasihan anakmu nantinya,” jelasnya kepada Sasa.

“Iya, Bu terima kasih, atas nasihat Ibu.”

“Sama-sama.”

“Lihatlah Nduk, bayimu sangat menggemaskan dan ini ada tanda lahirnya di pundak kanannya,” jelas Bu Lastri memperlihatkan tanda di tubuh bayi itu.

“Bu, boleh fotokan bayi Sasa, Bu?”

“Sini Nduk, Ibu fotokan bayimu.” Bu Lastri memgambil ponsel milik Salsa dan mengabadikannya dalam bebarapa sesi foto di ponsel Salsa.

“Nduk, Ibu bersihkan dulu bayinya, agar bisa kamu susui segera sebelum diambil mereka,” usul Bu Lastri.

“Iya, Bu!”

 

Bu Lastri lalu mengambil bayi itu dan membersihkannya dengan cepat setelah itu ditimbang, diukur kepalanya dan mengecek kembali kesehatan bayi itu lalu memberikannya salep mata dan hal lainnya.

Setelah selesai dibersihkan dan diberi selimut bayi dan sudah siap untuk dibawa ke Salsa ibu kandungnya, tetapi langkah terhenti saat melihat kedatangan mereka berdua.

Wajah Bu Citra  dan Desi terlihat bahagia saat masuk kembali ke ruang bersalin itu.

“Sa, mana bayiku, nggak sabar rasanya untuk menggendongnya!”

“Bu, aku sudah menjadi seorang Ibu, aku senang banget, Bu!” Desi terlihat sangat bahagia saat mendengar tangisan bayi itu, tetapi saat ingin langsung masuk sempat dihalangi oleh anak buah Bu Lastri dengan alasan bayi dibersihkan terlebih dahulu.

 

“Sa, pokoknya aku yang gendong duluan sekarang aku kan yang jadi Ibunya, jadi kamu tidak perlu bersusah payah memberi asi, kalau perlu buang saja asimu itu atau kasih ke orang!”

“Bayi itu tidak perlu kamu beri asimu, nanti malah lengket lagi sama kamu!” cercanya.

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembalikan Anakku    14. Desi Hamil

    Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Untung saja Salsa sudah selesai di dapur. Bahkan sudah mandi dan segar. Bersantai sejenak di depan teras sambil menatap layar ponsel jadulnya. Salsa pun melihat story WA yang disematkan di postingan kakak iparnya sepuluh menit yang lalu. “Alhamdulillah, akhirnya Allah mengabulkan doaku. Kalau orang sabar itu pasti mendapatkan pertolongan dari-Nya. Aamiin.”“Mbak Desi posting tulisan seperti ini kayak dapat rezeki nomplok, apa ya?” tanya Salsa penasaran. Sesaat kemudian terlihat kembali status story WA dari Desi. Mata Salsa terbelalak saat melihat dan membacanya. “Akhirnya ada pengganti bayiku yang hilang. Terima kasih ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku untuk menjadi ibu sungguhan.” “Apa maksud Mbak Desi, apakah dia sedang hamil?” ucapnya dalam hati merasa bingung. Di saat Salsa masih bingung dengan perasaannya tiba-tiba saja mereka sudah kembali. Tampak mobil silver memasuki halaman rumah mereka. Sadam pun bersama mereka di dalam mo

  • Kembalikan Anakku    13. Tertawa Lepas

    Wajah Salsa terlihat semringah begitu juga dengan Sheila dan Sarah setelah sampai di rumah. Bagaimana tidak karena mereka berdua diizinkan untuk ikut ibunya bekerja untuk menjadi baby siter di rumah besar itu. Rupanya Salsa tidak ragu-ragu lagi untuk mengambil keputusan tanpa seizin suaminya . Dia langsung menerima tawaran itu. Meskipun dia tahu kalau Sadam akan tidak mengizinkannya dia tetap nekat untuk bekerja. Bukan Salsa yang gila yang tapi dia ingin membuat kedua anaknya tumbuh dengan makanan yang bergizi dan sehat. “Ma, kok sepi sih pada ke mana yah?” tanya Sheila saat melihat rumah mereka tak melihat satu pun orang di sana. “Biasa kali, mereka pasti keluar. Biarkan saja Sayang, sekarang bawa adikmu dan cepat ganti pakaian , sudah jam lima ternyata, cepat sana!”:perintah Salsa disertai anggukan kepala dengan sikap hormat. “Siap Bos!” sahut Sheila dan Sarah bersamaan. Baru kali ini bisa tawa ceria dari mereka membuat mata Salsa berkaca-kaca. Sheila yang sudah mengerti akan p

  • Kembalikan Anakku    12. Tawaran

    Wanita paru baya itu segera memanggil warga meminta bantuan untuk mengantarkan Desi ke rumah sakit terdekat. Untung masih ada orang yang masih peduli dengan mereka meskipun keluarga itu sering berbuat masalah. Sampai di rumah sakit Desi langsung diperiksa oleh dokter. Tampak sekali raut wajah Bu Citra masih terlihat sangat Khawatir. “Bagaimana Dok, apa yang terjadi dengan Desi, anak saya?” Bu Citra tak sabar menanti penjelasan dokter yang baru saja keluar dari ruangan. “Lebih baik kita pastikan dulu sepertinya pasien sedang hamil tapi kita akan melakukan pengecekan terlebih dahulu agar lebih meyakinkan,” sahut dokter itu membuat mulut Bu Citra menganga.“A—apa yang Dokter katakan? Ha—hamil? Anak saya hamil?” Bu Citra sangat terkejut bercampur bahagia. Dia tak menyangka kalau putrinya akan segera memiliki anak sendiri.“Lebih baik kita memastikan dulu, Bu,” jawab dokter itu lagi. “Baik, terserah dokter saja. Kamu dengar itu Desi, kamu hamil?” Bu Citra sampai menutup mulut dengan ta

  • Kembalikan Anakku    11. Harapan Baru

    Wajah Salsa tak lagi murung setidaknya ada secercah harapan untuk bisa bertemu kembali dengan anaknya. Apalagi saat bertemu bayi lucu yang sangat menggemaskan itu terlihat ada guratan senyuman yang terlukis di wajahnya. “Ah kenapa aku merasa dia seperti bayiku yang hilang? Dan bagaimana perkembangan kasus bayiku itu, sepertinya aku harus mencari tahu apakah Mas Sadam memang sudah melaporkan ke kantor polisi atau belum,” ucapnya kesal dalam hati. “Wah hebat kamu Sa, jam segini baru pulang, dari mana saja kamu?” bentak Bu Citra menatap tajam menghadang jalan Salsa yang ingin masuk ke rumah. “Dari luar, kan Ibu sudah lihat Salsa datang dari luar,” ucapnya tanpa ingin berdebat panjang. “Dasar menantu kurang ajar. Kamu nggak lihat ini sudah jam berapa? Apa saya harus mengingatkan kamu tugas kamu, Salsa?” Bu Citra semakin geram dan tidak biasanya wanita yang dianggap lemah itu mulai berontak. “Iya Bu, tapi Salsa butuh istirahat juga. Dari subuh Salsa sudah mengerjakan pekerjaan rumah i

  • Kembalikan Anakku    10. Merenungi Nasib

    “Aku yakin dengan temanku itu Mbak, mereka memang sih orang miskin dan tidak sanggup membiayai bayinya makanya dia mau memberikannya kepadaku,” jawabnya pelan.“Lebih baik kamu buat surat perjanjian sama temanmu itu, jangan sampai dia akan mengambil lagi anaknya setelah besar apalagi saat dia hidup di rumah orang kaya, kita memang tidak tahu sifat manusia Re.”“Mungkin saat ini dia hanya meminta satu milyar, nggak tahu kan ke depannya jika dia meminta uang kamu lagi atau memeras kamu bagaimana, kamu mengesahkan bayi itu adalah anak kamu, jangan sampai saat kamu sudah terlanjur sayang dengan bayi itu dan ketika besar mengakui kalau mereka adalah orang tua kandungnya, ribet loh Re,” cerca Dokter Shinta berusaha menasihati adiknya.“Ingat Re, bukan berarti kita memutuskan ikatan mereka, biar bagaimana pun mereka adalah orang tua kandungnya dan kamu harus lebih dulu memberitahukannya ketika dia sudah besar, jangan mereka karena Mbak takut mereka akan memutar balikan fakta kamu kamu yang

  • Kembalikan Anakku    09. Bertemu Rere dan Bayi Itu

    Tangisan pilu itu semakin kencang terdengar di telinga Salsa, naluri keibuannya pun semakin memanggilnya.“Suara tangisan itu mengingatkan dengan bayiku yang hilang dan kenapa sampai sekarang belum ada kabar dari polisi, apakah Mas Sadam memang sudah melaporkannya atau tidak sih?” gerutunya dalam hati tetapi langkahnya tidak berhenti untuk mencari suara tangisan bayi itu yang menyentuh hatinya.Sampai di sebuah lorong rumah sakit, terlihat seorang wanita cantik tinggi semampai sedang menggendong seorang bayi, dia tampak kewalahan saat bayi itu menangis begitu kencangnya.Salsa mencoba mendekati wanita muda itu dan menyapanya.“Maaf, bayinya kenapa Mbak?” “Nggak tahu kenapa Mbak, hari ini jadwalnya imunisasi tetapi dia terus saja menangis padahal di rumah dia tidur eh malah ke sini jadi begini,” jawab wanita itu kewalahan dan sedikit prustasi.“Kenapa nggak disusui saja bayinya, Mbak? Kasihan banget,” tanyanya lagi merasa kasihan karena mengingat anaknya kembali.“ASI saya nggak kelu

  • Kembalikan Anakku    08. Ancaman Dan Sandiwara

    “Akan kupastikan kamu tidak bisa bertemu dengan mereka, apa itu yang kamu, Salsa?” Ucapan itu terdengar seperti petir di siang bolong menambah luka yang belum kering, kini sudah tercipta luka yang baru.Salsa berhenti sejenak, kini dia pun menjadi dilema antara mencari bayi yang hilang itu atau kedua anaknya yang juga butuh perhatiannya. “Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Aku juga tidak mungkin meninggalkan kedua anakku dengan mereka, bagaimana nasib mereka jika tidak ada aku?”“Bisa-bisa mereka juga akan menelantarkan kedua anakku yang lain hanya karena kesal kepadaku.”“Tidak-tidak aku tidak boleh egois, aku akan mencari cara lain,” batinnya berkata.“Kenapa Sayang, apa yang kamu tunggu, Ayuk silakan jika kamu mau pergi aku tidak keberatan tetapi seperti yang aku bilang tadi, selangkah saja kamu keluar jangan harap kamu bisa bertemu mereka lagi!”Sadam mendekati Salsa dan membisikkan sesuatu di telinganya.“Berpikirkah dua kali jika kedua anakmu ingin selamat, Sayang,” ucapnya pe

  • Kembalikan Anakku    07. Bujuk Rayu Bu Citra

    “Istrimu ini sangat subur setiap lepas KB saja dia langsung bisa hamil, kamu bisa memanfaatkan nya dan membuat dia hamil ya paling setahunan gitu jaraknya, dan lagian dia itu nggak susah kalau melanjutkan tidak ada pendarahan atau tekanan tinggi, sangat gampang,” cerca Bu Citra bersemangat.“Bukannya Ibu yang menyuruh Salsa untuk pakai KB agar Salsa, nggak punya anak lagi?” “Iya memang, tetapi setelah kejadian ini kamu nggak dengar kata Desi, temannya mau membayar dengan harga mahal satu milyar Sadam.”“Bayangkan saja kamu jual anakmu dengan satu milyar apa kita nggak kaya mendadak, apalagi kamu bisa melahirkan anak laki-laki seperti bayi yang di jual itu, lebih besar harganya dari pada yang perempuan.”“Tidak Bu, Sadam tidak mau itu sama saja kita melawan hukum, Ibu mau masuk penjara, cukup sekali ini saja Bu, Sadam nggak mau membuat Salsa menderita.”“Sadam nggak mau melakukan kesalahan lagi, cukup sekali saja, jika Salsa tahu kalau Sadam terlibat dia akan marah besar dan akan men

  • Kembalikan Anakku    06. Kesepakatan

    “Kamu sangat keterlaluan Mbak, bagaimana bisa kemu teledor seperti itu?” teriaknya kembali.“Aku juga tidak tahu, Sa, saat aku ingin pergi kamar mandi aku menitipkan kepada salah satu karyawan toko itu, tetapi saat aku kembali bayi itu sudah tidak ada lagi di dalam kereta dorong itu.”“Aku sudah menanyakan kepada karyawan itu tetapi dia juga menyesal karena saat itu lagi banyak pengunjung dan dia tidak melihat siapa yang membawa bayi itu.”“Aku dan Mas Dirga sudah melihat CCTV di sana, tetapi posisi di area itu tidak ada kata petugas di sana,” kilahnya berbohong.“Kenapa kamu membawa bayiku ke luar, dia belum ada seminggu dan itu sangat rentan Mbak, apa kamu tidak tahu itu, atau kamu sengaja membuat bayiku meninggal, hah?” teriaknya histeris.“Sa, aku tidak tahu, aku hanya ingin jalan-jalan dengan bayiku tidak lebih dari itu , aku tidak ada niatan untuk menghilangkannya, kamu tahu sendiri kan kalau aku sangat menginginkan seorang anak?” kilahnya.“Mas, bagaimana ini, kita harus se

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status