Dalam sekejap, hawa yang berada di sekitar tubuh Ronald jadi terasa dingin. Selain itu, dia juga terlihat menyeringai ketika memegang uang yang ditaruh di saku bajunya. Baru kali ini dia diperlakukan sehina itu oleh orang lain. Dasar wanita yang tidak tahu diuntung! Kalau bukan karena pertemuan mereka kemarin, Ronald juga mana mungkin akan meminjamkan pakaiannya untuk Rachel! Ronald lantas mendongak dan mendapati teman-temannya sudah mengelilingi Rachel. Spontan dia pun mengernyit dan mempercepat langkahnya untuk menghampiri mereka. Rachel memang dikelilingi oleh tujuh sampai delapan orang pria, tapi dia sama sekali tidak terlihat malu ataupun tidak nyaman. Dia hanya menatap semua pria itu satu per satu dengan perlahan. Pertama, ada Yohanes, anak kedua di keluarga Sundoro. Kemudian, ada Christopher selaku penerus keluarga Mahesa. Setelah itu, ada juga …. Semua pria yang mendatangi Rachel merupakan anak-anak yang berasal dari pergaulan orang kaya. Empat tahun yang lalu … bukan. S
Rachel sudah membawa Darren mencari ke setiap sudut kompleks, tapi mereka masih tidak bisa menemukan kucing itu. Pada akhirnya, Rachel menyadari bawa kemungkinan dia telah dibohongi oleh anak kecil ini. Alhasil, dia pun menatap Darren dan bertanya padanya, “Kamu serius lagi nyari kucing peliharaan kamu?” Darren tidak berkutik ketika ditatap seperti itu oleh Rachel. Sesungguhnya, dia sendiri bukanlah anak yang suka berbohong, tapi jika tidak demikian, dia tidak punya alasan lain untuk menghabiskan waktu bersama Rachel. Darren pun tidak bisa berkata apa-apa lagi dan hanya mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Dari reaksi yang diberikan Darren, Rachel tahu tebakannya tepat sasaran, dan dia pun bertanya, “Nama kamu siapa? Rumah kamu di mana, biar aku antar kamu pulang.” Seketika itu juga Darren merasa sedih dan kecewa. Dia sudah susah payah melarikan diri dari rumah dan berlari begitu jauh hanya untuk bertemu dengan Rachel, tapi belum setengah jam mereka bersama, Rachel sudah ingin menganta
Rachel sudah menduga kalau Darren pasti adalah anak keluarga Tanjaya, tapi yang tidak Rachel sangka, Darren ternyata adalah anaknya Ronald. Darren terlihat seumuran dengan Michael, jadi Darren juga seharusnya berusia sekitar empat tahun. Akan tetapi, sekitar empat sampai lima tahun yang lalu saat Rachel masih berada di Suwanda, dia tidak pernah dengar kabar tentang pernikahan Ronald …. “Aku nggak tahu kamu tahu dari mana kalau aku sudah punya anak, tapi kamu nggak boleh kasih tahu ke orang lain,” ancam Ronald, “Kalau sampai aku tahu kamu bocorin hal ini, aku nggak bakal kasih ampun kamu ataupun anak-anak kamu.” Racel hanya tertawa mendengar ucapan Ronald. Mau diancam seperti apa pun, dia sudah tidak peduli lagi. Jangan harap Ronald bisa menggunakan anak-anaknya sebagai ancaman! “Biarpun nggak ada seorang pun yang berani cari masalah sama kalian, kalau kamu berani nyakitin anakku, kamu pasti bakal menyesal,” balas Rachel. Setelah mengatakan hal itu, Rachel langsung berbalik dan per
Cara Ronald memandang Shania dipenuhi dengan penghinaan dan juga sikap yang sinis. Kalau memang Shania benar-benar menyukai anak kecil, Ronald pasti akan dengan senang hati menikahi dia. Hanya saja … Ronald sering kali memergoki Shania menatap Darren dengan sorot mata yang sangat tidak bersahabat. Apabila mereka berdua tinggal bersama, bisa-bisa sifat Darren jadi akan semakin sulit diatur. Sampai detik ini, Ronald masih tidak habis pikir mengapa lima tahun yang lalu, dia mau tidur bersama dengan wanita yang tidak punya hati nurani ini …. Begitu sang anak lahir saja, Shania sudah langsung minta Ronald untuk bertanggung jawab. Dari sini sudah terlihat jelas kalau Shania hanya ingin memanfaatkan sang anak untuk naik kasta. Dan parahnya, Ronald malah mencari-cari wanita ini selama delapan bulan hanya karena kejadian di malam itu …. Andaikan Ronald tahu dari awal kalau sifat Shania seperti ini, dia tidak akan masuk ke ke kamar itu pada malam kejadian. “Ronald, aku ini mamanya Darren, se
Siska merasa sangat sedih melihat neneknya sendiri begitu kecewa padanya. Padahal Siska adalah bagian dari keluarga Winarta, dan dia juga adalah cucu kandungnya, tapi Risma malah melindungi orang luar yang bukan bagian dari keluarga Winarta! Memangnya apa yang telah Siska lakukan sampai dia diusir dari keluarganya sendiri! “Kalau Nenek lebih milih untuk lindungin Rachel daripada aku, nggak usah anggap aku sebagai cucu lagi saja sekalian!” bentak Siska. “Kamu sudah menikah sama keluarga Tarjoto dan sudah jadi bagian dari mereka, jadi nggak usah datang lagi ke sini,” kata Rima tanpa menaruh perasaan sedikit pun, “Kemari, bawa Siska dan Egi pulang ke rumah mereka.” Emosi Siska langsung meluap tak karuan. Kata-kata yang tadi dia lontarkan kepada neneknya hanya sekadar gertak sambal, tapi tak disangka Rima malah menganggapnya serius. Perlakuan neneknya kepada Siska ini bagaikan sebuah tamparan sangat keras yang mendarat di wajahnya. Tepat di saat itu juga, mobil yang Hengky kendarai ber
Dari wujud perhiasan yang jernih dan bercahaya, Rachel yakin kalau perhiasan itu adalah warisan yang sangat berharga. Harganya juga tentu sangat tinggi, yang mana bahkan orang berduit pun belum tentu bisa membelinya. Namun, Rima malah memberikannya begitu saja kepada Rachel. “Makasih, ya, Nek,” ucap Rachel terharu. Lalu dia menyimpan perhiasan itu dan kembali bertanya, “Nek, orang-orang dari keluarga Hutomo juga bakal datang ke acara besok malam?” “Kalau aku ajak orang-orang biadab dari keluarga Hutomo, yang ada malah bikin kotor keluarga Winata saja. Waktu itu mereka yang mau membunuh kamu. Mereka pasti bakal syok kalau sampai tahu kamu masih hidup!” Mendengar itu, Rachel menggenggam erat tangan Rima dan merasakan ketenangan di hatinya. …. Malam pun tiba, dan lampu-lampu mulai menerangi langit yang gelap. Sebelum pukul delapan malam, sudah ada sederetan mobil mewah yang berhenti persis di depan pintu masuk kediaman keluarga Winata. Keluarga Winata juga merupakan keluarga yang sa
Dari wujud perhiasan yang jernih dan bercahaya, Rachel yakin kalau perhiasan itu adalah warisan yang sangat berharga. Harganya juga tentu sangat tinggi, yang mana bahkan orang berduit pun belum tentu bisa membelinya. Namun, Rima malah memberikannya begitu saja kepada Rachel. Rachel mengangkat gaunnya untuk menumpahkan minuman ke lantai, sehingga tidak ada lagi noda yang tersisa di gaunnya. “Banyak banyak orang yang iri kayak kamu, makanya aku pakai gaun berbahan kain brokat biar nggak kotor,” kata Rachel, “Eh, tapi kamu nggak mungkin, ‘kan, iri sama aku. Yang tadi pasti nggak sengaja.” Siska merasa malu setengah mati mendengarnya. Gaun macam apa pula ini bisa tidak ternodai meski sudah ketumpahan minuman? “Kak Siska, kalau Kakak masih bikin rusuh, pulang saja sana!” Roy juga saat itu sedang berada di ruang ganti dan menyaksikan apa yang terjadi barusan. Orang yang cukup waras pasti bisa melihat dengan jelas kalau tadi Siska memang sengaja menumpahkan minuman ke gaun Rachel. Roy ma
Apakah mungkin, acara malam ini bertujuan merayakan pertunangan putra sulung keluarga Winarta? Keluarga Winarta berhasil menduduki peringkat sepuluh besar di Suwanda, dan Roy juga tentu saja menjadi menantu pilihan banyak keluarga kaya di Suwanda. Mereka ingin melihat anak perempuan dari keluarga mana yang beruntung bisa menjadi tunangannya Roy. Dalam sekejap, semua mata tertuju kepada sosok wanita yang berdiri di samping Roy, dan mereka pun terkesiap ketika melihat kecantikannya. Kemunculan Rachel juga membuat semua wanita yang ada di lokasi merasa rendah diri. “Gila, dari mana Roy bisa dapat cewek secantik itu. Mukanya benar-benar cantik banget nggak ada obat!” “Kulit dia putih banget, badannya juga bagus. Aku yang sesama cewek saja naksir lihatnya, kyaa!” “Kalian merasa, ngga, sih? Tunangannya si Roy itu kok mirip sama anak dari keluarga Hutomo, ya?” “Maksud kamu Rachel? Rachel memang dijuluki sebagai cewek tercantik satu Suwanda waktu itu, tapi kalau dibandingin sama tunangann