Share

Bab 2. Menempati tubuh baru.

Saat ingin bangun dari tidurnya, Shen Luo Xiang merasakan tubuhnya tidak bisa digerakan sama sekali.

“Sial ada apa dengan tubuh ini!” gumam Shen Luo Xiang kemudian memeriksa tubuhnya sendiri.

Beberapa detik kemudian.

“Dantian rusak... Memiliki tiga akar elemen?” Gumam Shen Luo Xiang begitu terkejut melihat kondisi tubuhnya.

Tidak mengetahui apapun yang terjadi. Tiba tiba pintu kamarnya terbuka, dibarengi dengan munculnya sosok wanita cantik berusia empat puluh tahunan.

“Xianger... Kau sudah bangun?” tanya Wanita itu segera memeluk tubuh Shen Luo Xiang.

“I-ibu kira, ibu tidak akan pernah melihatmu lagi huhu...”

Di tengah kebingungannya, Shen Luo Xiang tahu. Bahwa Rohnya telah memasuki tubuh orang lain. Meski ini adalah hal baik, namun kondisi tubuhnya begitu parah dengan luka Dantian yang rusak. Serta lumpuhnya syaraf pergerakan dari tubuh Luo Xiang yang ia pinjam.

“Nak... Maafkan ibu, karena ibu ada urusan jadi tidak bisa melindungimu... “ tangis Luo Lan, ibu dari tubuh barunya.

Shen Luo Xiang merasa terharu, apalagi kini ia meminjam tubuh anaknya yang telah mati. Kini ia hanya bisa membalas pelukan Luo Lan dengan hangat.

“Ibu tenanglah, Xianger baik baik saja."

“Baguslah kalau begitu nak... Oiya nak, karena kamu baru bangun, bagaimana jika ibu buatkan bubur hangat untukmu?” tanya Luo Lan bersemangat kembali.

Shen Luo Xiang hanya mengangguk. Setelah kepergian Luo Lan, Shen Luo Xiang segera memeriksa Jiwa Dewanya.

“Aiishh... Hanya tersisa beberapa persen saja... Tapi setidaknya ini cukup untuk mengobati luka dalam bocah ini... Namun untuk Dantian yang rusak, aku akan segera memikirkannya nanti,” gumam Shen Luo Xiang kemudian mulai menggunakan Jiwa Dewanya untuk mengobati kelumpuhan tubuh itu.

Swuuuuung!

Tubuh Shen Luo Xiang bergetar hebat, perlahan tapi pasti luka dalam yang dialami tubuh tersebut mulai membaik. Hingga, beberapa menit kemudian semua luka di dalam tubuh telah kembali seperti sedia kala.

“Berhasil...”

Tak lama, Luo Lan kembali muncul membawa bubur hangat.

“Xi-xianger! Ka-kau sudah sembuh?” tanya Luo Lan terkejut, karena ia tahu anaknya telah lumpuh total.

“Ehh ini...” Bingung dalam menjawab, Shen Luo Xiang akhirnya menemukan sedikit alasan yang tepat.

“Tadi ada seorang kakek tua yang tiba tiba datang padaku... Dan dia mengobati ku tanpa pamrih. Jadi...”

“Sukurlah kalau begitu...”

Meski terlihat percaya, nyatanya Luo Lan sedikit menaruh curiga, bahkan ia merasa sifat anaknya ini telah berbeda seratus delapan puluh derajat.

“Oiya ibu... Sepertinya ibu mengalami keracunan...” ucap Shen Luo Xiang keceplosan melihat keanehan pada tubuh Luo Lan.

Sontak Luo Lan terkejut, karena hanya anaknya ini yang tahu soal racun di dalam tubuhnya.

“Ba-bagaimana kamu tahu nak!” Kini Luo Lan tidak bisa menyembunyikan raut wajah keterkejutannya.

Shen Luo Xiang hanya bisa menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. Entah bagaimana cara menjawab pertanyaan ini, yang pasti ia takut identitasnya sebagai Shen Luo Xiang harus di ketahui oleh ibu dari pemilik tubuh yang sebenarnya.

“Sudahlah... Mungkin kau memiliki kelebihan lain setelah sembuh dari lukamu... Jadi sekarang istirahatlah dengan baik.”

“Dan jangan lupa... Makanlah bubur yang dibuat oleh ibu...”

“Baik Bu...” Luo Xiang merasa lega mendengar ibunya akan pergi.

Setelah kepergian Luo Lan, Shen Luo Xiang segera memakan bubur itu dengan lahap. Merasa bosan, apalagi tubuh yang baru ia tempati sangatlah lemah. Shen Luo Xiang memutuskan untuk melatih fisiknya dengan cara berlari seharian disekitar rumahnya.

“Tuan muda... Anda sudah...” ungkap salah satu pelayan terkejut melihat kondisi Luo Xiang yang sehat seperti sebelumnya.

Shen Luo Xiang hanya menaikan kedua bahunya, setelah itu ia melanjutkan melatih fisiknya dengan cara berlari tanpa henti.

Semua mata anggota klan Luo tertuju pada Luo Xiang. Karena mereka tahu, Luo Xiang tidak mungkin dapat berkultivasi karena Dantiannya yang telah rusak sejak kecil. Dengan kondisi seperti itu, bukankah usaha Luo Xiang sia sia jika melatih kekuatan fisiknya?

“Ah apa mereka tidak terbiasa melihat tubuh lama ini melakukan pelarian seperti ini?” tanya Shen Luo Xiang heran.

Namun tiba tiba, di tengah melatih fisiknya, seorang pemuda dengan sombongnya menabrak tubuh Shen Luo Xiang.

Braaaak!

“Dasar sampah! Apa kau tidak memiliki mata!”

Salah satu alis Shen Luo Xiang terangkat. Karena menurutnya ia berlari juga diarea kediamannya sendiri. Apalagi, ia berlari dengan rute yang sama seperti sebelumnya.

“Ooh maaf, mungkin matamu saja yang katarak!” balas singkat Shen Luo Xiang melanjutkan pelatihan fisik kembali.

Mendengar ucapan tengil dari Shen Luo Xiang. Pemuda dari klan Han itu segera melempar sebuah batu ke arah Shen Luo Xiang. Meski tidak melihatnya, namun Luo Xiang tahu adanya serangan menuju ketubuhnya. Sehingga ia harus menggeser sedikit tubuhnya, akhirnya Shen Luo Xiang berhasil menghindari lesatan batu itu.

“Apa ini caramu menghormati tuan rumah?” tanya Shen Luo Xiang menghentikan pelatihannya.

“Cuuiih! Sosok sampah sepertimu apa pantas dibandingkan denganku?” tanya Han Fei menyombongkan dirinya.

Tatapan mata Shen Luo Xiang berubah menjadi menakutkan.

“Selama hidupku, aku belum pernah mendengar seseorang memanggilku dengan sebutan sampah... Jika kau...” ucap Luo Xiang yang langsung terpotong.

“Hahaha dasar sampah! Hai lemah! Memang sejak dulu bukankah kau sampah?!”

Meski tubuh Luo Xiang cacat, namun dengan pengalaman bertarung hidup dan mati yang telah banyak dilalui, Luo Xiang tidak merasakan ancaman apapun jika Hanya Han Fei yang bertindak.

Swuuuung!

Di saat Luo Xiang mulai bergerak. Aura membunuh kini merembes di tubuh Han Fei, Han Fei juga langsung menyambut serangan Luo Xiang yang

mengarah padanya. Namun, tiba tiba gerakan Luo Xiang berubah ubah. Hingga tangan Luo Xiang dapat meraih tubuh Han Fei dengan mudah.

Plaaaaak! Plaaaaak! Plaaaaak!

Tamparan mendarat dengan cepat kearah wajah Han Fei. Semua orang yang melihat kecepatan, apalagi serangan tamparan keras Luo Xiang begitu terkejut.

“Coba katakan lagi...”

“Ka-kau curang...”

Plaaaaak! Plaaak! Plaaaaak!

Tamparan susulan terus mendarat kearah wajah Han Fei hingga terlihat seperti babi. Merah membekas telapak tangan, bengkak, yang jelas wajah Han Fei sudah tidak bisa dikenali kembali.

Setelah puas memberikan tamparan keras, Luo Xiang segera melanjutkan pelatihan fisiknya. Semua orang yang melihat kejadian ini masih berdiri mematung. Karena baru pertama kali mereka melihat Luo Xiang berani menyerang Han Fei. Apalagi yang membuat mereka sangat terkejut, seolah olah Han Fei adalah semut bagi Luo Xiang.

Begitu juga dengan Luo Lan yang memang melihat kejadian ini. Dengan wajah cantiknya, ia merasa bangga melihat keberanian serta perbedaan anaknya ini.

“Seandainya kesalahan tujuh belas tahun yang lalu tak terjadi... Mungkin kau pantas menjadi salah satu jenius pada seumuranmu...” gumam Luo Lan.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Arim Kamandaka
manstaffff
goodnovel comment avatar
Tuan Muda
wah makin seru kayanya
goodnovel comment avatar
Teo Naldi
semangat terus tor.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status