Home / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 04. Darah di Atas Amarah.

Share

Bab 04. Darah di Atas Amarah.

Author: Ine Time
last update Last Updated: 2024-12-31 15:38:29

Yuwen menyesal karena tidak langsung meninggalkan istana. Seharusnya ia pergi saja bersama Jiali melalui pintu rahasia lalu mencari penginapan. Di ujung Koridor yang diterangi lentera merah menyala, Yunqin berdiam, tampak memang sedang menunggu Yuwen. 

Langkah-langkah berat terdengar mendekat. Pakaian pernikahan merah Yunqin memantulkan cahaya lentera, memperlihatkan sulaman naga emas yang berkilau seperti api. Sosoknya terlihat sempurna dalam balutan gaun itu, tetapi wajahnya yang tegang dan mata yang menyala marah menunjukkan kesan berbanding terbalik..

"Di mana Jiali?” Pertanyaan Yunqin bisa langsung ditebak Yuwen. Tentu saja Yunqin melihatnya bersama Jiali..

“Dia akan menjadi istriku. Tidak ada salahnya kami saling mengenal.”

Kata-kata itu seperti pukulan telak bagi Yunqin. Yunqin sadar tidak ada kekeliruan dalam kalimat yang diucapkan Yuwen. “Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!”

Yuwen menatapnya.. "Yang Mulia, kembalilah ke aula utama. Semua tamu sedang menunggumu. Kau tidak seharusnya berada di sini."

"Kembali?" Yungin mendengus. "Kau tahu aku tidak menginginkan pernikahan ini terjadi! Seharusnya Jiali yang menjadi istriku!” sentak Yunqin.

Ketegangan di antara mereka persis seperti senar yang ditarik terlalu keras sampai terdengar langkah anggun mendekat. Junsu muncul dari balik pilar dengan gaun berhiaskan permata berkilauan. Wajahnya dingin, tatapannya tajam. menyapu mereka semua.

"Yang Mulia Pangeran Mahkota.”

Yunqin melirik ibunya. Panggilan tegas itu berniat mengingatkan Yunqin akan statusnya, akan rencananya. Yunqin berusaha mengalihkan pandangannya dari Junsu.

“Pangeran Mahkota, apa yang sedang kau lakukan? Ritual masih berlangsung, tamu-tamu menunggu, dan kau berada di sini?” lanjut Junsu mengalihkan pandangan pada Yuwen seolah berkata Yuwenlah yang bersalah mengacaukan segalanya.

Mau tak mau Yunqin berbalik, menghadapi ibunya. "Sebaiknya hamba menyelesaikan masalah ini!”

Pandangan Junsu menajam. “Sebaiknya Yang Mulia Pangeran Mahkota kembali ke aula utama.” Pandangannya beralih pada Yuwen. “Aku rasa Pangeran Kedua masih belum berganti pakaian. Apa … kau tidak mau mendatangi pernikahan kakakmu?”

"Bukankah yang diizinkan masuk hanyalah tamu yang memiliki plakat emas atau anggota keluarga kerajaan? Apakah menurut Yang Mulia Permaisuri, hamba termasuk ke dalam salah satu kategori itu?” 

Junsu coba menarik senyum. Pertanyaan Yuwen menyentil dirinya. Tanpa menoleh ke Yunqin, Junsu kembali berkata, “Yunqin’er, jangan memulai konflik, kembalilah ke aula!”

Yunqin diam. Amarahnya terlalu membara untuk bisa dipadamkan oleh ancaman terselubung Junsu. Ia malah melangkah maju, mendekati Yuwen.

"Kau pikir aku akan melepaskan ini?" 

Dengan gerakan cepat, Yungin menarik pedang dari pinggang Yuwen. Yuwen tersentak, mundur beberapa langkah. Seluruh tubuhnya bersiap menerima serangan yang mungkin dilayangkan Yunqin.

“Hentikan!!" Suara berat Kaisar Tao bergema dari ujung koridor. Sang Kaisar melangkah cepat, diikuti beberapa pejabat tinggi dan tamu undangan yang terlihat bingung dan takut.

Yunqin tidak peduli. Ia mengarahkan pedang itu langsung ke dada Yuwen yang diam bagai batu karang di tengah badai.

"Lakukan apa yang ingin Kakak lakukan padaku. Sudah sejak lama Kakak ingin melakukannya bukan? Kita berdua tahu, titah sudah diturunkan. Bagaimanapun Jiali akan menjadi istriku," kata Yuwen datar.

Kata-kata itu menyulut api lebih besar dalam hati Yunqin. Dalam teriakan marah, ia mengayunkan pedang. Yuwen menghindar dengan gerakan cepat, tetapi pedang itu sempat menggores lengan kirinya. Darah segar merembes cepat hingga ke ujung jemari lantas jatuh menetes ke lantai.

Tamu-tamu terbelalak. Kaisar Tao berdiri dengan wajah lebih tegang, tidak tahu harus berbuat apa. Para penjaga bergerak maju, tetapi Junsu mengangkat tangan, menghentikan mereka yang berusaha menjadi perisai Yuwen.

Ujung bibir Yuwen naik, ia melangkah mundur. Melihat ekspresi Yuwen, Yungin menyerang lagi, tetapi kali ini Yuwen menangkap pergelangan tangan Yunqin, memutar tubuhnya dengan cepat. 

Yunqin menjerit, pedang itu jatuh ke lantai, bergema di sepanjang koridor.

“Prajurit! Lindungi Yang Mulia Pangeran Mahkota!” pekik Junsu panik. Bagaimanapun, reputasi Yuwen adalah panglima perang terbaik istana. Ilmu beladiri yang dimilikinya bukan tandingan Yunqin.

Yungin terengah-engah, matanya memerah, tetapi tidak bisa berkata apa-apa. Ia meremas pergelangan tangannya yang dipelintir Yuwen.

Yuwen meraih pedangnya di lantai. Menyeka darahnya di ujung pedang dengan sehelai kain yang ia keluarkan dari sela baju lantas menyarungkannya kembali.

"Sudah cukup," ujar Yuwen datar.

“Prajurit! Tangkap Qing Yuwen!” jerit Junsu memecah keheningan. Kali ini nada bicaranya lebih keras, penuh otoritas.

“Hentikan! Siapapun yang berani menyentuh putraku, Qing Yuwen, akan berhadapan langsung denganku!” marahnya berapi-api. 

Bibir Junsu gemetar, tangannya meremat gagang kipas tanpa peduli akan melukainya sendiri. Ia ingin mengucapkan sesuatu, tetapi nalurinya meminta untuk diam.

Kaisar Tao mendekati Yuwen, menatap luka memanjang di lengan kirinya. “Yuwen'er, kau terluka.” Ia menarik napas dalam-dalam. “Kembalilah ke paviliunmu, tabib akan datang.”

Yuwen membungkuk. “Baik, Yang Mulia,” ucapnya kemudian berlalu pergi.

Tanpa berkata apa-apa lagi Kaisar Tao mengibas jubahnya tepat ketika ia melewati Junsu dan Yunqin sebagai satu pertanda kalau ini adalah masalah serius yang sudah sangat memancing amarahnya.

Junsu menggigit bibir. Pandangannya tak sengaja beradu pandang dengan Han Dunrui yang berdiri di dekat pintu aula. Wajah Han Dunrui tiba-tiba memucat. Lelaki tua itu tahu kalau ia dalam masalah besar.

***

Setelah apa yang telah terjadi, upacara pernikahan terhenti. Yunqin tidak kembali ke aula utama. Meninggalkan mempelai wanita yang menanggung malu. Bahkan Kaisar Tao terpaksa lebih awal meninggalkan jamuan makan.

“Kau mempermalukan Yunqin,” kata Junsu tanpa basa-basi setelah menerobos masuk ke ruang kerja Kaisar Tao.

Kaisar Tao memandang dingin istrinya. “Aku hanya menegaskan apa yang seharusnya aku lakukan sebagai kaisar. Yunqin harus belajar mengendalikan dirinya. Sebagai Pangeran Mahkota, tidak boleh bertindak seperti anak kecil.”

“Yuwen sengaja memancingnya,” balas Junsu, “kau membiarkannya?”

“Yuwen adalah bagian dari keluarga kekaisaran,” jawab Kaisar Tao. “Aku tidak akan membiarkan Yuwen dipermalukan dan disakiti, bahkan oleh putraku sendiri.”

“Yuwen adalah ancaman,” Junsu menegaskan. “selama Yuwen ada, Yunqin tidak akan pernah merasa aman di singgasana.”

“Kau yang membuat segalanya lebih rumit. Yuwen tahu dimana kedudukannya.”

“Pernikahan Han Jiali dengan Yuwen harus dibatalkan! Jiali akan menjadi selir Yunqin!”

Keras Kaisar Tao menggebrak meja. “Hari ini Putri Sun Li Wei sudah dipermalukan. Dia telah menjadi istri dari Qing Yunqin. Kau tahu kekuasaan tak terbatas bila Yunqin bisa menyatukan Zijian dan Anming? Sebaiknya kau mulai menjernihkan kepala Yunqin dan minta dia melupakan Han Jiali!”

“Mengapa harus Han Jiali yang menjadi istri Yuwen? Mengapa? Wanita itu sudah sejak lama dijodohkan dengan Yunqin!”

“Junsu, sebaiknya berhenti memanipulasi semuanya.”

Junsu menggertakkan giginya. Ia tahu bahwa Kaisar Tao tidak akan mudah digoyahkan. Mulai detik ini, semua harus berjalan sesuai rencananya. Semuanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 155. Kembalinya Sang Pangeran.

    Musim semi sudah berganti tiga kali sejak peristiwa berdarah itu. Semua orang cuma melanjutkan hidup tanpa benar-benar seutuhnya melupakan rasa sakit.Burung-burung kecil terbang rendah di atas atap paviliun, dan aroma wangi teh melati menggantung di udara. Daun-daun plum berguguran perlahan, menyentuh pelataran berlumut yang basah oleh embun kemarin. Semburat jingga menyelimuti langit sore Hangzi. Jiali meletakkan kembali surat yang sudah ia baca berulang di atas meja. Pandangannya jauh menatap ke tengah taman.Tawa malaikat kecil yang ia pikir tidak akan bisa didengar, membuatnya tersenyum.“Ceng'er! Berhentilah bermain! Kemarilah!”Sepasang mata bulat bening, penuh rasa ingin tahu menatap Jiali. Bocah lelaki itu melambaikan tangan. Pipinya tampak kemerahan. Senyum lebar tidak pernah benar-benar lepas dari wajahnya.Qing Lianceng mengenakan jubah kecil berwarna hijau muda dengan motif awan yang dijahit rapi oleh tangan Xiumei sendiri. Kaki mungilnya berlari tanpa alas di pelataran

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 154. Akhir Dari Sepenuh Jiwa Mencintaimu.

    “AAAAAAAGHH!!”Yunqin menerjang lebih dulu. Pedangnya melayang dalam ayunan panjang, liar, berbahaya tidak terarah.Yuwen menangkis. Logam beradu logam, percikan api melesat. Suara benturan keras memantul di seluruh pelataran. Yuwen mundur setengah langkah.Belum sempat menyeimbangkan diri, Yunqin sudah menyerang lagi. Kali ini lebih cepat, lebih beringas. Tebasan menyilang ke dada, tikaman rendah, lalu ayunan tinggi ke arah kepala. Semuanya dilakukan tanpa jeda.Yuwen belum punya ruang untuk menyerang balik. Ia menangkis, bertahan, mundur.“KAU AKAN MATI!” raung Yunqin, matanya merah, wajahnya nyaris kehilangan bentuk manusia karena amarah.Yuwen kembali menangkis. Sial! Satu pukulan keras membuatnya hilang keseimbangan. Tumitnya terpeleset di genangan darah yang mengering di atas batu hingga tubuhnya terhempas ke tanah.Jiali menjerit, “Yuwen!!”Yuwen menoleh dan Yunqin tidak memberikan jeda untuk keduanya berinteraksi. Ia melompat maju, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, siap me

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 153. Mahkota Terakhir.

    Langkah kaki Jiali berdentam cepat menyusuri lorong batu yang sepi. Napasnya memburu, keringat membasahi pelipis. Ia tidak berhenti. Ia yakin sudah berlari sejauh mungkin, tetapi ….“Jiali!! Berhenti!! Jangan lari dariku!!”Suara di belakangnya semakin jelas. Sekilas ia menoleh. Cukup untuk melihat sosok lelaki itu berlari menerobos lorong sempit dengan wajah penuh amarah.“Jiali! Berhenti!!”Jiali tidak akan berhenti. Sudut lorong bercabang di hadapannya. Tanpa ragu, Jiali memilih jalur ke kiri. Arah menuju gerbang utara.“Berlarilah Jiali, Yuwen ada di sana, dia di sana,” bisiknya berulang-ulang seperti mantra yang membuatnya tetap kuat.

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 152. Pengecut Menjijikkan.

    “Kau akan melarikan diri di tengah perang yang akan menghancurkan rakyatmu?"Langkah Yunqin dan Jiali terhenti. Keduanya menatap wanita yang bersandar di pilar lorong. Dia yang balas menatap dengan tangan menggenggam pedang yang ujungnya berlumur darah.“Qilan,” cicit Jiali."Apa tidak pernah ada yang memanggilmu dengan sebutan bajingan menjijikkan?"Mei Qilan berjalan mendekat. Tiap langkahnya seperti gaung nyaring di lorong batu yang kosong. Darah masih menetes dari ujung pedangnya, menggurat lantai dengan warna merah.“Kau membakar istanamu sendiri hanya karena seorang wanita?” tanyanya menunjuk Jiali dengan sorot mata, “wanita yang tidak ingin bersamamu kau masih ingin menyeretnya dalam pelarianmu? Kau bodoh atau bagaiman

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 151. Gerbang yang Terbuka.

    Di sisi utara, barisan utama pasukan Hangzi telah tiba dan bergabung bersama Yuwen. Kuda-kuda tempur meringkik liar. Feilong berdiri di garis depan, Yuwen duduk tegak di atas punggungnya. Yu Yong mendekat. “Yang Mulia, gerbang selatan berhasil didobrak pasukan Pangeran Zeming. Pasukan dari Menteri Xi serta Nona Qilan bergerak mengosongkan kota. Rakyat Anming akan dievakuasi.”“Bagus. Aku tidak akan bisa menahan amarah Zeming ketika dia melihat Yunqin, tetapi tidak boleh ada rakyat yang menjadi korban.”Kaisar Tao yang berada di barisan kedua akhirnya maju setelah mendengar ucapan Yuwen. Setengah hatinya malu karena ternyata pangeran mahkota bisa menyebabkan kekacauan ini, lalu setengahnya bangga karena anaknya yang lain masih memikirkan rakyat.“Wen’er, kau begitu memikirkan rakyat, kalau begitu, izinkan aku bicara pada penjaga gerbang. Aku masih hidup, kita tidak perlu membuang darah dari para prajurit setia Anming.”Yuwen terdiam lalu menatap ke arah puncak istana yang berdiri meg

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 150. Kebenaran Menyerbu.

    Aroma bunga sedap malam memenuhi ruangan. Di atas meja giok, beberapa kotak ukiran emas dibuka satu per satu, menampilkan perhiasan baru yang didatangkan khusus dari negeri seberang. Gelang, kalung, bahkan sisir berhias zamrud. Semua itu dipamerkan dengan harapan menyenangkan satu orang, yaitu Han Jiali.Jiali menarik napas dalam-dalam. Kemewahan yang disodorkan di hadapannya membuat dadanya sesak menahan muak.Sang kaisar tampak duduk di sebelahnya, mengamati ekspresi Jiali, berharap ada sedikit senyum di sana.“Apakah hadiah ini tidak cukup menarik hatimu?” Yunqin menyentuh gelang emas dengan ukiran naga dan phoenix. Jiali tidak menjawab, tetapi kini ia menatap Yunqin. “Apa Yang Mulia sungguh mencintai hamba?”Yunqin bangkit dari duduk kemudian menghampiri Jiali. Diraihnya tangan Jiali hingga istrinya itu terpaksa berdiri. “Tentu saja. Aku akan memberikan semuanya untukmu. Aku akan membuatmu bahagia.”Jiali menarik tangannya dari genggaman Yunqin. “Bahagia? Yang Mulia ingin hamba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status