Beranda / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 04. Darah di Atas Amarah.

Share

Bab 04. Darah di Atas Amarah.

Penulis: Ine Time
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 15:38:29

Yuwen menyesal karena tidak langsung meninggalkan istana. Seharusnya ia pergi saja bersama Jiali melalui pintu rahasia lalu mencari penginapan. Di ujung Koridor yang diterangi lentera merah menyala, Yunqin berdiam, tampak memang sedang menunggu Yuwen. 

Langkah-langkah berat terdengar mendekat. Pakaian pernikahan merah Yunqin memantulkan cahaya lentera, memperlihatkan sulaman naga emas yang berkilau seperti api. Sosoknya terlihat sempurna dalam balutan gaun itu, tetapi wajahnya yang tegang dan mata yang menyala marah menunjukkan kesan berbanding terbalik..

"Di mana Jiali?” Pertanyaan Yunqin bisa langsung ditebak Yuwen. Tentu saja Yunqin melihatnya bersama Jiali..

“Dia akan menjadi istriku. Tidak ada salahnya kami saling mengenal.”

Kata-kata itu seperti pukulan telak bagi Yunqin. Yunqin sadar tidak ada kekeliruan dalam kalimat yang diucapkan Yuwen. “Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!”

Yuwen menatapnya.. "Yang Mulia, kembalilah ke aula utama. Semua tamu sedang menunggumu. Kau tidak seharusnya berada di sini."

"Kembali?" Yungin mendengus. "Kau tahu aku tidak menginginkan pernikahan ini terjadi! Seharusnya Jiali yang menjadi istriku!” sentak Yunqin.

Ketegangan di antara mereka persis seperti senar yang ditarik terlalu keras sampai terdengar langkah anggun mendekat. Junsu muncul dari balik pilar dengan gaun berhiaskan permata berkilauan. Wajahnya dingin, tatapannya tajam. menyapu mereka semua.

"Yang Mulia Pangeran Mahkota.”

Yunqin melirik ibunya. Panggilan tegas itu berniat mengingatkan Yunqin akan statusnya, akan rencananya. Yunqin berusaha mengalihkan pandangannya dari Junsu.

“Pangeran Mahkota, apa yang sedang kau lakukan? Ritual masih berlangsung, tamu-tamu menunggu, dan kau berada di sini?” lanjut Junsu mengalihkan pandangan pada Yuwen seolah berkata Yuwenlah yang bersalah mengacaukan segalanya.

Mau tak mau Yunqin berbalik, menghadapi ibunya. "Sebaiknya hamba menyelesaikan masalah ini!”

Pandangan Junsu menajam. “Sebaiknya Yang Mulia Pangeran Mahkota kembali ke aula utama.” Pandangannya beralih pada Yuwen. “Aku rasa Pangeran Kedua masih belum berganti pakaian. Apa … kau tidak mau mendatangi pernikahan kakakmu?”

"Bukankah yang diizinkan masuk hanyalah tamu yang memiliki plakat emas atau anggota keluarga kerajaan? Apakah menurut Yang Mulia Permaisuri, hamba termasuk ke dalam salah satu kategori itu?” 

Junsu coba menarik senyum. Pertanyaan Yuwen menyentil dirinya. Tanpa menoleh ke Yunqin, Junsu kembali berkata, “Yunqin’er, jangan memulai konflik, kembalilah ke aula!”

Yunqin diam. Amarahnya terlalu membara untuk bisa dipadamkan oleh ancaman terselubung Junsu. Ia malah melangkah maju, mendekati Yuwen.

"Kau pikir aku akan melepaskan ini?" 

Dengan gerakan cepat, Yungin menarik pedang dari pinggang Yuwen. Yuwen tersentak, mundur beberapa langkah. Seluruh tubuhnya bersiap menerima serangan yang mungkin dilayangkan Yunqin.

“Hentikan!!" Suara berat Kaisar Tao bergema dari ujung koridor. Sang Kaisar melangkah cepat, diikuti beberapa pejabat tinggi dan tamu undangan yang terlihat bingung dan takut.

Yunqin tidak peduli. Ia mengarahkan pedang itu langsung ke dada Yuwen yang diam bagai batu karang di tengah badai.

"Lakukan apa yang ingin Kakak lakukan padaku. Sudah sejak lama Kakak ingin melakukannya bukan? Kita berdua tahu, titah sudah diturunkan. Bagaimanapun Jiali akan menjadi istriku," kata Yuwen datar.

Kata-kata itu menyulut api lebih besar dalam hati Yunqin. Dalam teriakan marah, ia mengayunkan pedang. Yuwen menghindar dengan gerakan cepat, tetapi pedang itu sempat menggores lengan kirinya. Darah segar merembes cepat hingga ke ujung jemari lantas jatuh menetes ke lantai.

Tamu-tamu terbelalak. Kaisar Tao berdiri dengan wajah lebih tegang, tidak tahu harus berbuat apa. Para penjaga bergerak maju, tetapi Junsu mengangkat tangan, menghentikan mereka yang berusaha menjadi perisai Yuwen.

Ujung bibir Yuwen naik, ia melangkah mundur. Melihat ekspresi Yuwen, Yungin menyerang lagi, tetapi kali ini Yuwen menangkap pergelangan tangan Yunqin, memutar tubuhnya dengan cepat. 

Yunqin menjerit, pedang itu jatuh ke lantai, bergema di sepanjang koridor.

“Prajurit! Lindungi Yang Mulia Pangeran Mahkota!” pekik Junsu panik. Bagaimanapun, reputasi Yuwen adalah panglima perang terbaik istana. Ilmu beladiri yang dimilikinya bukan tandingan Yunqin.

Yungin terengah-engah, matanya memerah, tetapi tidak bisa berkata apa-apa. Ia meremas pergelangan tangannya yang dipelintir Yuwen.

Yuwen meraih pedangnya di lantai. Menyeka darahnya di ujung pedang dengan sehelai kain yang ia keluarkan dari sela baju lantas menyarungkannya kembali.

"Sudah cukup," ujar Yuwen datar.

“Prajurit! Tangkap Qing Yuwen!” jerit Junsu memecah keheningan. Kali ini nada bicaranya lebih keras, penuh otoritas.

“Hentikan! Siapapun yang berani menyentuh putraku, Qing Yuwen, akan berhadapan langsung denganku!” marahnya berapi-api. 

Bibir Junsu gemetar, tangannya meremat gagang kipas tanpa peduli akan melukainya sendiri. Ia ingin mengucapkan sesuatu, tetapi nalurinya meminta untuk diam.

Kaisar Tao mendekati Yuwen, menatap luka memanjang di lengan kirinya. “Yuwen'er, kau terluka.” Ia menarik napas dalam-dalam. “Kembalilah ke paviliunmu, tabib akan datang.”

Yuwen membungkuk. “Baik, Yang Mulia,” ucapnya kemudian berlalu pergi.

Tanpa berkata apa-apa lagi Kaisar Tao mengibas jubahnya tepat ketika ia melewati Junsu dan Yunqin sebagai satu pertanda kalau ini adalah masalah serius yang sudah sangat memancing amarahnya.

Junsu menggigit bibir. Pandangannya tak sengaja beradu pandang dengan Han Dunrui yang berdiri di dekat pintu aula. Wajah Han Dunrui tiba-tiba memucat. Lelaki tua itu tahu kalau ia dalam masalah besar.

***

Setelah apa yang telah terjadi, upacara pernikahan terhenti. Yunqin tidak kembali ke aula utama. Meninggalkan mempelai wanita yang menanggung malu. Bahkan Kaisar Tao terpaksa lebih awal meninggalkan jamuan makan.

“Kau mempermalukan Yunqin,” kata Junsu tanpa basa-basi setelah menerobos masuk ke ruang kerja Kaisar Tao.

Kaisar Tao memandang dingin istrinya. “Aku hanya menegaskan apa yang seharusnya aku lakukan sebagai kaisar. Yunqin harus belajar mengendalikan dirinya. Sebagai Pangeran Mahkota, tidak boleh bertindak seperti anak kecil.”

“Yuwen sengaja memancingnya,” balas Junsu, “kau membiarkannya?”

“Yuwen adalah bagian dari keluarga kekaisaran,” jawab Kaisar Tao. “Aku tidak akan membiarkan Yuwen dipermalukan dan disakiti, bahkan oleh putraku sendiri.”

“Yuwen adalah ancaman,” Junsu menegaskan. “selama Yuwen ada, Yunqin tidak akan pernah merasa aman di singgasana.”

“Kau yang membuat segalanya lebih rumit. Yuwen tahu dimana kedudukannya.”

“Pernikahan Han Jiali dengan Yuwen harus dibatalkan! Jiali akan menjadi selir Yunqin!”

Keras Kaisar Tao menggebrak meja. “Hari ini Putri Sun Li Wei sudah dipermalukan. Dia telah menjadi istri dari Qing Yunqin. Kau tahu kekuasaan tak terbatas bila Yunqin bisa menyatukan Zijian dan Anming? Sebaiknya kau mulai menjernihkan kepala Yunqin dan minta dia melupakan Han Jiali!”

“Mengapa harus Han Jiali yang menjadi istri Yuwen? Mengapa? Wanita itu sudah sejak lama dijodohkan dengan Yunqin!”

“Junsu, sebaiknya berhenti memanipulasi semuanya.”

Junsu menggertakkan giginya. Ia tahu bahwa Kaisar Tao tidak akan mudah digoyahkan. Mulai detik ini, semua harus berjalan sesuai rencananya. Semuanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 05. Bayang-bayang Kekaisaran.

    "Angkat tanganmu! Lebih tinggi lagi!"Suara keras Dunrui memecah keheningan aula keluarga Han. Padahal pria tua itu terkenal akan pribadinya yang tenang dan bijaksana. Namun, apa yang terjadi kemarin telah mengubah air tenang menjadi badai.Xiumei, pelayan setia yang tak pernah meninggalkan sisi Jiali, tersungkur berlutut, menangis tersedu-sedu. Tangan mungilnya menggenggam ujung gaun sutra Han Dunrui dengan putus asa."Hamba mohon, Tuan! Jangan hukum Nona seperti ini. Semalaman Nona sudah berlutut tanpa makan ataupun minum. Nona hanya—""Tutup mulutmu, Xiumei!" bentak Dunrui, matanya menyala penuh amarah. Tubuhnya gemetaran karena ledakan emosi. "Dia tidak akan lolos begitu saja! Aku sudah bertanya baik-baik padanya, apakah dia mau hadir di upacara pernikahan, tapi apa? Dia malah mengacaukannya!” sentaknya dengan telunjuk teracung-acung ke udara.Jiali menunduk lebih dalam. Lututnya kebas karena terlalu lama berlutut. Bagaimanapun, Ia tidak berniat begitu, tetapi saat ini ayahnya tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 06. Ancaman.

    “Nona, kereta sudah datang,” ucap Xiumei dengan langkah tergesa masuk ke kamar Jiali. Namun, tatapan muram tuannya itu segera membungkam senyum kecil Xiumei. Tanpa banyak berkata, Xiumei mendekati Jiali, membantu gadis itu berdiri.Jiali diam, membiarkan jubah indah disampirkan pada bahunya. Sebuah kipas bulat turut disodorkan kepadanya. Tanpa ekspresi, Jiali menerima kipas itu, lantas menggunakannya untuk menutupi sebagian wajah.“Mari, Nona.”Langkah pertama keluar dari kamar begitu berat. Saat kakinya menyentuh lantai luar, Jiali berhenti, menoleh ke belakang. Pandangannya tampak sayu, hatinya ikut bertanya, Apa ini takdirku? Beginikah akhirnya hidupku?“Nona?”Panggilan Xiumei memecah lamunan. Jiali menarik napas panjang, memaksa dirinya mengangguk pelan lantas melangkah keluar rumah menuju gerbang kediaman keluarga Han. Tepat sebelum menaiki kereta pengantin, ia kembali menoleh ke belakang.Kenangan masa kecil, suara tawa di lorong-lorong rumah, dan kehangatan keluarganya berkele

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 07. Pernikahan Agung.

    Tabuhan genderang menggema di aula utama. Nyala lentera yang digantung di tiap pilar kayu berukir naga, memenuhi istana. Hamparan karpet merah menjulur dari altar besar hingga ke pintu gerbang aula sebagai perlambang jalan keberuntungan bagi pasangan yang akan memulai hidup baru bersama. “Ini hanya formalitas,” bisik Jiali pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang bergejolak serta membujuk dirinya agar tidak terpukau oleh semua kemegahan, kemeriahan pesta pernikahan. Di ujung karpet, Qing Yuwen berdiri tegak dengan jubah pengantin pria berwarna merah marun. Hiasan tirai mutiara menggantung di mahkotanya menutupi sebagian wajahnya. Tidak hanya wajah, bahkan seluruh tubuhnya terasa tertutup, seolah ia menyembunyikan dirinya dari dunia. Jiali menatapnya dengan hati yang dipenuhi ketidakpastian. Seperti sebuah bayangan, Qing Yuwen hadir tanpa bisa digenggam oleh Jiali. Matanya tidak bisa menembus tirai mutiara yang membatasi mereka.Jiali memicingkan mata, mencoba melihat bag

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 08. Ambang Maut.

    Hembusan angin membawa aroma lembut bunga plum sekaligus satu kenangan yang terkubur jauh di sudut hati Jiali. Bayang akan dahan-dahan penuh dengan bunga putih mengalir ke dalam pikirannya. Di detik itu seakan-akan ia kembali ke memori masa kecilnya.Itu adalah hari penentuan pertunangannya dengan Yunqin. Saat itu, Jiali masih berumur tujuh tahun. Tentunya belum mengerti bahwa takdirnya akan diikat dengan seorang pangeran mahkota penerus takhta. Semua orang di sekitarnya tersenyum, larut dalam kegembiraan yang terlalu besar untuk dipahami oleh seorang anak kecil. Ia gembira karena mengenakan gaun cantik pemberian sang ayah; berwarna seputih bunga-bunga yang mengelilingi taman tempat pesta digelar, juga ornamen emas dan giok terbaik."Jangan takut," kata seorang anak lelaki dengan suara lembut yang berdiri di depannya, mengenakan jubah merah dihiasi sulaman naga emas. Jiali mengangkat wajah, menatap Yunqin yang dipikirnya hanya seorang bocah sama sepertinya. Mata besar Jiali yang di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 09. Luka Pertempuran.

    Tenda utama diterangi oleh cahaya temaram lentera. Bayangan api seolah melompat-lompat di permukaan kain tenda. Qing Yuwen duduk diam di atas bangku kayu, luka panjang di lengannya sedang dibersihkan dengan kain yang dibasahi ramuan herbal. Nampak jelas jejak kelelahan dalam matanya.Ia menarik napas dalam, lalu tersenyum kecut. Luka di lengannya memang perih, tetapi bukankah seharusnya ia sudah terbiasa dengan rasa sakit seperti ini? Dibandingkan semua pertempuran sudah berlalu, ini hanyalah luka kecil. Refleks tangannya yang bebas menyentuh punggung. Bekas luka besar yang sudah memudar, tetapi tetap meninggalkan jejak kasar di kulitnya teraba. Bekas luka itu adalah kenangan dari salah satu pertempuran terberat yang pernah ia jalani. Saat itu, pasukan kekaisaran terjebak di lembah sempit Baiyun. Mereka disergap oleh musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Qing Yuwen, yang saat itu masih berpangkat Jenderal Muda, memimpin sayap kanan pasukan, ia tahu prajuritnya mulai kehilangan pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 10. Mengikat Siasat.

    Di ruang kerjanya yang sunyi, Qing Yuwen melanjutkan lukisannya dengan gerakan tangan yang tegas dan terukur. Sesekali ia menatap coretan hitam yang mulai membentuk pemandangan pegunungan di atas kertas. Tanpa menoleh, ia mendengarkan laporan Yu Yong yang berdiri di sampingnya."Tabib sudah memeriksa Nyonya. Kondisinya stabil," kata Yu Yong, nadanya penuh kehati-hatian. "Yang Mulia, hamba sudah meminta tabib untuk turut memeriksa kondisi Yang Mulia.”Ujung alis Yuwen naik. “Apa yang salah denganku?”“Yang Mulia terluka oleh serangan Pangeran Mahkota dan para bandit, mana mungkin tidak ada yang salah.”Yuwen mengangkat tangannya. “Aku sudah mengobatinya.”“Yang Mulia—”“Aku rasa kedatanganmu ke sini, bukan bertujuan untuk membicarakan ini,” potong Yuwen.Yu Yong mengangguk. “Bandit yang kita lepaskan kembali ke markasnya di sebelah selatan Gunung Fuxie, ada seseorang yang mencurigakan, tetapi hamba tidak pernah melihatnya datang ke istana.”“Kalau begitu, ini akan semakin menarik. Teta

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 11. Mata-mata.

    Langkah cepat Xiumei terhenti oleh suara sepatu yang mendekat. “Yang Mulia!” serunya kaget langsung membungkuk dalam-dalam saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Yuwen berdiri tegak dengan tangan menggenggam sebuah gulungan surat. Matanya tajam saat memandang Xiumei, membuat gadis itu gemetar. “Ini milikmu?” tanyanya sambil mengangkat surat tersebut. Walau hanya sekilas memandang Xiumei mengenali tulisan tangannya sendiri. Wajahnya memucat. Ia langsung bersimpuh, tubuhnya bergetar. “Hamba … tidak tahu bagaimana surat itu bisa sampai di tangan Yang Mulia,” katanya dengan suara kecil. “Tidak perlu tahu bagaimana,” jawab Yuwen dingin. “Kau seharusnya tahu peraturan. Surat keluar dari karesidenan ini harus memiliki capku. Tanpa izin, surat ini tidak boleh dikirimkan. Seharusnya majikanmu tahu hal ini!” “Hamba mohon ampun!” Xiumei menunduk lebih dalam, hampir menyentuh tanah. “Ini sepenuhnya kesalahan hamba. Nyonya sama sekali tidak tahu menahu soal surat ini.” Yuwen menaik

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 12. Jejak Licin Di Kolam

    Meski dari kejauhan, Yuwen jelas mengamati Jiali, mengikuti setiap langkahnya tanpa suara. Di belakangnya, Yu Yong juga diam, menyaksikan dengan cermat. “Yang Mulia,” bisik Yu Yong, menunjuk ke sudut taman, “Lihat, Nyonya Chu Hua dan pelayannya di sana, mengawasi Nyonya Han.”Yuwen menatap ke arah yang dimaksud. Dengan ekspresi datar, ia berkata, “Biarkan saja. Jangan ikut campur.” Mata Yuwen tetap tertuju pada Jiali yang mulai mendekati tepi danau.Jiali berdiri di sana, tampaknya terlarut dalam pikiran. Tubuhnya bergoyang-goyang sedikit lalu menengadah ke arah langit. Jiali tersenyum, matanya menyipit karena silau akan sinar matahari. Yuwen memperhatikan tiap detail kecil raut wajah Jiali.Memang, masih banyak wajah lebih cantik yang sering Yuwen temui, tetapi penilaiannya pada wajah Jiali tidak berubah. Kesan lembut dan ceria membingkai wajah Jiali. Mata besar dan bulatnya memancarkan ekspresi semangat. Hidungnya kecil dan ramping, seimbang dengan bibirnya yang penuh dengan bentuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 81. Diam dan Menonton Saja.

    “Sungguh? Aku menyebutnya begitu?” Xiumei mengangguk, “Apa … dia marah?”Kali ini Xiumei tidak berkomentar bahkan tidak memberikan reaksi apa-apa. Jiali mendesah, terdiam sesaat lalu melipat lengan di atas dada.“Ah, sudahlah, dia memang bedebah sialan. Seharusnya dia minta maaf padaku atau setidaknya menjelaskan tentang alasannya dia tidak mau membatalkan pernikahannya dengan Qilan. Xiumei, apa kau sudah mencari tahu siapa Mei Qilan?”Xiumei mengangguk kecil. Tangannya bergerak ke sisi pinggang, menarik selembar catatan kecil yang terselip rapi di balik ikat kainnya. Ia membukanya perlahan dan mulai membaca dengan suara pelan, tetapi jelas."Mei Qilan. Putri dari Klan Meiyang. Klan tua yang dulu dikenal sebagai pelindung utara kekaisaran. Dia adalah perempuan pertama yang diizinkan mengikuti pelatihan militer penuh di keluarga itu, tapi juga yang pertama diusir."Jiali mengangkat dagunya sedikit. "Kenapa?""Karena dia membentuk kelompok sendiri tanpa izin. Pasukan yang tidak tunduk p

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 80. Aku Benci Kau Karena Aku Cinta Kau!

    “Nyonya ingin mandi dulu atau langsung beristirahat?” tanya Xiumei berjalan pelan ke sisi Jiali.Jiali tak menjawab. Ia duduk di kursi rias. Matanya kosong menatap ke depan.Xiumei melepaskan jepit-jepit di rambut Jiali, bertanya lagi, “Kudapan malam, Nyonya? Dapur menyiapkan sup kacang merah.”Masih tak ada suara.Xiumei menggigit bibir. Berpikir apakah Jiali masih syok karena tadi ikut melihat proses persalinan. Ia beringsut, mencoba menawarkan lagi, “Kalau begitu, hamba ambilkan teh hangat—”“Pergilah, Xiumei.” Suaranya pelan, tetapi cukup untuk membuat Xiumei membeku. Xiumei memberi hormat. “Baik, Nyonya.”Langkahnya perlahan menjauh, pintu ditutup tanpa suara.Jiali masih diam di tempat. Menatap ke arah cermin di hadapannya. Namun, refleksi yang tampak bukan pantulan bayang dirinya.Yang dilihatnya adalah wajah Zili. Mata lelaki itu basah oleh rasa takut kehilangan, mencengkeram kedua tangan Qing An seolah dunia runtuh bila istrinya pergi.Hati Jiali bertanya. Apakah Yuwen akan

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 79. Tangan Yang Tidak Bisa Menggenggam.

    Qiongshing tiba kamar Kaisar, tapi di ambang pintu langkahnya tertahan karena matanya menangkap sosok lain selain sang Kaisar.Permaisuri Wei Junsu tengah duduk anggun di sisi tempat tidur, menatap tabib yang sedang meracik ramuan di mangkuk porselen. Kaisar sendiri bersandar lemah di bantal, wajahnya pucat, dahi sedikit basah oleh peluh.Qiongshing berdiri diam. Belum sempat ia mengucapkan salam atau pertanyaan apapun, suara serak Kaisar memecah keheningan.“Aku tidak apa-apa,” ucapnya pelan, seolah memahami apa yang terlintas di benak Qiongshing. “hanya sedikit pusing.”Qiongshing menunduk sopan, tetapi matanya tak lepas dari Permaisuri Junsu. Ia segera memalingkan wajah dan hendak mundur keluar ruangan, tak ingin terlihat lancang atau menyela kebersamaan pasangan utama istana.Namun, sebelum ia bisa berbalik sepenuhnya, suara Junsu terdengar, tenang, tetapi penuh selidik.“Kedatanganmu pasti membawa kabar penting, bukan begitu, Qiongshing?” ucapnya dengan senyum tipis. “terlebih, k

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 78. Tinggal Sekamar, Tapi Terpisah.

    "Nyonya, tadi pagi Tuan Gu Yu Yong datang,” ungkap Xiumei hati-hati sembari menyisir pelan rambut Jiali. Xiumei terdiam menunggu Jiali berkomentar lalu meletakkan sisir giok di meja. “Nyonya, katanya ... Yang Mulia Kaisar memerintahkan Yang Mulia kembali ke istana untuk persiapan pernikahan,” lanjut Xiumei ragu.Tetap tidak ada reaksi dari Jiali.Xiumei menelan ludah, lalu melanjutkan, “Tuan Gu juga bilang, kalau Nyona tak ingin ikut ... itu tidak apa. Yang Mulia tidak memaksa.”Diam. Hening yang menggantung seolah membuat waktu terhenti.Xiumei mulai panik dalam hati. Ia takut Jiali akan meledak, meneriaki, memecahkan cermin, atau kembali menghilang seperti sebelumnya. Namun, Jiali hanya menoleh perlahan, menatap Xiumei dalam-dalam.“Bersiaplah,” ucapnya mantap. “Aku akan ikut tinggal di istana. Aku akan menemui ayah untuk berpamitan.”Xiumei menegang. Tangannya refleks meremas sisi jubahnya sendiri. Entah mengapa Xiumei berharap Nyonya-nya itu berteriak, menangis, membalikkan meja

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 77. Dalam Diam.

    Langit belum sepenuhnya gelap ketika Yuwen kembali ke kediaman keluarga Han. Jejak langkahnya terlihat cepat, seolah berharap dirinya sampai sebelum semuanya terlambat.Begitu melewati lorong panjang menuju kamar Jiali, pandangannya langsung tertarik pada sosok di kejauhan. Istrinya tampak duduk sendiri di dalam gajebo yang terletak di tengah taman kecil, dikelilingi semak dan pohon-pohon muda yang sedang merekah. Bahunya merunduk, dan dari tempatnya berdiri, Yuwen bisa melihat betapa kosongnya sorot mata Jiali. Ia tidak pernah melihat Jiali seperti itu sebelumnya. Yuwen hendak kembali melangkah, tetapi lengannya ditarik oleh seseorang. Yuwen menoleh.“Jangan dekati dia dulu,” ujar Dunrui.Ayah mertuanya berdiri di sisinya, pandangannya lurus ke arah gajebo. Di belakangnya, Xiumei berdiri menunduk, membawa baki berisi mangkuk kecil dan semangkuk bubur hangat yang mulai kehilangan uap.“Dia baru kembali tadi sore. Tak bilang apa-apa soal ke mana perginya,” lanjut Dunrui pelan, sepert

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 76. Jiali Jiejie.

    “Yang Mulia, kamar sudah disiapkan. Yang Mulia sudah bisa beristirahat,” ujar Yu Yong yang muncul dari arah selatan kediaman Keluarga Han.Yuwen tidak menjawab, hanya mengangkat dagu ke arah kursi kosong di depannya. “Duduklah. Temani aku minum.”Tanpa banyak tanya, Yu Yong duduk. Yuwen mengambil cawan kosong dan menuangkannya penuh, lalu dengan tenang mengisi cawan miliknya yang nyaris kering.“Katanya malam ini, aku tidak memiliki Istri,” lanjut Yuwen sambil menatap permukaan arak.“Yang Mulia, hamba dengar dari Xiumei, Nyonya menyukai—”“Sebaiknya kau tidak menikah,” potong Yuwen memutar cawan di jemari lantas meneguk isinya hingga tak bersisa.“Mohon ampun Yang Mulia, tapi hba rasa sepertinya lebih baik Yang Mulia mulai membujuk nyonya,” sarannya.Yuwen memiringkan kepala, menatap Yu Yong dengan mata setengah menyipit lalu tertawa pelan. “Aku? Membujuknya?”Yu Yong terdiam. Belakangan ini, Yu Yong lega karena sepertinya Yuwen mulai membuka diri. Meskipun Yuwen masih mencurigai Jia

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 75. Kenangan Semanis Cabai.

    Semua orang waspada ketika sosok berpakaian hitam melompat turun dari plafon lalu mendarat tanpa suara di depan mereka. Wajahnya tersembunyi di balik topeng kain hitam yang hanya menyisakan sorot matanya saja.Yu Yong langsung melangkah maju. Pedangnya dicabut ketika lelaki bertopeng itu mengangkat tangan lantas melepas penutup wajahnya.Topeng hitam itu jatuh ke lantai. Semua terdiam.Jiali membeku seolah seluruh dunia berhenti berputar.“Yuwen?” bisiknya nyaris tak terdengar.Mata mereka bertemu. Tak ada senyum dan tentu saja akan ada yang menuntut penjelasan pada akhirnya. Yuwen menyapu pandangannya ke seluruh ruangan sebelum berhenti pada Qilan sementara Qilan maju mendekat lantas tersenyum. “Baiklah, aku rasa semua sudah lengkap. Jadi, mari ikut aku.”Mei Qilan berbalik pergi meninggalkan keheningan canggung. Tak seorang pun bergerak, hingga akhirnya Yuwen mendahului langkah, menyusulnya tanpa berkata sepatah kata pun.Jiali menatap punggung suaminya yang menjauh, dadanya sesak

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 74. Belati Bidadari.

    “Untuk apa dia menyimpan belati itu? Apa bagusnya? Menyebalkan!”Xiumei yang sedang menyisir rambut tuannya, menahan senyum gugup. “Penarinya ... memang memukau, Nyonya. Mungkin Yang Mulia ingin menghargai sebuah karya seni dengan menyimpan satu kenang-kenangan.”Jiali mendengus. “Menghargai karya seni? Kenang-kenangan? Seharusnya dia memuji musikus, bukan menerima pemberian dari wanita bercadar yang menari ingin menggoda dia!”Xiumei mengatupkan mulut, sadar jawaban itu bukan untuk dibantah.“Kita mungkin akan tinggal lebih lama di ibu kota,” ucap Yuwen yang masuk tiba-tiba ke kamar Jiali lalu melepas jubah luar dan memberikannya pada Yu Yong yang mengekor di belakangnya. “ada beberapa hal yang ingin aku cari tahu,” sambungnya.“Apa? Tentang penari itu?”Yuwen tak langsung menjawab. Ia menatap Jiali lalu berjalan mendekat kemudian duduk di sisi tempat duduknya. “Aku belum sempat mengatakan apa-apa, tapi kau merasa ada yang aneh darinya juga, kan?”Jiali menyilangkan tangan di dada, m

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 73. Kesepakatan.

    “Kalian gagal dan masih berani ingin bertemu aku?”Di hadapannya, seorang perempuan berdiri santai. Rambut panjangnya dikepang rapi, dengan beberapa helai tergerai menggoda. Balutan pakaian hitam pas badan menonjolkan sisi menggoda yang ia milik. Parasnya terbilang secantik para bidadari dengan tatapan tajam juga tegas. Dikenal sebagai wanita yang bergerak seperti angin dan lihai memainkan pedang. Dialah Mei Qilan. “Aku sudah memperingatkanmu, Putri Sun,” ucapnya, “targetmu bukan wanita biasa. Dia adalah istri dari jenderal perang, pangeran kedua kerajaan ini. Kau pikir seseorang seperti itu akan mudah dijatuhkan?”Li Wei mengepalkan tangan, nadinya tampak berdenyut marah. “Aku membayarmu untuk menyelesaikan masalahku!”Qilan tersenyum tipis. “Kau membayar untuk keahlian kami, bukan untuk keajaiban. Kami bukan dewa.”Li Wei hendak membentak lagi, tetapi Qilan mengangkat satu jari. Gerakannya tenang, penuh peringatan.“Satu hal yang perlu kau pahami, Putri,” lanjutnya. “kami bukan or

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status