Share

2. Jurang Takdir II

Penulis: Murlox
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-12 00:47:36

Feng Longwei berusaha bangkit, namun tubuhnya lemas, ketakutan melumpuhkannya. Feng Jinan tak memberinya ampun. Pukulan dan tendangan keras menghantam tubuh Longwei, membuatnya terhuyung dan jatuh berlutut. Rasa sakit menjalar di setiap saraf, matanya menyipit menahan perih. Darah merembes dari sudut bibirnya.

"Kau benar-benar tidak berguna, bukan?" Feng Jinan mencibir, kakinya menendang perut Feng Longwei lagi. "Bagaimana bisa sampah sepertimu adalah seorang pangeran? Kau bahkan tak bisa membela dirimu sendiri."

"Kau tahu, racun yang melumpuhkan adik Feng Liang adalah racun khusus yang kuracik sendiri. Setidaknya sebelum kamu mati, kau cukup berguna sebagai bidak pengalihan untukku. Haha," lanjutnya dengan kekehan sinis.

Feng Longwei terengah-engah, berusaha berbicara, namun hanya batuk yang keluar. Ia masih tak menyangka akan mati dengan cara seperti ini. Feng Jinan yang dia pikir adalah yang terbaik dari saudara tirinya yang lain, malah menghianatinya diakhir.

Ketika Feng Jinan merasa bosan dengan penyiksaannya, ia akhirnya menghunus pedang dari pinggangnya. Kilatan baja memantulkan cahaya redup, seolah siap merenggut nyawa Longwei.

"Sudah cukup," kata Jinan dingin, ujung pedangnya mengarah ke leher Longwei. "Aku hanya perlu mengakhiri penderitaanmu, lalu membuang mayatmu ke jurang ini. Tidak ada yang akan tahu. Dinasti Yan akan mengira kau gugur di medan perang, pangeran bodoh yang tak berguna."

Amarah membara di dada Feng Longwei. Kemarahan atas pengkhianatan ini, atas semua penderitaan yang ia alami, atas kehidupan yang selalu direnggut darinya. Sebuah percikan api menyala dalam kegelapan keputusasaan. Ia tidak akan mati di tangan pengkhianat ini.

"Kalian... merenggut segalanya dariku... Aku bersumpah... dikehidupan selanjutnya... akan kubalas perbuatan... kalian!" geramnya dengan suara parau.

Dengan kekuatan terakhir yang tersisa, Longwei mengerahkan seluruh tekadnya. Di saat pedang Jinan meluncur ke bawah, ia menguatkan dirinya dan mendorong tubuhnya ke belakang, jatuh ke dalam jurang yang menganga.

"Huh!"

Feng Jinan terkejut, pedangnya hanya memotong udara. Namun, senyum sinis kembali menghiasi wajahnya. "Bagus. Mati sendiri seperti pengecut. Aku bahkan tidak perlu mengotori pedangku dengan darah anak pelacur sepertimu."

Feng Longwei jatuh. Tubuhnya meluncur cepat di tengah kegelapan yang tak terukur.

'Aku terlahir sebagai sampah, sampai mati pun tak ada bedanya... Pengeran tak berguna yang menjadi bahan penindasan, bahkan pelayan pun meludahiku seperti kotoran. Feng Jinan, aku pikir dia adalah satu-satunya yang peduli padaku, ternyata dia memiliki ambisi yang tak jauh berbeda dengan pangeran yang lain. Akhirnya, aku mati sebagai bidak permainannya.' pikir Longwei.

Angin menderu melewati telinganya, seolah ratapan terakhir dari dunia yang ia tinggalkan. Ia memejamkan mata, pasrah pada takdir kematiannya.

Namun, yang menunggunya di dasar jurang bukanlah bebatuan tajam atau kematian yang menyakitkan, melainkan sebuah danau tenang. Air dingin menyambut tubuhnya, menelannya seperti batu yang tenggelam.

Longwei, yang tak pandai berenang, merasakan kegelapan menyelimutinya. Paru-parunya mulai terbakar, napasnya tercekat. Ini adalah akhir. Tidak ada rasa sakit yang pedih, hanya sensasi tenggelam yang perlahan merenggut kesadarannya.

Ia meratapi nasibnya yang tragis, kehidupan yang penuh penindasan dan pengkhianatan. Namun, di tengah keputusasaan itu, tiba-tiba tubuhnya tertarik keluar dari air.

Feng Longwei tersentak, matanya terbelalak. Bagaimana bisa? Ia sendirian di sana, tenggelam tanpa bantuan. Siapa yang menariknya?

Ketika ia keluar dari kedalaman air, Longwei terbatuk-batuk hebat, memuntahkan seteguk air. Tangannya gemetar meraih batu di tepi danau, menyeret tubuhnya yang lemah sedikit. Ia terbaring di tanah basah, napasnya terengah-engah. Perlahan, ia membuka matanya.

Pemandangan di sekitarnya membuatnya terkejut. Itu adalah danau di dekat kediamannya, tempat ia sering mencari ketenangan, satu-satunya tempat di mana ia bisa merasakan sedikit kedamaian. Danau yang sama, pohon-pohon yang sama, bahkan aroma tanah yang lembap pun sama.

Sebuah sensasi aneh melanda dirinya. Rasa dingin air, pemandangan sekitar, hingga sensasi terkejut—semua itu persis sama seperti yang telah ia alami lima tahun yang lalu.

Lima tahun lalu, di tempat yang sama, pangeran ketiga, Feng Liang, mendorongnya jatuh ke dalam danau seperti membuang karung sampah. Lebih kejamnya lagi Feng Liang meninggalkan Longwei tenggelam tanpa pertolongan, hanya senyum sinis tanpa rasa bersalah.

"Ugh! Berapa lama aku tenggelam?" gumamnya.

Feng Longwei bangkit, berdiri dengan kaki gemetar. Ia menyentuh wajahnya, dan meraba tubuhnya. Tidak ada luka, tidak ada lagi memar dari penyiksaan Feng Jinan.

Pakaian yang basah bukan lagi seragam prajurit yang berlumuran darah. Ia mengenakan jubah lusuh yang sering ia pakai di kediamannya dulu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mulai menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   16. Kunjungan Klan Zhao

    Beberapa saat kemudian, setelah merencanakan langkah selanjutnya, Feng Longwei memutuskan untuk mengisi perutnya. Ia berjalan pergi menuju dapur di kediamannya—Paviliun Bulu Ilahi. Langkahnya ringan, penuh energi.Namun, saat ia sampai di ambang pintu dapur yang reyot, ia dihadapkan pada kenyataan yang sudah ia ketahui: tak ada satupun pelayan. Dapur itu kosong, dingin, dan sunyi.Feng Longwei menghela napas berat, merasakan betapa sunyinya tempat itu. Ia adalah satu-satunya penghuni Paviliun Bulu Ilahi yang sederhana dan lusuh ini.Tak ada pelayan, apalagi penjaga. Sejak mendiang ibunya meninggal bertahun-tahun yang lalu, dan statusnya sebagai pangeran yang tidak diinginkan semakin jelas, Kaisar dan keluarga kekaisaran lainnya seolah melupakannya. Paviliun ini telah menjadi tempat pengasingannya, sebuah rumah sekaligus penjara yang sunyi.Tapi kesunyian ini bukan masalah besar baginya lagi. Ia sudah terbiasa dengan hal seperti ini semenjak ibunya meninggal.Bertahun-tahun hidup dalam

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   15. Sedikit Mengenang

    Setelah hiruk pikuk dan ketegangan di aula istana kekaisaran berakhir, Feng Longwei kembali ke kediamannya, Paviliun Bulu Ilahi, dengan langkah yang tenang dan mantap.Tidak ada lagi langkah tergesa-gesa, ataupun rasa gugup. Hukuman yang semula mengancam dirinya kini berbalik, menimpa mereka yang telah lama menindasnya.Suara cambukan yang mungkin saja masih menggema di sayap timur istana tak sampai ke telinganya, namun ia bisa membayangkannya, dan itu memberinya kepuasan yang dingin.Ia tiba di halaman kediamannya yang sederhana, di mana kolam berbatu yang sunyi menjadi satu-satunya ornamen yang berarti. Airnya jernih, memantulkan langit biru yang cerah. Feng Longwei duduk bersila di tepi kolam, napasnya teratur, seolah baru saja menyelesaikan meditasi yang mendalam."Feng Liang menerima tiga puluh cambukan, tak buruk juga," gumamnya pelan, suaranya nyaris berbisik, namun terdengar jelas di keheningan. "Tapi sayangnya, Selir Yi Xue hanya mendapatkan hukuman ringan. Belum sepadan deng

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   14. Hukuman!

    Feng Liang, yang kini berdiri di samping Selir Yi Xue, tubuhnya sedikit gemetar, namun ia masih berusaha membantah. "Y-yang Mulia Ayahanda, ini jelas tak benar! Yang terluka adalah diriku! Feng Longwei jelas hanya mengatakan tuduhan palsu, ia berpura-pura agar terhindar dari hukuman!" serunya, suaranya sedikit serak karena ketakutan.Selir Yi Xue segera menyambung, melangkah maju sedikit, wajahnya menampilkan ekspresi sedih yang dipaksakan. "Yang Mulia, apa yang Feng Liang katakan tak salah. Selama ini dia adalah anak yang berbakti, tak mungkin melukai saudaranya seperti itu secara sengaja. Atau mungkin selama ini kita tak tahu, jika... Feng Longwei ternyata secara diam-diam berlatih seni bela diri, dan luka di tubuhnya itu, mungkin saja sandiwara palsu yang sengaja ia ciptakan untuk menjebak Feng Liang!" ucapnya, suaranya bergetar seolah menahan air mata.Ia menatap Feng Longwei dengan tuduhan tersirat, berusaha memutarbalikkan situasi, jelas ia tak ingin melihat anaknya yang menjadi

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   13. Kaisar Naik Pitam

    Feng Zhuqu, dengan ekspresi tanpa emosi, menatap tajam ke arah Pangeran Keenam. "Feng Longwei, karena kau berani mengatakan hal seperti itu, apa kau punya bukti dari kekerasan tersebut? Jika tidak, aku akan menganggap ucapanmu itu sebagai sebuah kesalahan serius, dan kau akan dihukum lebih berat karena telah mencemarkan nama baik Pangeran Ketiga dan mengganggu ketenangan istana."Sementara Kaisar berbicara, Feng Liang mulai tampak khawatir karena ia sendiri tahu kebenaran. Ia memang sering menindas Feng Longwei, dan jika kata-katanya terbukti benar, maka posisinya bisa terancam. Sebuah kegelisahan merayapi dirinya, dan ia berharap Feng Longwei tidak punya apa-apa."Baik, Yang Mulia," yang keluar dari bibir Feng Longwei, membuat dada Feng Liang dan Selir Yi Xue berdegup kencang, firasat buruk menyelimuti mereka.Sesaat kemudian, di tengah keheningan yang mencekam di aula, Feng Longwei melakukan sesuatu yang mengejutkan semua orang. Dengan gerakan yang lambat dan disengaja, ia mengangka

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   12. Tuduhan Palsu?

    Nyonya Yi Xue akhirnya tak bisa menahan diri. "Yang Mulia Kaisar, jangan terlalu lunak padanya! Bagaimanapun dia sudah mencelakai Pangeran ketiga, tak sepatunya ia meminta apapun pada Yang Mulia. Selain itu hukuman sepuluh cambukan sepertinya tak akan membuatnya belajar akan kesalahan!""Tenang lah, selir Yi Xue," balas Feng Zhuqu seraya mengangkat satu tangan. "Jika dia bicara omong kosong, maka hukumannya akan kutambah dua kali lipat."Feng Longwei menunduk lebih dalam, hingga keningnya yang lecet menyentuh lantai yang dingin. Namun di balik sikap tunduk itu, tak ada ketakutan sedikitpun. Justru, seulas senyum tipis tergambar di sudut bibirnya—bagaikan senyum seorang pemain catur yang baru saja menggerakkan bidak pentingnya.Longwei berdiri tegap di tengah aula. Ia menatap lurus ke arah Kaisar, tatapannya tenang namun dipenuhi keyakinan. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum bicara."Yang Mulia Kaisar, saya mohon berikan hamba keadilan atas tindakan Pangeran Ketiga yang telah mence

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   11. Sebuah Permintaan

    "Yang Mulia Kaisar!" serunya kemudian, berbalik ke arah Feng Zhuqu yang duduk di atas singgasananya. "Tolong tegakkan keadilan untuk Feng Liang! Bocah ini tidak hanya melukai tubuhnya, tapi juga mencoreng kehormatan keluarga kita! Hukum dia, hukum dengan seberat-beratnya!"Feng Zhuqu menatap wanita itu tanpa ekspresi. Tatapannya tenang, acuh tak acuh, namun tajam bak bilah pedang. Ia mengangkat satu tangan perlahan, memberi isyarat agar selir Yi Xue diam. Ruangan kembali sunyi, hanya suara hembusan angin dari pintu istana yang terdengar samar.Tatapannya kemudian tertuju kepada sosok Feng Longwei, yang berdiri tegak di tengah aula. Tak ada rasa takut di wajah pemuda itu. Tatapannya jernih, tapi dingin—seolah ia bukan lagi Feng Longwei yang dulu.Feng Zhuqu menyipitkan mata. Ada sesuatu yang berubah dari anak ini. Sebuah sikap penuh keberanian. Dulu, anak ini akan membungkuk gemetar hanya karena tatapannya. Tapi sekarang, ia berdiri menghadapi semua tekanan seperti seorang prajurit yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status