Share

26. Keputusan Tak Terduga IV

Penulis: Murlox
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 19:01:27

Protes juga datang dari Feng Lingtian. "Hormat Yang Mulia Ayahanda," ia menangkupkan tangannya. "Coba pikirkan kembali, Klan Zhao sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk momen penting ini. Namun yang mereka dapatkan malah calon menantu sampah tak berguna. Kalau aku jadi mereka, mungkin akan merasa sangat kecewa dan bahkan menganggap ini sebagai penghinaan."

Namun, di tengah-tengah semua protes dan argumen, Zhao Qinhua sendiri yang menanggapi dengan penuh keberanian. Ia maju selangkah, menatap Kaisar dengan matanya yang memancarkan api kemarahan.

"Yang Mulia, mohon maafkan ketidaksopanan hamba. Hamba merasa bahwa perjodohan ini tidak adil bagi hamba dan keluarga hamba. Hamba tidak ingin merusak masa depan saya sendiri dengan menikahi seorang pria yang tidak memiliki bakat kultivasi dan bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Aliansi ini seharusnya memperkuat kita, bukan membuat kita semua rugi." Ia berhenti sejenak, lalu matanya beralih ke arah Feng Longwei, tatapannya p
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
Makin seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   123. Menyelinap

    Langit mendadak menjadi gelap oleh hujan panah. Ribuan anak panah meluncur menembus udara, jatuh bagaikan badai baja di atas kepala pasukan Dinasti Yan. Suara ting! ting! terdengar ketika anak panah menabrak perisai, tetapi tak sedikit yang berhasil menembus celah armor dan menghujam tubuh prajurit. Feng Yunqu menepis satu anak panah dengan pedangnya, lalu berteriak: “Perisai ke depan! Jangan biarkan barisan depan runtuh!” Ia memutar Qi-nya ke pedang panjang yang ia genggam. Dalam sekejap, bilah itu bersinar merah membara. Satu tebasan dilepaskannya—gelombang Qi menebas udara, memecah puluhan anak panah di depannya menjadi serpihan halus. Namun di sisi lain, pasukan Dinasti Barat terus menekan. Di balik kabut asap, meriam kembali siap. Para pengisi amunisi menjerit memberi tanda. “Siap tembak!” Zoldan tersenyum puas. “Hancurkan pertahanan mereka!” Dentuman keras kembali terdengar. Ledakan demi ledakan mengguncang bumi, membuat malam seakan berubah jadi siang karena kobaran api

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   122. Jeritan Menggema

    Satu dentuman mengguncang bumi. Lalu yang kedua menyusul, dan kemudian ledakan ketiga memecah langit malam. Udara dan tanah terasa bergetar. Dan seluruh jiwa pasukan Dinasti Yan pun ikut terguncang. Asap hitam membumbung dari sisi utara kamp, menelan cahaya obor, menutupi langit malam. Dari arah sana terdengar jeritan prajurit dan derap kuda yang panik, meringkik ketakutan. Tubuh-tubuh yang terbakar jatuh berserakan di tanah, dan darah mengalir membentuk genangan di antara bayangan-bayangan gelap. Meriam Peledak milik Dinasti Barat memang memiliki jeda panjang untuk menembak ulang, tapi setiap satu tembakan saja sudah cukup untuk menghapus satu batalion dari muka bumi. Baja panas yang baru saja meletus kini berasap, dan para pengisi amunisi bekerja cepat di balik bayangan artileri, mengisi proyektil baru sambil menunggu logam itu mendingin. Di sisi lain, pasukan Dinasti Yan berusaha keras menata ulang formasi. Namun dampak serangan itu terlalu besar. Gelombang kejut membuat baris

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   121. Senjata Mematikan

    Dari hutan yang gelap gulita, pasukan Dinasti Barat mulai keluar, tumpah ruah seperti gerombolan semut yang tak terhitung jumlahnya. Mereka bergerak dalam formasi teratur.Zirah perak berat mereka memantulkan cahaya redup bulan yang terhalang awan dan obor yang berkobar tertiup angin.Awalnya, mereka sudah sepenuhnya percaya akan memenangkan perang dengan mudah malam ini. Mereka membayangkan kamp Dinasti Yan terlelap dalam ilusi, menunggu wakt dibantai.Namun, apa yang menunggu mereka di kejauhan adalah pemandangan yang membuat langkah mereka melambat: deretan prajurit Dinasti Yan yang berbaris rapi, siap bertempur, tombak mereka mengarah tajam ke depan, dan bendera kekaisaran berkibar tegas."Apa-apaan ini?! Kata si penyihir itu mereka sudah menggunakan mantra khusus agar musuh melemah. Tapi lihat mereka, adakah satu yang tampak kelelahan di sana?" ucap seorang prajurit Dinasti Barat, suaranya dipenuhi kebingungan.Komandan mereka, Jenderal Zoldan, seorang pria bertubuh kekar dengan

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   120. Perang Dimulai

    Feng Longwei melangkah keluar dari tenda komando, dan pemandangan yang menyambutnya membuatnya mengatupkan gigi. Hampir semua prajurit di kamp utama, yang berjumlah ribuan, tergeletak di atas tanah atau di dalam barak mereka, tertidur pulas. Senjata mereka terlepas, dan kobaran api unggun redup tanpa ada yang merawatnya."Apa yang terjadi di sini?! Kenapa kalian semua tidur di saat seperti ini?!" suara menggelegar Feng Yunqu, terdengar dari arah samping. Ia baru saja keluar dari baraknya, matanya penuh keterkejutan dan kemarahan.Namun, tak satupun prajurit yang ia bentak terbangun. Feng Yunqu mengerutkan kening. Instingnya segera memberitahu bahwa ada sesuatu yang tidak wajar. Ia menoleh cepat ke arah Feng Longwei, satu-satunya sosok yang masih berdiri tegak dan sepenuhnya waspada."Adik keenam?" gumam Feng Yunqu lirih."Mereka terkena ilusi dari sihir gelap," ucap Feng Longwei dengan tenang. "Tampaknya Dark Sorcerers Dinasti Barat sudah mulai bergerak. Mereka menggunakan sihir untu

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   119. Melodi Kematian

    Di tengah malam yang gelap gulita, hawa dingin menusuk tulang melingkupi perbatasan Provinsi Shutian. Angin berhembus pelan, membawa serta rasa kantuk yang berat bagi para prajurit patroli Dinasti Yan.Suara dedaunan kering dan ranting pohon yang bergesekan di hutan menciptakan irama gemerincik yang menegangkan. Namun, di dalam suara alam yang tenang itu, tak seorang pun menyadari irama sunyi yang terselip, sebuah melodi yang lembut namun berbahaya, merayu jiwa dan menjatuhkan kesadaran.Irama melodi itu kian terdengar semakin mendekat, menyusup perlahan melalui celah-celah pepohonan di hutan yang gelap.Dari laut yang luas di balik hutan perbatasan, kapal-kapal perang yang tak terhitung jumlahnya mulai berlabuh di tepi pantai. Kapal-kapal itu bergerak tanpa suara, layaknya armada hantu, memanfaatkan kabut malam dan irama mematikan untuk menutupi jejak mereka.Dari kapal-kapal perang itu, satu per satu sosok berzirah besi turun, melangkah melewati hutan. Langkah mereka terkoordinasi,

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   118. Ketegasan

    Semua orang terdiam, bahkan Feng Liang, tertegun. Rahangnya terkatup rapat karena rasa kesal yang memuncak. Amarah dan rasa malu karena dipermalukan di depan prajuritnya sendiri membuat matanya memerah. Ia membanting sisa-sisa cangkir minumannya ke tanah."Feng Longwei. Kau sudah mulai berani, huh?" desis Feng Liang, tatapannya tajam dan mematikan. Ia melangkah mendekat. "Apa kau pikir dirimu sudah cukup hebat melawanku sekarang? Setelah bergabung dengan Sekte Pedang Langit, kau jadi congkak?"Feng Longwei menjawab datar. "Pangeran seharusnya memberi contoh yang baik, bukan? Aku hanya menjalankan disiplin sesuai aturan militer. Di medan perang, kesalahan kecil bisa berakibat fatal."Feng Liang terkekeh getir mendengar jawaban itu. "Kau sudah berubah, ya. Tampaknya perlakuan baik yang kau dapatkan selama ini cukup membuatmu merasa tinggi di hadapanku. Tapi tetap saja, kau hanyalah... aib keluarga kekaisaran." ucapnya dengan nada pahit yang menusuk.Feng Liang melangkah maju sedikit, me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status