Athena berhenti sejenak saat langkah kakinya berhenti tepat di ruang kerja lelaki itu. Lelaki yang katanya adalah CEO di sini, lelaki yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Athena menarik napas panjang, jantungnya berdegup kencang karena ini adalah pertama kalinya sang CEO memanggil. Wanita itu terus bertanya - tanya apakah ia telah melakukan kesalahan besar sehingga pemilik perusahaan sampai turun tangan dengan sendirinya.
Tangan ramping itu mengetuk pintu perlahan, berharap sang CEO salah memanggil dirinya. "Masuk!" Suara tegas nan dalam terdengar dari sana, dengan langkah ragu Athena pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan itu. Ruangan yang cukup besar dan paling mewah diantara semua ruangan di gedung ini. Thanos memperhatikan kedatangan wanita itu, tatapan matanya terlihat begitu menyelidik."Anda memanggil saya?" Athena bertanya lirih, ia cukup terkejut saat mengetahui bahwa CEO tempatnya bekerja ternyata adalah lelaki muda yang sangat tampan. Terlihat jauh dari kata menyeramkan, seperti cerita yang kerap ia dengar."Kau Athena?"Athena mengangguk, wanita itu masih berdiri cukup jauh dari hadapan Thanos."Kau takut padaku?" Pertanyaan itu membuat Athena tampak salah tingkah, dan akhirnya ia memilih untuk sekedar tersenyum."Mendekatlah, aku ingin bicara denganmu."Athena menurut, dan sekarang ia berdiri tepat di hadapan Thanos.Lelaki itu menatap Athena lekat, sejenak ia tampak menyusuri wajah cantik wanita itu. Kecantikan yang berbeda. Mata bulat yang tampak jernih, bulu mata lentik dengan garis samar di atasnya. Bibirnya terlihat begitu lembut terbentuk sempurna, rahang yang kecil membuat wajah Athena terlihat ramping, serta rambut panjang ikal yang ia biarkan tergerai begitu saja. Semua itu membuat Thanos tak sabar lagi untuk menyentuhnya.Athena bergerak, mengalihkan tatapan Thanos dari dirinya."Kau pegawai baru di sini?" Tanya Thanos setelah keheningan itu."Ya, baru beberapa Minggu. Apakah saya telah melakukan kesalahan di perusahaan ini?" Athena memberanikan diri bertanya namun Thanos justru terkekeh geli."Memangnya apa yang sudah kau dengar tentangku, Athena? Apakah aku terlihat seperti hakim yang jahat?"Athena mengulaskan senyum kecil, ia cukup lega karena dugaannya salah."Jadi, kenapa anda memanggil saya?" Ulang wanita itu lagi."Kau di bagian apa, Athena?" "Pemasaran, untuk saat ini," jawab Athena yang masih tak nyaman dengan tatapan Thanos kepadanya. Thanos kembali mengangguk-angguk pelan, lelaki itu kini menegakkan tubuhnya, tatapan mata lelaki itu memang tak bisa lepas dari wajah ayu Athena. "Berarti kau akan sering pergi untuk bertemu klien kita. Mungkin aku akan membutuhkanmu suatu hari nanti. Kau punya waktu malam ini, Athena?" "Maksudnya? Anda meminta saya untuk lembur?" Athena menautkan alisnya dan menatap ragu. "Bisa dibilang begitu, aku ingin kau makan malam denganku, Athena. Kebetulan aku sudah memesan meja di sebuah restoran. Aku tak bisa membatalkannya." "Apa? Tapi kenapa saya?" Athena terlihat bingung dengan ajakan atasannya itu. "Ya, karena kurasa kita akan sering bertemu, Athena. Jadi, tidak ada salahnya untuk mengenalmu lebih jauh. Kau tidak mau? Tapi tak seorangpun berani menolak perintahku, Athena." "Jadi, ini perintah, ya?" Athena tersenyum kecut, rumor tentang Thanos tak sepenuhnya salah. Wanita itu diam sejenak, sepertinya ia memang tak mempunyai pilihan lain selain menurut. Athena tak ingin kehilangan pekerjaannya begitu saja hanya karena menolak perintah lelaki itu. Bukankah ini hanya sekedar makan malam? "Hmm, jadi kau mau, kan? Pukul enam petang masuk ke dalam mobilku." Thanos mengatakan itu dengan tegas, membuat Athena bergidik tak percaya. ... "Untuk apa dia memanggilmu, Athena? Dia pasti marah besar, kan?" Wanita berkulit cokelat dengan jurnal di tangannya itu bertanya, ia begitu penasaran dengan apa yang terjadi di dalam ruangan Thanos tadi. "Kenapa dia marah besar? Aku tidak melakukan kesalahan apapun di sini." Athena menjawab tegas, ia bahkan tak ingin memperpanjang obrolan mereka. Wanita itu menatap sinis, sepertinya Athena bukan orang yang mudah untuk didekati. "Yah, hati - hati saja, Athena. Kurasa kau sudah mendengar banyak rumor tentang dia, kan?" Wanita itu kembali berbicara, seakan mencemaskan Athena. Athena menoleh, perkataan rekan kerja yang belum lama dikenalnya itu membuatnya berhenti menatap layar laptop."Memangnya kenapa dengan dia, kurasa dia tak seperti yang dibicarakan banyak orang?" Wanita itu menatap Athena seraya menautkan alisnya, "Jangan katakan kalau dia merayumu, Athena. Kau mungkin tidak mendengar kalau dia pernah menjadi tersangka pembunuhan." Wanita itu berbisik di sisi telinga Athena, membuat Athena terkejut bukan main. "Apa? Bagaimana bisa?" tanya Athena yang terpaksa menjawab karena cerita mengejutkan itu. "Tapi katanya itu tidak benar, para wartawan sempat datang ke kantor ini. Entahlah, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi." Jelas wanita bernama Jane itu. "Tapi dia ada di sini, Jane. Itu artinya bukan dia pelakunya," tukas Athena. Jane memiringkan kepalanya sembari tersenyum tipis, "Kau tidak mengikuti kasus itu? Pelakunya belum diketahui, Athena. Mirisnya lagi dia tewas bersama calon bayi di dalam perutnya." Athena membuka mulutnya lebar, wanita itu lantas membuka laman situs yang biasanya menulis tentang berita terkini, "Siapa nama wanita itu?" tanyanya. "Erica, seorang wanita cantik yang cukup terkenal di kalangan para lelaki hidung belang. Astaga, sepertinya kau juga tertarik dengan kasus itu, ya?" Jane tertawa, tapi Athena sama sekali tak menghiraukan dia lagi. Bola mata Athena bergerak, saat ia dengan serius membaca berita itu, sesaat kemudian ia kembali menatap Jane. "Di sini sama sekali tidak menunjukkan kalau Thanos adalah pelakunya. Kau tidak bisa menuduh hanya karena para wartawan itu, kan, Jane?" "Lantas, bagaimana dengan menghilangnya sebuah artikel yang menunjukkan kalau CEO kita pernah bertemu dengan wanita itu?" Jane kembali menatap Athena, dan sepertinya Athena memang tidak tahu apa - apa soal artikel yang dibicarakan Jane itu. "Kau tidak tahu, kan? Yah, itu karena kau orang baru di sini. Itulah kenapa aku mengatakan padamu untuk berhati-hati. CEO kita sangat jarang memanggil pegawainya seperti itu, Athena. Dia terlalu sibuk bahkan untuk mengenal kita. Lagipula kenapa dia memanggil karyawan baru sepertimu, dia memiliki para manajer yang bertanggung jawab di setiap bagian. Hmm?""Aku tidak tahu soal itu," jawab Athena lirih. "Anak baru sepertinya akan menjadi makanan empuk. Kau terlihat polos, Athena." Jane mengatakan itu dengan tatapan tajam, dan sesungguhnya Athena tak menyukai kalimat polos yang ditujukan padanya. "Aku hanya ingin bekerja di sini dan mendapatkan uang, Jane. Aku tidak ingin terlibat dengan urusan di luar itu." Athena menjawab sambil membalas tatapan Jane. "Baguslah, memang itu yang seharusnya kau lakukan di sini, Athena. Sebagai rekan yang baik, aku hanya ingin kau tidak terlalu banyak terlibat dengan CEO tampan kita. Mencari aman adalah tindakan yang tepat." Jane tersenyum setelah membelai rambut Athena dan meninggalkan wanita itu."Aku senang kau mau ikut denganku, Athena. Kau suka tempat ini?" Thanos menunjukkan wajah gembira seraya melihat ke sekeliling restoran. "Aku memesan semua meja di sini, Athena." "Tapi untuk apa? Kita hanya butuh satu meja, kan?" tanya Athena heran. Thanos mencondongkan tubuhnya, lebih mendekat ke arah Athena, lelaki itu lalu berkata pelan. "Karena tak seorangpun boleh melihatku bersama seorang wanita. Jika bertemu klien tentu saja aku akan membawa Cal atau yang lain, Athena." Athena menarik napas panjang saat mendengar itu, entah kenapa bayangan menakutkan tentang semua yang dikatakan Jane tadi muncul memenuhi kepalanya. Memangnya kenapa? Pertanyaan itu hanya berada di ujung bibir Athena tanpa berani ia ucapkan. Bagaimanapun juga lelaki yang sekarang berada di depannya adalah CEO di mana ia bekerja, sesuatu yang tak pernah Athena sangka sebelumnya. Dirinya akan duduk satu meja dan hanya berdua dengan Thanos. Thanos tersenyum lagi saat melihat Athena hanya diam saat mendengar ala
"Aku tak menyangka kau yang bersama Thanos, Athena." Cal membuka suara saat mereka telah meninggalkan restoran itu. "Ya, dia mengundangku. Dan aku tidak bisa menolaknya." Athena mengatakan itu dengan lirih, jelas terlihat kalau wanita itu cukup tertekan. "Ah, kau terlihat sangat tidak nyaman dengan Thanos, ya? Dia memang begitu." Cal tertawa kecil mencoba untuk bersikap lebih tenang. Athena menoleh, menatap Cal sesaat. "Apakah dia kerap meminta pegawainya untuk menemani makan malam, Cal? Tapi kenapa aku merasa ini sangat aneh.""Aneh? Kenapa?" Cal berpaling menatap Athena di sisinya. "Karena aku bukan pegawai yang memiliki jabatan khusus, kan? Kenapa dia memintaku? Cal, kau sangat dekat dengannya. Kau tahu sesuatu?" Cal menautkan alisnya, "Tahu tentang apa?" "Rumor itu. Seseorang mengatakannya padaku." Cal terhenyak, lelaki itu dengan cepat kembali berpaling ke arah Athena, "Rumor... Tentang apa?" "Sebenarnya, aku juga tidak percaya tapi aku hanya ingin tahu. Erica, kau pasti
"Kau mendekati Athena sekarang?" Cal menatap lurus ke arah Thanos, saat lelaki itu sedang menikmati minumannya di sebuah bar. Thanos menoleh, merasa pertanyaan itu tak menyenangkan bagi telinganya. "Apa maksudmu? Seolah aku terlalu sering bermain dengan wanita?" Cal tersenyum tipis, "Apa aku salah? Athena berbeda, Thanos. Dia bukan seperti wanita yang kau kenal selama ini."Thanos menjilat giginya, menunjukkan wajah kesal dengan ucapan Cal yang seperti itu. "Memangnya apa yang akan kulakukan kepada Athena, hah? Jangan katakan kalau kau menyukai dia." "Aku hanya memberitahumu, jangan sampai kau memperlakukan Athena seperti yang sebelum - belumnya. Athena tahu tentang berita itu, Thanos." Cal menatap sayu, membuat Thanos terkejut. "Berita itu? Maksudmu?" Lelaki itu menautkan keningnya, menatap Cal dengan matanya yang tajam. "Soal Erica. Seseorang Memberitahunya. Dan, dia bertanya padaku apakah itu benar?" "Siapa yang mengatakan itu? Dia belum masuk ke perusahaan saat peristiwa itu
Brian meremas kertas di tangannya, lelaki itu terlihat begitu kesal. Bagaimana tidak, kalau mereka tak kunjung menemukan pelaku yang diduga terlibat dengan kematian Erica, adiknya itu. "Apakah begitu sulit untuk menangkap pelakunya,hah?!" Mata Brian menyipit saat tatapannya beradu pandang dengan Zen, kawan lamanya itu. "Karena pelakunya tidak terlihat jelas, Brian. Selain itu...Erica...bukankah dia memiliki hubungan dengan beberapa lelaki?""Maksudmu, Erica mengandung dari banyak pria?Begitu?" Brian terlihat marah saat mengatakan itu. Ditatapnya Zen dengan mata membesar. "Bukan begitu, tapi menemukan pelakunya memang tidak mudah. Mungkinkah Erica pernah menceritakan sesuatu padamu, Brian?"Brian menggeleng kesal, lelaki itu menghantam dinding dengan tinjunya. "Kurasa dia tidak ingin membuatmu cemas,Brian." Tukas Zen yang tahu benar bagaimana perasaan Brian di sana. "Aku gagal menjadi kakak yang baik, Zen. Aku bahkan tidak tahu kalau Erica mengandung. Aku benar-benar tidak berguna
"Sudah lama kau tidak ke mari, Thanos. Apakah kau sesibuk itu?" Wanita berbaju seksi itu duduk di sisi Thanos, bibirnya terus mengulaskan senyuman. "Kenapa? Kau mencariku?" Thanos membalas dengan seringainya, lelaki itu kembali menyesap wine yang telah diisi kembali."Tentu saja, kau klien yang selalu kunantikan. Kau suka dengan penampilanku malam ini?" Wanita itu mencondongkan tubuhnya ke depan, memperlihatkan sebagian tubuhnya yang terbuka. "Entahlah, tapi kurasa aku mulai bosan denganmu, Emyl. Tak adakah orang baru malam ini?"Wanita yang dipanggil Emyl itu tersenyum. Tampaknya ia tak peduli dengan kata-kata Thanos yang menyinggung itu. "Orang baru tak memiliki pengalaman sepertiku. Kau tak akan puas dengannya. Lagipula hanya aku yang bisa menjaga rahasiamu, kan?""Sial! Kau mulai mengancamku?"Emyl tertawa, memperlihatkan deretan gigi putih di balik bibir merahnya itu. "Ayolah, apa yang tak bisa kulakukan? Semua permainan yang kau suka, aku sanggup memerankannya."Thanos meraih
Lelaki paruh baya itu berjalan dengan tongkat di tangannya. Penampilannya yang bisa dibilang maskulin, serta guratan ketampanan seolah mengaburkan usia senja lelaki itu. Di belakangnya berjalan dua lelaki muda bertubuh tegap, mereka begitu setia mengawal tuannya. Tak sepasang matapun berani menatap, kecuali mereka yang dianggap memiliki jabatan di sini."Anda sudah datang, Tuan." Cal adalah orang pertama yang menyambut kedatangan Megan di De Aluna. "Di mana putraku, Cal?" Megan menatap Cal dengan tajam, persis seperti tatapan Thanos ketika harapannya tak terpenuhi. "Dia belum datang, Tuan. Bagaimana kalau menunggu sebentar di ruangannya? Saya akan menghubungi dia." Kata Cal dengan begitu sopan. Megan menghela napas panjang, ia merasa kesal karena Thanos mengabaikan kedatangannya hari ini. "Baiklah, katakan padanya untuk segera datang." Megan kembali berjalan dan masuk ke dalam ruangan Thanos. ...Cukup lama Megan menunggu, rasanya ia mulai tak sabar dengan perilaku putranya itu.
"Ayo, pulang denganku, Athena." Thanos menghampiri Athena dengan mobilnya. Athena yang tergeragap tampak begitu bingung di sana. "Masuk!" Perintah Thanos yang telah membuka pintu mobilnya dari dalam. "Tapi, saya..." kata Athena ragu. "Aku tak memiliki banyak waktu untuk menunggu, Athena. Kuantar kau pulang hari ini." Tegas Thanos yang tentu saja menolak penolakan dari Athena. Athena tak memiliki pilihan kecuali menurut, bukankah memang seperti itu? Wanita itu duduk di sisi Thanos, sesuatu yang kembali membuat rasa tak nyaman di dalam dirinya. Kalau tahu begini, Athena akan memilih untuk pergi bersama staff lainnya tadi. "Tunjukkan jalannya, oke?" Suara Thanos memecah kegelisahan wanita itu. "Apa?" "Jalan menuju ke rumahmu, Athena. Aku mengantar kau pulang," kata Thanos menegaskan kalimatnya. "Cal bahkan tidak tahu kau tinggal di mana. Dia tidak menjalankan perintahku dengan benar." "Eh, itu. Saya yang memintanya. Saya tidak ingin merepotkan Cal. Mungkin sebaiknya saya juga tur
Athena memperhatikan Jane, wanita yang duduk di sudut ruangan ruang kerjanya itu. Cukup lama ia menatap wanita yang terlihat sibuk dengan laptopnya itu. Sesekali ia tampak menautkan alisnya.Athena bangun dan memilih untuk menghampiri wanita itu di sana, duduk di depannya tanpa suara."Hei, kau butuh sesuatu?" Jane bertanya lembut, seakan senang karena Athena tiba - tiba datang ke mejanya seperti itu. sesuatu yang bahkan jarang Athena lakukan padanya."Kau punya janji makan siang dengan seseorang, Jane?" "Ehm, sepertinya tidak. Kalaupun ya paling dengan teman - teman di sini saja. Kenapa? Kau butuh bantuanku?" tanya Jane dengan senyum di bibirnya."Begini, Bagaimana kalau kita makan siang berdua. Ada hal yang ingin kutanyakan padamu." Athena mengatakan itu lirih, tak ingin orang lain mendengar obrolan mereka.Jane menatap Athena dengan mata membulat, seakan menunjukkan rasa ingin tahu yang besar. "Sepertinya sangat penting? Oke, aku setuju.""Terima kasih." Athena kembali ke mejanya