Share

Bab 249

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-06-16 20:08:25

Perlu diketahui, bahwa Jamur Ganggang Hijau ini merupakan sebuah Jamur yang tumbuh di atas sebuah Ganggang berwarna hijau.

Nathan tidak langsung mengangkat papannya untuk menawar harga, dia menunggu sesaat dan mempelajari reaksi dari orang-orang di sekitarnya. Dan ketika melihat tidak ada orang yang mengangkat papannya, dia merasa sangat senang.

Namun pada saat Nathan hendak mengangkat papannya, tiba-tiba Chicko yang ada di barisan depan mengangkat papannya. “50 miliar!”

Melihat Chicko mengangkat papannya, orang-orang yang ada disekitarnya mulai berdiskusi.

“Tuan Chicko saja menawar, apa jangan-jangan kita salah menilai barang ya?”

“Panax Care benar-benar kaya, seratus miliar dibelanjakan barang seperti ini!”

“Coba tunggu dulu, Chicko itu pria yang sangat perhitungan, dia tidak mungkin menawar dengan asal.”

Tatapan semua orang melekat pada Chicko, dan setelah Chicko meneriakkan penawarannya, dia bangkit berdiri dan menyapu sekelilingnya dengan matanya. “Hadirin, kualitas dar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1395

    "Ada yang datang," desis Nathan, keningnya berkerut. Hanya ada satu kemungkinan—Sancho.Kepanikan mulai menjalari dirinya. Kekuatan spiritualnya kosong. Jika Sancho dan yang lainnya menemukannya sekarang, ia bahkan tidak akan bisa melawan."Kak Nathan, siapa mereka? Kenapa kau begitu gugup?" tanya Prisly, merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul di tubuh Nathan."Jangan banyak bertanya. Ayo kita bersembunyi!"Tanpa penjelasan lebih lanjut, Nathan menarik Prisly dan segera berlari kembali ke dalam istana emas itu. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia mendorong pintu batu yang berat hingga tertutup rapat. Dalam kegelapan yang remang-remang, ia segera duduk bersila, mati-matian mencoba mengisi kembali Dantiannya yang kosong.Tepat setelah mereka masuk, di luar gerbang kuno Kota Koral, rombongan dari Pulau Draken tiba. Saat mereka menatap keagungan kota bawah laut yang mustahil itu, semua orang terdiam, napas mereka tertahan."Sulit dipercaya..." bisik Ryuki, matanya terbelalak. "Di bawah Pul

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1394

    Melihat Nathan yang tiba-tiba menangis, Prisly menjadi panik. "Kak Nathan, apa yang terjadi padamu? Kita... kita di mana?" Ia melihat sekelilingnya dengan bingung, menatap pilar-pilar emas dan langit-langit yang megah."Kita masih di Pulau Draken, tepatnya di bawahnya," kata Nathan, suaranya bergetar karena emosi yang meluap. "Kau dibekukan oleh Naga Yang."Ingatan Prisly kembali dengan cepat. "Naga Yang!" katanya, mencoba untuk duduk. "Kak Nathan, apakah kau berhasil? Apakah kau mendapatkan Batu Mata Naganya?"Bahkan di saat pertama ia sadar, yang ia pikirkan adalah keberhasilan misi Nathan.Nathan mengangguk dengan kuat, senyum di antara air matanya. Ia mengulurkan tangannya, dan Batu Mata Naga yang masih melayang itu turun dengan lembut ke telapak tangannya."Lihat," katanya, menunjukkan batu permata yang berdenyut itu pada Prisly. "Bukan hanya Batu Mata Naga dari Naga Yang, tetapi juga dari Naga Yin."Melihat batu yang jernih itu, senyum lega yang tulus terukir di wajah Prisly. Pe

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1393

    Kerumunan itu berjalan dalam keheningan yang tegang selama satu jam lebih, menembus hutan di Pulau Draken yang terasa angker. Mereka akhirnya tiba di kaki sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi, tetapi memancarkan aura keagungan yang menekan. Di lereng gunung itu, menganga sebuah lubang gelap—pintu masuk ke sebuah gua.Mulut gua itu tidak terlalu besar, tetapi angin yang berhembus dari dalam sana terasa sangat dingin, bukan dinginnya es, melainkan dinginnya sebuah makam yang telah lama tersegel."Ryuki!" salah seorang Tuan Muda berseru, suaranya terdengar tegang. "Tempat apa ini sebenarnya? Apa keluarga Zellon sudah memeriksanya? Jangan-jangan kita hanya akan membuang-buang waktu di dalam gua tua yang kosong.""Gua ini adalah pintu masuk menuju sebuah reruntuhan kuno," jawab Ryuki dengan tenang, suaranya bergema di antara pepohonan. "Dan di setiap reruntuhan kuno, selalu ada harta karun. Tapi, apakah kalian bisa mendapatkannya atau tidak, itu tergantung pada takdir kalian sendiri.""H

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1392

    Roh itu tertawa di dalam kepalanya, tetapi tawa itu tidak mengandung kegembiraan. Tawa itu kering, rapuh, dan penuh dengan kesedihan ribuan tahun.[Hahaha... pengetahuanmu begitu dangkal, anak muda. Sovereign adalah legenda di zamanmu, tetapi ribuan tahun yang lalu, gelar itu bahkan tidak layak disebut. Di atasnya ada puncak-puncak gunung lain yang puncaknya telah lama terkikis oleh waktu.]Suara kuno itu menjadi semakin pelan, nadanya berubah menjadi bisikan yang penuh duka. [Tidak ada gunanya aku memberitahumu sekarang. Fokus saja pada apa yang ada di hadapanmu. Serap semua kekuatan ini. Capai puncak alam Villain secepat mungkin. Era keemasan di masa lalu... mungkin tidak akan pernah kembali lagi.]Roh itu terdiam, seolah tenggelam dalam lautan kenangan yang tidak ingin ia selami.Sementara itu, di tepi pantai, Sancho masih berdiri seperti batu karang, menantang ombak. Matanya tidak berkedip, terus menatap permukaan air yang kini tenang, berharap bisa melihat tanda-tanda... apa pun

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1391

    "Aku akan mengeluarkanmu dari sana," bisiknya, lebih pada dirinya sendiri daripada pada sosok beku di hadapannya.Dengan hati-hati, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh kristal es itu. Seketika, hawa dingin yang begitu menusuk hingga terasa membakar menjalari ujung jarinya, melesat naik ke lengannya. Hawa dingin ini bukan sekadar suhu rendah, seperti kematian itu sendiri, sebuah kekosongan purba yang merenggut semua kehangatan. Ia menarik tangannya kembali dengan cepat.Nathan menarik napas dalam-dalam, memfokuskan sisa kekuatan spiritualnya. Nyala api berwarna biru mulai menari-nari di atas kedua telapak tangannya, menciptakan aura kehangatan yang rapuh di tengah kota yang dingin dan mati.Perlahan, ia mendekat lagi. Kedua tangannya yang diselimuti api biru menyentuh permukaan es dengan lembut. Hawa dingin yang menusuk kembali menyerang, bertarung hebat dengan api spiritualnya.Nathan mengertakkan gigi, mencoba memblokir rasa dingin itu sambil menyalurkan energi spiritualnya yang

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1390

    "AHHH!"Sebuah teriakan pilu yang sarat akan kesedihan merobek keheningan istana emas itu. Nathan tersentak dari kultivasinya, matanya terbuka lebar, napasnya terengah-engah seolah ia baru saja berlari melintasi zaman. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.Visi itu terasa begitu nyata.Ia melihat sekeliling.Sebagian besar butiran darah spiritual di lantai telah kehilangan cahayanya, esensi kehidupan mereka telah diserap olehnya. Namun, anehnya, peningkatan kekuatannya tidak terlalu signifikan. Kebutuhan energi spiritualnya untuk setiap kemajuan kini telah mencapai tingkat yang di luar nalar. Ribuan butir esensi darah ini, yang bagi orang lain adalah harta karun tak ternilai, baginya hanyalah seteguk air di tengah gurun."Apakah tadi itu hanya mimpi?" bisiknya, menyeka keringat di keningnya.Matanya tanpa sadar tertuju pada patung raja duyung di atas singgasana. Patung itu masih di sana, diam dan membatu, seolah mengejek ingatannya.Setelah mengambil beberapa napas dalam-dalam u

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status