共有

Bab 5

作者: Imgnmln
last update 最終更新日: 2024-01-04 11:25:27

"Ma, aku ada urusan sebentar, tetaplah di rumah," ucap Nathan dengan datar seraya berjalan meninggalkan kediamannya penuh amarah.

Ciiit …. Brak!

Terdengar suara rem mobil yang nyaring, saat Nathan hendak menyebrang jalan keluar dari komplek itu, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang, tabrakan pun tidak dapat dihindari. Nathan akhirnya tertabrak hingga terpental beberapa meter.

"Ah!"

Tubuh Nathan berguling-guling di atas aspal, jika saja saat di penjara dia tidak belajar seni bela diri, mungkin dia sudah kehilangan nyawanya.

"A-aduh …." Nathan berusaha berdiri dan menyeimbangkan tubuhnya. "Sial! Lagi buru-buru gini!" Gerutunya dengan kesal.

Tepat saat Nathan memaki dan berusaha bangkit berdiri, suara makian dapat terdengar. “Eh bego? Punya mata, gak? Nyebrang tuh pake mata!"

Seorang gadis terlihat turun dari dalam mobil BMW, dia mengenakan rok berwarna putih, dan mengenakan sepatu hak tinggi, dia terlihat sangat cantik, dan menatap Nathan dengan tatapan kesal.

Nathan mengernyitkan keningnya, sembari menahan tubuhnya yang terasa sakit, dia menggerutu. “Diantara kita, siapa yang tidak punya mata, hah? Jelas-jelas kamu yang menabrakku, kamu begitu cantik, tapi kenapa saat membuka mulutmu malah tercium semerbak sampah?” Nathan berkata dengan tegas kepada gadis itu.

“Hah? Apa? Kamu berani memakiku?” Gadis itu menatap Nathan dengan emosi, dan tiba-tiba mengangkat kakinya dan hendak menendang Nathan.

Gadis itu mengenakan sepatu hak tinggi, hak sepatu itu sangat runcing, kalau tendangan itu mengenai tubuh orang lain pasti akan langsung terluka.

“Sarah, tunggu!” Melihat gadis itu melayangkan tendangannya ke arah Nathan, seorang pria paruh baya membuka pintu mobil dan turun dari mobil.

Pria paruh baya itu terlihat acuh tak acuh. Wajahnya terlihat sedikit pucat, nafasnya terengah-engah. Setelah meneriakkan kalimat itu, dia langsung berpegangan pada pintu mobil dan menarik nafas dengan susah payah.

“Pa, kenapa Papa turun!” Setelah melihat pria paruh baya itu, Gadis itu langsung bergegas menghampirinya dan memapahnya. "Ayo masuk lagi, tunggu di dalam."

“Sara, ayo cepat kita ke rumah sakit, jangan menghabiskan waktu lagi,” Pria paruh baya itu berkata dengan lemas kepada gadis itu.

Gadis itu mengangguk, dan kembali ke hadapan Nathan, dia mengeluarkan segepok uang dari tasnya dan melemparkannya pada Nathan. “Ambil uang itu, kita impas! Aku sedang buru-buru, ada nyawa yang harus diselamatkan!”

'Nyawa?!' Nathan tidak mengambil uang itu, dia berdiri dan menatap pria paruh baya yang berada tidak jauh darinya dan berkata. “Tidak perlu ke rumah sakit, tidak akan sempat.”

Selesai berkata, Nathan berbalik dan hendak pergi, dia bisa melihat kalau pria paruh baya ini sudah sekarat dan tidak akan sempat sampai ke rumah sakit.

“Berhenti!” Gadis itu berteriak kepada Nathan dan menatapnya dengan jengkel. “Apa maksudmu, jelaskan maksud dari ucapanmu barusan atau jangan harap bisa pergi dari sini!”

Disaat itu, pria paruh baya juga mengernyitkan keningnya dan berjalan tertatih menuju ke arahNathan.

“Ayahmu punya penyakit tersembunyi yang akut, lukanya ada di paru-paru sebelah kiri, tidak sampai lima menit dia akan mengalami kesulitan bernafas dan mati lemas, dalam lima menit apakah kamu bisa sampai ke rumah sakit?” Nathan berkata dengan tenang sambil bertanya pada gadis itu.

“Omong kosong! Jangan bicara sembarangan!” teriak Sarah dengan kesal.

“Sarah ….” Pria paruh baya itu memanggil anaknya, lalu kembali melangkah beberapa langkah menuju Nathan, matanya penuh keterkejutan. “Nak, bagaimana kamu bisa mengetahui kalau paru-paru kiriku terluka?”

Nathan menatap pria paruh baya itu dengan acuh. “Meskipun aku menjelaskannya, kamu tidak akan mengerti," ucap Nathan seraya membalikkan badannya. "Aku ada urusan penting, aku sedang terburu-buru.”

“Uhuk! Uhuk!"

"Tunggu!" pria paruh baya itu memanggil Nathan, dia langsung melangkah menuju Nathan dan menarik lengannya. “Nak, kamu bisa mengetahui penyakitku, kamu pasti bisa menyembuhkannya juga, aku berharap kamu bersedia menyelamatkan nyawaku, berapapun harganya akan kubayar, ini adalah kartu namaku!” Pria paruh baya itu mengeluarkan sebuah kartu nama dan memberikannya kepada Nathan.

Awalnya Nathan tidak ingin menerimanya, dan dia tidak peduli, tapi saat dia melihat nama yang tertera pada kartu nama itu, dia langsung melihatnya dan berkata. “Kevin Wibowo, Wibowo Enterprise ….”

“Kamu bisa menemuiku melalui alamat itu,” Kevin berkata kepada Nathan.

Tiba-tiba Nathan menitikan tangannya ke arah Kevin, dua jarinya menitik pada titik akupuntur pria paruh baya itu. Kecepatan Nathan sangat cepat, sehingga Kevin dan Sarah pun terkejut melihat itu.

“Apa yang kamu lakukan?” Sarah buru-buru melangkah maju untuk menahan gerakan Nathan, tetapi semuanya sudah selesai.

Namun, setelah Nathan menotok beberapa titik akupunktur Kevin, pria paruh baya segera merasa bahwa nafasnya lebih halus dan wajahnya jauh lebih cerah.

Nathan berkata dengan ringan. "Aku hanya mengendalikan lukamu untuk sementara waktu. Butuh beberapa waktu untuk sembuh. Penyakitmu yang tersembunyi perlu disembuhkan secara perlahan karena sudah cukup lama!"

"Terima kasih, Nak, terima kasih banyak," Kevin melangkah maju dan meraih tangan Nathan dengan penuh semangat, terus-menerus berterima kasih padanya.

Sarah sangat terkejut melihat wajah ayahnya yang jelas-jelas memerah dan tubuhnya jauh lebih baik.

"Aku terpaksa menyelamatkanmu karena aku tahu kamu sering melakukan perbuatan baik, dan kamu telah menyumbang banyak bantuan. Aku harus melakukan itu karena kamu adalah orang baik!" Alasan Nathan menyelamatkan Kevin adalah karena dia tahu bahwa Kevin adalah orang yang baik.

Jika dia bertemu secara kebetulan dan tidak mengenalnya, Nathan tidak akan serta merta menyelamatkannya, apalagi Sarah baru saja berkata buruk padanya dan hampir menabraknya hingga mati.

Ketika Kevin mendengar ini, dia sedikit malu. "Perbuatanmu jauh lebih baik dariku, kamu telah menyelamatkan hidupku!" Seru Kevin penuh semangat. "Katakan, apa pun yang kamu inginkan, akan aku beri. Oh ya, bagaimana jika kita makan terlebih dulu? Aku akan menunggumu di Hotel Northen, datanglah saat selesai dengan urusanmu."

"Tidak, urusanku sangat penting, kamu tidak perlu menungguku," Nathan menggelengkan kepalanya dan menolak. "Aku akan menghubungimu nanti."

Melihat penolakan Nathan, Kevin sedikit terkejut. Selama ini, sebagai seorang pengusaha besar di Northen, dia jarang sekali mengundang orang lain untuk makan bersama. Sekarang dia mengambil inisiatif untuk mengundang Nathan makan, dia tidak menduga Nathan akan menolaknya.

Kevin memegang lengan Nathan dengan erat. "Baiklah kalau begitu, aku harap kita bisa bertemu lagi!"

Nathan dapat melihat bahwa Kevin sangat ingin mengundang dirinya untuk makan, dari tatapan matanya, pria paruh baya itu ingin mengetahui lebih banyak tentang penyakit dan penyembuhan penyakitnya.

Melihat Kevin yang tulus, Nathan mengangguk dan berkata. "Baiklah, aku akan menghubungimu nanti, aku harus pergi."

Mendengar Nathan mengatakan ini, Kevin melepaskan tangannya. "Bagus, ketika kamu datang ke hotel Northen, sebut saja namaku."

Nathan hanya mengangguk dan bergegas pergi ke kediaman Gunawan.

***

"Sherly! Sherly …." seru Nathan memanggil mantan tunangannya itu.

Setelah beberapa kali memanggilnya, terlihat sosok wanita sekitar berumur 40 tahunan berjalan ke arahnya.

'Nathan?!' gumam ibu Sherly, Catherine Wilson, melihat kedatangan pria itu, Catherine mengerutkan keningnya dengan kuat. "Nathan! Apa yang kamu lakukan disini?!"

"Kedatanganmu disini tidak diterima oleh siapapun!" seru Catherine dengan tegas. "Putriku akan menikah hari ini."

"Menikah?" Nathan mengerutkan kening. 'Jadi, yang diucapkan pria itu benar?'

"Di mana Sherly? Dengan siapa dia akan menikah? Aku ingin bertemu dengannya!" Nathan melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam Villa dengan wajah dingin.

"Berhenti!" Teriak Catherine menghentikan langkah kaki Nathan. "Apa kau sudah gila, hah?! Setelah dipenjara, apa kamu semakin sembrono dan tidak memiliki sopan santun?!" Maki wanita itu.

Catherine menarik Nathan dengan putus asa. Tapi bagaimana dia bisa menandingi kekuatan Nathan, seluruh badannya diseret masuk ke dalam Villa.

Saat Nathan berhasil menerobos masuk ke dalam Villa, dia melihat sosok wanita yang tidak asing di matanya, wanita itu mengenakan gaun pengantin putih, wajah yang dirias secara natural, membuatnya terlihat seperti dewi yang turun dari surga. Ketika dia melihat gadis itu, Nathan tiba-tiba berhenti.

"Sherly …." lirih Nathan tidak percaya. "Ada apa ini? Kenapa? Bisakah kamu menjelaskannya padaku?"

Nathan terdiam, hatinya sesak, dia menunggu jawaban wanita itu. Matanya memancarkan kekecewaan yang mendalam.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (2)
goodnovel comment avatar
Nyamuk Kecil
semakin dibaca semakin menarik ceritanya
goodnovel comment avatar
Ma Tibun
ada beberapa novel spt ini di goodnovel dg nama tokoh yg brbeda tapi ceritanya 100% sama. good
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1460

    Keheningan total.Ketiga Ksatria Dosa itu membeku. Kaidar membeku. Bom informasi itu meledak di tengah-tengah mereka, mengubah seluruh narasi.Salah satu Ksatria Dosa perlahan menoleh ke arah Sancho, suaranya kini dingin dan menusuk. "Pingsan? Jadi... kau ada di sana saat dia tidak sadarkan diri?"Sancho tersentak, menyadari kesalahannya. "Aku—""Ketua Sancho," sela Kaidar, matanya yang cerdas kini berkilat seperti predator yang menemukan celah pada mangsanya. Ia melangkah mendekat, suaranya tenang namun penuh dengan bobot yang menekan. "Karena Nathan sudah pingsan di ujung tanduknya... seharusnya Anda bisa membunuhnya dengan mudah, bukan?"Ia berhenti sejenak, membiarkan pertanyaan itu menggantung di udara yang tegang. "Apakah Anda sudah melakukannya?"Awalnya aku memang akan membunuhnya," geram Sancho. "Tapi di tengah jalan, keluarga Arteta dan yang lebih gila lagi, keluarga Island. Mereka mati-matian melindunginya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.""Keluarga Island?" Kaidar, yang bi

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1459

    Nathan dibawa ke kediaman keluarga Island, sebuah manor terpencil yang dikelilingi oleh taman-taman yang tenang dan dinding-dinding tinggi, sebuah kedamaian di tengah dunia yang penuh kekacauan. Ia ditempatkan di sebuah kamar yang nyaman dan terawat baik.Setelah Scholar dan yang lainnya pergi, Chelsea menghampiri ayahnya, wajahnya penuh dengan kebingungan."Ayah," tanyanya. "Mengapa? Mengapa kau melanggar tradisi leluhur hanya demi satu orang? Aturan keluarga kita jelas, jangan pernah terlibat dalam perselisihan dunia bela diri."Nalan menatap putrinya, ekspresinya lembut namun tatapannya jauh. "Dunia sedang berubah, Chelsea. Terkadang, ada hal-hal yang lebih penting daripada sekadar menjaga diri sendiri." Ia meletakkan tangannya di bahu putrinya. "Terkadang, cara terbaik untuk melindungi tamanmu sendiri adalah dengan memastikan badai tidak meratakan seluruh hutan di sekelilingnya."Ia tersenyum misterius. "Ada banyak hal yang belum kau ketahui. Fokus saja pada latihanmu."Nalan meng

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1458

    Bachira yang tadinya tegang tersentak kaget. Namun ia segera mengangguk, melangkah maju, dan dengan hati-hati mengangkat tubuh Nathan yang terkulai ke punggungnya.Melihat kesempatan emasnya direnggut di depan mata, Ryuki tidak bisa lagi menahan diri. "TIDAK AKAN KUBIARKAN!"Dengan raungan marah, ia mengangkat tangannya. Sebuah sulur kabut hitam pekat, penuh dengan energi korosif, melesat ke arah punggung Nathan yang tak berdaya."Cih, bocah bodoh!" Nalan bahkan tidak menoleh sepenuhnya. Ia hanya mengernyitkan keningnya dan melambaikan tangannya dengan gerakan bosan, seolah mengusir lalat.Sebuah gelombang kekuatan yang tak terlihat—sebuah distorsi di udara—meletus darinya. Sulur kabut hitam itu, saat bersentuhan dengan gelombang itu lenyap, terhapus dari eksistensi. Gelombang sisa kemudian menghantam Ryuki, membuatnya terlempar ke belakang dan jatuh terjerembab dengan kasar.Ryuki bangkit dengan susah payah, ia terbatuk-batuk. Ia tidak terluka parah. Nalan jelas telah menahan diri."

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1457

    "Bachira, bawa Tuan Nathan turun!" perintah Scholar, suaranya menggelegar. "Siapa pun yang berani menghalangi, BUNUH TANPA AMPUN!"Bachira mengangguk dan hendak maju, tapi Ryuki mengayunkan telapak tangannya, menciptakan dinding angin yang menghalangi jalan. "Tidak ada yang boleh membawanya pergi.""Ryuki!" maki Bachira. "Kau benar-benar tidak tahu malu! Menyerang orang yang tidak sadarkan diri! Kalau punya nyali, tunggu dia siuman dan bertarunglah dengan adil!"Sancho tertawa dingin. Ia menatap Scholar, matanya penuh dengan ancaman. "Kepala Keluarga Arteta, pikirkan baik-baik. Apakah nyawa satu orang ini sebanding dengan kehancuran seluruh keluargamu? Pergi sekarang, dan aku akan berpura-pura ini tidak pernah terjadi. Jika tidak... setelah hari ini, tidak akan ada lagi keluarga Arteta di Kota Moniyan."Scholar mendengus. Ia melangkah maju, suaranya kini ditujukan bukan hanya pada Sancho, tetapi pada seluruh komunitas bela diri yang menjadi saksi. "Sancho, sebagai Ketua Martial Shrine

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1456

    Saat kabut hitam itu melesat keluar dari mayatnya, Nathan melafalkan sebuah mantra kuno. Bilah Pedang Aruna diselimuti oleh nyala api biru pucat yang dingin.Api Pemakan Jiwa.Dengan satu lambaian, api biru itu melompat dan menempel pada kabut hitam.Tidak ada suara ledakan. Hanya jeritan yang melengking, yang membuat bulu kuduk semua orang di arena merinding ngeri. Kabut hitam itu meronta-ronta saat terbakar habis dari eksistensi, hingga akhirnya lenyap tanpa bekas.Satu Ksatria Dosa telah musnah.Tiga yang tersisa menatap pemandangan itu dengan ngeri. Profesionalisme mereka hancur. Yang tersisa hanyalah kepanikan."Tinju Cakrawala!"Mereka menyerang lagi, lebih karena putus asa daripada strategi. Nathan, dengan gerakan yang sama liarnya, membalas dengan ayunan pedang yang membuat udara bergetar. Kali ini, kekuatan mereka berimbang, ledakan energi membuat kedua belah pihak mundur beberapa langkah.BANG!Namun, pertukaran itu sudah cukup. Kepercayaan diri ketiga Ksatria Dosa itu telah

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1455

    Di dalam keheningan itu, sebuah perasaan baru mulai tumbuh di hati para penonton. Banyak dari mereka yang telah lama muak dengan tirani Martial Shrine, namun terlalu takut untuk melawan. Hari ini, mereka melihat seseorang, sendirian, menantang tirani itu.“Dia adalah kemarahan yang tidak berani kami tunjukkan.”“Dia adalah perlawanan yang hanya bisa kami impikan.”Nathan telah menjadi simbol. Seorang pahlawan yang kesepian. Dan di dalam hati mereka, sebuah harapan kolektif mulai berdenyut.[Bangkitlah...Teruslah berjuang...Bangkitlah…]Seolah-olah menjawab doa bisu mereka, di tengah kawah itu, sebuah tangan yang berlumuran darah mencengkeram tepian. Perlahan, dengan gerakan yang menyakitkan, sesosok tubuh yang hancur mulai menarik dirinya keluar.Nathan bangkit.Darah menutupi seluruh tubuhnya, wajahnya nyaris tak bisa dikenali. Tapi tatapannya... tatapannya lebih dingin dan lebih tajam dari sebelumnya. Ia menatap lurus ke arah empat Ksatria Dosa yang kini menatapnya dengan campuran k

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status