Share

Bab 5

Author: Hana Pangestu
Siapa pun yang mendengar kata-kata penghinaan seperti itu pasti akan marah besar.

Namun, Nikki justru tertawa saking kesalnya. Dia berhenti sejenak, lalu membalas dengan lantang, "Dia nggak suka aku karena dia buta, apa hubungannya sama aku? Sikapmu yang agresif dan panik begini justru merusak citra para nyonya keluarga besar!"

"Kamu!" Bagaimanapun, Shireen adalah gadis dari keluarga terpandang yang sejak kecil diajari etika. Seketika, dia tak mampu membalas.

Menatap punggung Nikki yang pergi dengan penuh kemenangan, dia berjalan beberapa langkah ke sisi Indah, mengeluh dengan kesal dan sedih, "Apa sih yang ada di pikiran Kakek? Kenapa harus maksa Kak Ralph nikahin perempuan kayak Nikki? Itu sama saja mencemarkan nama keluarga!"

Indah juga tidak menyukai menantunya sejak awal. Namun, setelah mendengar ucapan putri angkatnya, dia tidak sepenuhnya membela, malah mengeluh, "Ralph sejak awal memang sukanya sama kamu, tapi kamu malah suka sama Irfan."

"Apa kurangnya Ralph dibanding Irfan? Kalau kamu mau sama Ralph dari dulu, nikah lebih awal, kakekmu juga nggak bakal jodohin sembarangan."

Shireen sontak merasa canggung.

....

Nikki tertinggal beberapa langkah di belakang. Begitu tiba di dalam lift, telepon dari Ralph pun masuk.

"Kok lambat banget sih? Aku buru-buru ke kantor." Suara di seberang terdengar dingin dan tak senang.

Nikki juga sedang dalam suasana hati yang buruk, tetapi malas berdebat. Dia menjawab, "Kamu langsung saja ke kantor, nggak usah antar aku."

"Kamu pulangnya gimana?"

"Naik taksi, MRT, atau bus. Memangnya aku nggak bisa pulang sendiri?" balas Nikki yang tertawa sinis. Dia bukan anak kecil, bukan juga idiot. Masa tidak bisa pulang sendiri?

Ralph tak menjawab, langsung menutup telepon. Saat Nikki menurunkan ponsel, dia sudah keluar dari lift. Begitu sampai di pintu utama, dia melihat mobil Bentley milik Ralph keluar dari tempat parkir.

Hatinya terasa hambar, tak ada emosi sama sekali. Dia berhenti, mengeluarkan ponsel, melihat waktu. Sudah pukul 11 siang.

Sejak melahirkan anak kembar, kehidupannya sepenuhnya terikat oleh kedua anak itu. Tak ada pekerjaan, tak ada kehidupan sosial. Bahkan di kota ini, dia tak punya satu pun sahabat.

Awalnya dia ingin jalan-jalan, tetapi setelah turun dari tangga, niat itu diurungkan. Lupakan saja, lebih baik pulang ....

Baru saja keluar dari rumah sakit dan hendak berjalan ke arah stasiun MRT, ponselnya berdering. Begitu melihat nama di layar, wajahnya langsung berseri-seri. Dia segera mengangkatnya.

"Halo, Yuni? Kok tiba-tiba telepon aku?" Yang menelepon adalah teman SMA sekaligus sahabatnya, Yuni.

Yuni menjawab, "Aku lagi dinas di Kota Coldwell, sekalian mau lihat si ibu kaya ini. Dulu kamu janji, nggak bakal lupain aku kalau sudah jadi kaya. Sekarang sudah jadi nyonya keluarga besar, kayaknya sudah lupa sama aku ya?"

Nikki tertawa. "Sembarangan! Aku nggak mungkin lupain kamu! Kamu di mana? Aku traktir yuk!"

"Boleh! Aku mau makan di restoran mewah!"

"Bukan masalah!"

Setelah menutup telepon, Nikki berpikir sejenak, lalu mengirim lokasi restoran yang cukup bagus kepada sahabatnya.

Sejam kemudian, dua wanita yang sudah lama tidak bertemu akhirnya berpelukan dengan gembira.

Setelah duduk, Yuni memperhatikannya, lalu menggoda sambil mengernyit, "Kamu ini kok rendah hati banget? Istri presdir tajir melintir, tapi bajunya kayak orang biasa."

Nikki merasa agak malu dan menjelaskan, "Habis lahiran jadi gemukan, pakai apa pun kelihatan nggak bagus."

"Ah, nggak juga. Dulu kamu kurus banget kayak papan setrika, sekarang justru lebih bagus." Yuni mendekat sedikit dan berbisik dengan ekspresi nakal, "Perempuan itu harus berisi sedikit, biar laki-laki makin tergila-gila."

Nikki langsung tersipu. Dia mendorong menu ke arah sahabatnya dan mengalihkan topik, "Lihat dulu mau makan apa."

Mereka memesan makanan dan mulai mengobrol sambil makan.

Nikki baru tahu bahwa suami sahabatnya akan dipindahkan ke Kota Coldwell dan naik jabatan. Keluarga yang beranggotakan tiga orang ini akan pindah ke sini. Yuni datang untuk dinas sambil mencari tempat tinggal untuk disewa.

"Wah, bagus dong! Aku jadi punya teman!" kata Nikki dengan senang.

Yuni pun berujar, "Aku juga teringat kamu tinggal di Kota Coldwell. Kebetulan sekali."

Mereka mengobrol dengan seru sampai lupa waktu. Sampai akhirnya pembantu menelepon karena anak-anak rewel, Nikki baru pamit.

Saat membayar, Nikki mengeluarkan kartu emas dan hitam, lalu memberikannya kepada staf.

Yuni tertawa dan menggoda, "Nah, ini baru nyonya besar yang sebenarnya."

Nikki malah menghela napas. "Sebenarnya aku lebih ingin kerja, cari duit sendiri."

Meskipun Ralph memberinya kartu ini dan tidak membatasi pemakaian, dia tetap merasa tak percaya diri saat menggunakannya. Dia mendambakan dunia kerja, ingin punya nilai diri, ingin hidup yang lebih berarti.

Dunia elite penuh tekanan. Yuni cukup memahaminya, jadi menghibur, "Nanti kalau anak-anak sudah besar, kamu pasti bisa kerja lagi."

Staf mengembalikan kartu, Nikki pun pamit dan buru-buru pulang.

....

Di kantor, Ralph yang baru selesai rapat melihat notifikasi dari bank masuk ke ponselnya. Seketika, dia mengerutkan kening.

Transaksi di sebuah restoran, jumlahnya 1,752 juta. Kartu itu diberikan ke Nikki sejak awal pernikahan mereka.

Namun, dalam dua tahun, hampir tidak pernah dipakai. Lantas, dengan siapa Nikki makan di luar hari ini?

Perilaku tak biasa ini membuat Ralph heran. Dia pun langsung teringat soal Nikki yang terus-menerus membahas soal perceraian belakangan ini.

Apa wanita itu konsultasi ke pengacara? Atau minta saran dari teman? Begitu memikirkan Nikki, pikirannya langsung kacau.

Beberapa hari ini Nikki memang sering menyebut soal perceraian. Entah apa maksudnya.

Dua tahun lalu saat menikah, mereka memang sepakat setelah Iskak meninggal, mereka akan bercerai secara damai. Dia juga akan memberikan kompensasi finansial, sebagai bentuk terima kasih karena sudah mau bekerja sama.

Saat itu, mereka tidak berencana menjadi suami istri sungguhan, apalagi punya anak.

Setahun lalu saat Shireen menikah dengan Irfan, Ralph yang merupakan teman masa kecil sekaligus pendamping pria di acara pernikahan, harus menyaksikan wanita yang dicintainya menikah. Bisa dibayangkan, betapa hancurnya hati. Dia pun mabuk berat malam itu.

Malam itu, Nikki merawatnya. Karena mabuk, Ralph mengira Nikki adalah Shireen dan akhirnya mereka tidur bersama.

Setelah kejadian itu, dia minta maaf dan menyuruh Nikki minum obat. Tak disangka, dua bulan kemudian, dia malah mendapat kabar bahwa Nikki hamil.

Setelah itu, banyak hal yang terjadi. Sampai hari ini, jika diingat kembali, dia masih merasa kesal.

Siapa yang menyangka pria secerdas dirinya bisa dijebak oleh wanita yang kelihatan polos dan akhirnya kalah telak?

Ponselnya kembali berdering, membuyarkan pikirannya. Melihat nama di layar, ekspresinya sontak berubah. Hawa dingin di matanya pun mereda. "Halo, Shireen."

Telepon itu dari Shireen. Dia langsung bertanya, "Kak Ralph, benar Nikki minta cerai sama kamu?"

Wajah Ralph langsung menggelap. "Kamu dengar dari siapa?"

"Dari ibumu," jawab Shireen. "Tadi pagi setelah Ibu meninggalkan rumah sakit, Ibu mampir ke Moonland buat lihat anak-anak. Dengar pembantu ngomong, katanya pagi tadi Nikki minta cerai, tapi kamu cuekin dia."

Ralph mengernyit, wajahnya muram. Dia bersandar di kursi sambil mengusap pelipisnya dengan ekspresi dingin.

Sepertinya para pembantu di rumah harus ditegur. Membicarakan urusan majikan di belakang jelas adalah pelanggaran besar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 202

    Setelah seharian sibuk bekerja, menjelang pulang, Nikki menerima panggilan telepon dari Kennedy."Gimana kabarmu beberapa hari ini?" Suara Kennedy terdengar lembut seperti biasa dan penuh senyum saat berbicara.Nikki teringat kejadian memalukan waktu dia pulang ke kampung. Perlakuan berlebihan Ralph membuatnya merasa malu dan canggung. Bahkan saat ini dia masih agak sulit membicarakannya. "Ya ... lumayan. Setiap hari kerja, cukup padat.""Baguslah. Aku sempat khawatir Ralph akan mempersulitmu.""Nggak ... dia juga sibuk."Sebenarnya Kennedy menelepon untuk menanyakan apakah Nikki sudah serius mempertimbangkan soal perceraian. Namun kalau langsung menanyakan begitu saja terasa tidak sopan, jadi dia hanya mengutarakan hal-hal seputarnya.Namun, Nikki bisa merasakan ada maksud lain di balik kata-katanya. Dia pun memilih untuk jujur, "Kak Kennedy, kalau ada yang mau disampaikan langsung saja."Kennedy terkekeh kecil dan memujinya, "Pintar sekali. Bahkan lewat telepon pun kamu bisa merasaka

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 201

    Dari sudut pandang seorang ayah, Gaston tentu ikut sakit hati melihat kondisi putrinya. Namun, pikirannya tetap lebih tenang dan rasional.Di antara tiga keluarga ini ada hubungan kerja sama dan kepentingan bisnis. Masalah rumah tangga sekalipun, tidak bisa sampai membuat hubungan antar keluarga hancur. Kalau sampai pecah, kelak bagaimana mereka bisa tetap bekerja sama di dunia bisnis?Apalagi, Gaston juga tahu tabiat putrinya sendiri. Shireen selalu bimbang antara dua pria, sehingga membuat hubungannya berantakan. Kalau bukan karena itu, tidak mungkin muncul masalah besar seperti hari ini.Maka baginya, yang terpenting sekarang adalah meredakan keadaan. Jangan memperbesar masalah. Semakin ramai, semakin merugikan semua pihak.Namun, istrinya jelas tidak bisa menerima sikap tenang itu. Begitu mendengar kata-kata Gaston, dia langsung menoleh dengan amarah."Ngomong memang mudah! Rasa sakitnya bukan kamu yang tanggung. Kamu tahu nggak, keguguran bisa menghancurkan tubuh seorang wanita se

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 200

    Irfan masih cukup tenang. Dengan suara rendah dia berkata, "Sudahlah, semua ini sudah ditentukan takdir. Apa pun yang kita bicarakan sekarang tetap nggak ada gunanya."Sebenarnya, Irfan barusan juga mendengar percakapan ibu mertuanya dengan Indah, jadi dia kira-kira sudah tahu apa yang terjadi semalam.Shireen sedang hamil, seharusnya dia yang paling berhati-hati menjaga dirinya sendiri. Namun, dia malah bertengkar dengan Ralph di dalam mobil hingga terjadi insiden. Ralph mungkin memang punya tanggung jawab, tapi kesalahan Shireen sendiri jauh lebih besar.Sudah bertahun-tahun saling mengenal, juga lebih dari setahun berumah tangga, Irfan tahu persis tabiat Shireen. Saat Shireen sedang keras kepala, dia bisa membuat masalah sebesar apa pun.Kali ini, anggap saja sebagai pelajaran. Jika memang anak ini tidak bisa bertahan, baik mereka bercerai ataupun tetap bersama, keadaan justru akan lebih sederhana.Setelah menutup telepon, Ralph masih merasa gelisah. Setelah dipikir-pikir lagi, dia

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 199

    Indah sama sekali tidak tahu detail apa pun. Tadi dia hanya mengucapkan beberapa kata penghiburan kepada Keluarga Maulana. Namun begitu menutup telepon, dia langsung menanyai Ralph dengan penasaran.Ralph sendiri masih tenggelam dalam suasana muram setelah pertengkarannya dengan Nikki pagi itu. Mendengar serangkaian pertanyaan ibunya, perasaannya semakin suntuk. Dia hanya menjawab dengan nada datar, "Tadi malam ada sedikit insiden. Sudah terlalu malam, jadi aku nggak kasih tahu kalian. Aku segera bawa dia ke rumah sakit. Setelah itu, Pak Gaston dan Irfan juga datang, jadi aku pulang duluan."Indah makin bingung. "Insiden apa? Kalian kecelakaan mobil?""Bukan ...."Indah makin penasaran dan nadanya bertambah tegang, "Lalu apa sebenarnya? Aku dengar katanya kalian berdua sempat bertengkar di dalam mobil, kemudian Shireen tiba-tiba sakit perut ...."Wajar saja Indah banyak bertanya. Pasalnya, dari cara bicara Keluarga Maulana, jelas-jelas penuh dengan nada menyalahkan Ralph. Dia khawatir

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 198

    Wajah Ralph yang sedari tadi sudah muram, langsung menjadi semakin masam setelah mendengar ucapan Nikki. Suaranya dingin dan penuh kemarahan yang ditahan."Kamu ingin bercerai supaya bisa hidup mesra dengan pria lain, kenapa harus menaruh tuduhan di kepalaku? Memang benar tadi malam aku bertemu Shireen, tapi nggak ada apa-apa yang terjadi.""Dia cuma tiba-tiba sakit, harus dibawa ke rumah sakit darurat dan tas itu tertinggal di mobilku dalam keadaan panik. Aku sendiri bahkan nggak tahu. Kalau cuma karena itu kamu langsung menuduhku, bukankah kamu terlalu gegabah?"Nikki menoleh dan matanya menatap tajam. "Ralph, sebenarnya siapa yang terus melempar tuduhan? Bisa nggak kamu pakai sedikit logika? Kamu dan Shireen sudah punya perasaan bertahun-tahun lamanya, apa sekarang semua mau kamu pungkiri?"Awalnya Nikki tidak ingin memperpanjang lagi. Semua ini sudah seperti kaset rusak, berulang-ulang membicarakan hal yang sama. Membosankan dan melelahkan. Namun melihat Ralph masih saja bisa memut

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 197

    Begitu masuk ke rumah, seluruh bangunan sudah sunyi senyap. Saat Ralph mendorong pintu kamar utama, seperti yang dia duga, ranjang besar yang rapi dan nyaman itu kosong. Nikki tidak tidur di sana.Ralph berdiri di ambang pintu beberapa detik, entah apa yang dipikirkannya. Lalu dengan langkah berat, dia melangkah masuk dan menutup pintu pelan dari belakang.Di kamar tamu, Nikki yang baru saja berbaring mendengar suara dari luar. Suara itu berisik sejenak, lalu kembali hening. Saat itu, barulah kegugupannya sedikit demi sedikit mereda. Sudah lama sekali mereka tidak mengalami perang dingin seperti ini. Sepertinya, semuanya benar-benar hampir berakhir.....Keesokan paginya ketika Nikki bangun, Ralph belum berangkat kerja. Setelah selesai menyusui bayi kembarnya, dia turun untuk sarapan. Saat tiba di ruang makan, Hadi baru saja masuk dari luar dengan membawa sebuah tas tangan wanita edisi terbatas."Nyony ... eh, Bu, tas Anda tertinggal di mobil Tuan."Hadi memang setiap pagi akan members

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status