Share

Bab 8

Author: Hana Pangestu
Baru saja melahirkan, hormon dalam tubuh belum sepenuhnya pulih. Kalau sampai hamil lagi, itu benar-benar keajaiban.

Nikki mendengus, senyuman tipis tersungging di wajahnya. "Siapa yang tahu? Segalanya mungkin terjadi."

Melihat Ralph langsung bungkam karena ketakutan, Nikki justru merasa puas dan mulutnya semakin pedas. "Tenang saja. Sekalipun aku hamil lagi, kita tetap akan cerai. Aku nggak akan manfaatin kamu kok."

Ralph mengatupkan bibir, wajahnya penuh ketidakberdayaan.

Nikki menarik jubah tidurnya, berbalik menuju pintu.

Ralph menatap punggungnya. Entah apa yang ada di pikirannya, dia tiba-tiba bertanya, "Kamu yakin mau pisah kamar?"

Wanita itu bahkan tidak menoleh. "Kenapa? Pak Ralph mulai nggak rela?"

"Heh!" Pria itu tertawa sinis, suaranya dingin. "Kalau mereka tahu kita pisah kamar, takutnya sampai ke telinga Kakek juga."

Nikki menarik pintu dan melangkah ke luar. Sebelum benar-benar pergi, dia melontarkan kalimat pedas, "Kalau begitu, kamu cari cara buat tutup mulut mereka! Kalau Pak Ralph bahkan nggak bisa beresin hal sepele begini, rasanya lemah banget, 'kan?"

Wajah pria itu langsung gelap, lagi-lagi tak bisa membalas.

Setelah sampai di kamar tamu dan merebahkan diri, Nikki menghela napas panjang. Dia merasa seluruh beban selama bertahun-tahun akhirnya terlepas. Rasanya jauh lebih ringan.

Toh mereka memang mau bercerai. Untuk apa masih pura-pura akur? Lebih baik langsung buka-bukaan biar lega.

Tadinya Nikki ingin bicara soal belanja pakai kartu kredit Ralph hari ini, tetapi gara-gara omongan Ralph yang menyebalkan, dia kesal sampai hampir memukul orang!

Sudahlah, uang jutaan itu sama saja dengan uang receh bagi Ralph. Tak perlu repot-repot dibahas.

Rasa kantuk menyerang. Nikki menguap, lalu tak lama kemudian tertidur pulas.

Sementara itu, di balik dinding kamar utama, sang suami yang dimaki habis-habisan itu, malah tak bisa tidur, padahal tidak ada yang mengganggunya di kamar besar ini.

Ralph menatap langit-langit dalam gelap. Suara Nikki terus terngiang di telinganya. Perlahan-lahan, dia mulai merenung.

Apa mungkin dia benar-benar salah menilai perempuan itu? Dia membalikkan tubuh, memaksakan diri untuk tidur. Namun, semakin berusaha, pikirannya justru semakin liar.

Sebenarnya wajar Ralph curiga pada karakter Nikki. Dua tahun pernikahan, setiap kali Nikki bertemu dengan Iskak, dirinya pasti selalu ditegur.

Dibilang tidak tahu bersyukur, dibilang keras kepala, dibilang tidak tahu cara memperlakukan wanita, dibilang nanti pasti menyesal. Bahkan, Iskak tahu mereka berniat bercerai.

Kalau bukan karena Nikki mengadu, mana mungkin Iskak tahu semua urusan rumah tangga mereka dan terus menyalahkan dirinya?

Dia yakin, semua itu Nikki lakukan untuk menggunakan pengaruh Iskak agar bisa menekannya, agar dia lebih terikat dalam pernikahan ini.

Nikki pasti hanya ingin mengukuhkan posisinya, ingin selamanya menjadi Nyonya Keluarga Nafiz. Lagi pula, siapa yang bisa melepaskan status terhormat seperti ini? Harta kekayaan yang tidak akan habis selama tujuh turunan, kehidupan yang hanya menjadi mimpi bagi orang biasa.

Apalagi dulu Nikki begitu miskin, tanpa keluarga, tanpa sandaran. Jika orang seperti ini mendapatkan peluang, mereka pasti tidak akan pernah melepaskannya.

Setelah menanamkan sugesti itu berulang kali ke dalam hatinya, gejolak emosi dalam diri Ralph pun mulai mereda. Ya, dia memang wanita seperti itu.

....

Setelah Iskak jatuh sakit, seluruh Keluarga Nafiz menjadi tegang. Orang yang datang menjenguk ke rumah sakit tidak pernah sepi, bergantian setiap hari.

Ralph memang berkepribadian dingin dan hubungannya dengan orang tuanya tidak terlalu dekat. Namun, dia sangat dekat dengan kakek dan neneknya.

Sayangnya, sang nenek sudah meninggal lebih dulu dan dia selalu menyesal tak sempat berbakti.

Karena itu, dua tahun lalu saat Iskak divonis kanker dan bilang ingin melihat cucunya menikah serta berharap cucu dari sahabatnya mendapat tempat yang baik, Ralph bersedia menikahi Nikki.

Setiap hari, sesibuk apa pun, dia selalu menyempatkan diri ke rumah sakit, menanyakan kondisi, menemani mengobrol, bahkan membujuk makan.

Sebenarnya ini hal yang baik. Namun, di mata sebagian Keluarga Nafiz, sikap Ralph itu justru dinilai memiliki motif lain.

Saat Nikki datang membawa sup ke rumah sakit dan hendak masuk ke ruang rawat, dia mendengar bisikan dari balik lorong. Ada dua suara wanita tengah bergosip, menyebut nama suaminya.

"Ayah memang pilih kasih. Cucu perempuan wajar nggak dianggap, nanti juga nikah dan tinggal dikasih mas kawin. Tapi cucu laki-laki 'kan ada tiga. Kenapa cuma kasih perusahaan ke Ralph yang paling kecil? Atas dasar apa?"

"Benar! Caden memang memilih jadi pejabat, nggak tertarik bisnis. Tapi anakku, Caleb, dua tahun lebih tua dari Ralph. Dari segi urutan dan umur, jelas dia lebih layak!"

"Itu karena anakmu nggak tahu cara cari muka! Lihat si Ralph, kelihatannya pendiam, dingin, tapi di depan Ayah, dia jago banget ambil hati! Katanya kemarin Ayah nggak mau makan, dia sabar suapin sedikit demi sedikit. Semua orang bilang dia cucu berbakti."

"Caleb juga sayang sama kakeknya!"

"Kalau sayang, selama Ayah diopname, dia sudah datang berapa kali? Bandingkan sama Ralph yang setiap hari datang!"

"Lagi pula, waktu dulu Ayah mau jodohin salah satu cucunya dengan anak yatim piatu itu, Caleb langsung kabur ke luar negeri berbulan-bulan!"

"Tapi si Ralph? Dia pintar banget baca situasi, bahkan rela melepaskan Shireen yang dia sukai bertahun-tahun dan nikahi si miskin yang asal-usulnya nggak jelas itu. Nggak heran dia begitu disayang. Orang yang bisa kejam pada diri sendiri pasti punya masa depan yang cerah!"

Sebenarnya Nikki tidak berniat menguping. Namun, karena pembicaraan itu menyangkut dirinya dan suaminya, dia sulit melangkah pergi.

Dua suara itu jelas adalah suara bibi pertama dan ketiga Ralph. Mereka masing-masing punya anak.

Caden adalah putra sulung dari bibi pertama, juga cucu tertua Keluarga Nafiz. Secara senioritas, dia memang lebih pantas memimpin Grup Nafizar dan menjadi presdir berikutnya.

Namun, karena Caden tak tertarik berbisnis, dia memilih jalur karier di pemerintahan setelah tamat S2. Sekarang, dia pun menjabat di tingkat provinsi. Masa depannya sangat cerah.

Sementara itu, Caleb adalah putra sulung dari bibi ketiga, kakak sepupu kedua Ralph. Dia juga pantas mewarisi perusahaan, tetapi gaya hidupnya sangat bebas. Jabatan di perusahaan hanya sebagai wakil presdir tanpa tugas besar. Dia lebih sering keliling dunia.

Nikki pernah mendengar cerita keluarga tentang Caleb. Suka ski, menyelam, mengamati migrasi hewan, berjelajah, mendaki gunung, bahkan pernah sendirian berlayar menggunakan kapal layar selama sebulan lebih. Hidupnya penuh petualangan.

Jadi, bukan soal Iskak pilih kasih. Namun, keadaan yang memaksa Ralph menanggung semuanya sendirian, agar kedua sepupunya bebas memilih hidup masing-masing.

Sayangnya, para orang tua itu tidak menghargainya, malah menuduhnya punya niat buruk. Semakin mendengar, Nikki semakin kesal.

Meskipun pernikahan mereka tak harmonis, keadilan dalam dirinya membuatnya ingin membela Ralph.

Saat hendak melangkah maju, si bibi ketiga kembali berkata, "Dengar-dengar Ayah mau ubah surat wasiat. Pasti ada hubungannya dengan semua aksi berbakti Ralph akhir-akhir ini."

Bibi pertama terkejut. "Maksudmu dia mau rebut warisan lebih banyak lagi? Wah, ambisinya luar biasa! Sudah dikasih perusahaan masih kurang?"

"Siapa sih yang nolak uang? Sekarang dia punya anak kembar, satu cowok, satu cewek. Hitungan kepala saja bisa minta bagian lebih besar! Bandingkan sama anakmu Caden yang cuma punya satu anak atau anakku yang kurang ajar itu! Begitu disuruh nikah, langsung hilang entah ke mana! Menyebalkan!"

Bibi pertama mengangguk. "Sekarang aku paham. Memang manusia nggak ada puasnya. Lihat si Ralph, kalem-kalem begini ternyata ...."

"Jangan asal tuduh! Ralph bukan orang seperti itu!" Tiba-tiba, Nikki muncul dari balik sudut lorong dan menyela dengan suara lantang.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 202

    Setelah seharian sibuk bekerja, menjelang pulang, Nikki menerima panggilan telepon dari Kennedy."Gimana kabarmu beberapa hari ini?" Suara Kennedy terdengar lembut seperti biasa dan penuh senyum saat berbicara.Nikki teringat kejadian memalukan waktu dia pulang ke kampung. Perlakuan berlebihan Ralph membuatnya merasa malu dan canggung. Bahkan saat ini dia masih agak sulit membicarakannya. "Ya ... lumayan. Setiap hari kerja, cukup padat.""Baguslah. Aku sempat khawatir Ralph akan mempersulitmu.""Nggak ... dia juga sibuk."Sebenarnya Kennedy menelepon untuk menanyakan apakah Nikki sudah serius mempertimbangkan soal perceraian. Namun kalau langsung menanyakan begitu saja terasa tidak sopan, jadi dia hanya mengutarakan hal-hal seputarnya.Namun, Nikki bisa merasakan ada maksud lain di balik kata-katanya. Dia pun memilih untuk jujur, "Kak Kennedy, kalau ada yang mau disampaikan langsung saja."Kennedy terkekeh kecil dan memujinya, "Pintar sekali. Bahkan lewat telepon pun kamu bisa merasaka

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 201

    Dari sudut pandang seorang ayah, Gaston tentu ikut sakit hati melihat kondisi putrinya. Namun, pikirannya tetap lebih tenang dan rasional.Di antara tiga keluarga ini ada hubungan kerja sama dan kepentingan bisnis. Masalah rumah tangga sekalipun, tidak bisa sampai membuat hubungan antar keluarga hancur. Kalau sampai pecah, kelak bagaimana mereka bisa tetap bekerja sama di dunia bisnis?Apalagi, Gaston juga tahu tabiat putrinya sendiri. Shireen selalu bimbang antara dua pria, sehingga membuat hubungannya berantakan. Kalau bukan karena itu, tidak mungkin muncul masalah besar seperti hari ini.Maka baginya, yang terpenting sekarang adalah meredakan keadaan. Jangan memperbesar masalah. Semakin ramai, semakin merugikan semua pihak.Namun, istrinya jelas tidak bisa menerima sikap tenang itu. Begitu mendengar kata-kata Gaston, dia langsung menoleh dengan amarah."Ngomong memang mudah! Rasa sakitnya bukan kamu yang tanggung. Kamu tahu nggak, keguguran bisa menghancurkan tubuh seorang wanita se

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 200

    Irfan masih cukup tenang. Dengan suara rendah dia berkata, "Sudahlah, semua ini sudah ditentukan takdir. Apa pun yang kita bicarakan sekarang tetap nggak ada gunanya."Sebenarnya, Irfan barusan juga mendengar percakapan ibu mertuanya dengan Indah, jadi dia kira-kira sudah tahu apa yang terjadi semalam.Shireen sedang hamil, seharusnya dia yang paling berhati-hati menjaga dirinya sendiri. Namun, dia malah bertengkar dengan Ralph di dalam mobil hingga terjadi insiden. Ralph mungkin memang punya tanggung jawab, tapi kesalahan Shireen sendiri jauh lebih besar.Sudah bertahun-tahun saling mengenal, juga lebih dari setahun berumah tangga, Irfan tahu persis tabiat Shireen. Saat Shireen sedang keras kepala, dia bisa membuat masalah sebesar apa pun.Kali ini, anggap saja sebagai pelajaran. Jika memang anak ini tidak bisa bertahan, baik mereka bercerai ataupun tetap bersama, keadaan justru akan lebih sederhana.Setelah menutup telepon, Ralph masih merasa gelisah. Setelah dipikir-pikir lagi, dia

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 199

    Indah sama sekali tidak tahu detail apa pun. Tadi dia hanya mengucapkan beberapa kata penghiburan kepada Keluarga Maulana. Namun begitu menutup telepon, dia langsung menanyai Ralph dengan penasaran.Ralph sendiri masih tenggelam dalam suasana muram setelah pertengkarannya dengan Nikki pagi itu. Mendengar serangkaian pertanyaan ibunya, perasaannya semakin suntuk. Dia hanya menjawab dengan nada datar, "Tadi malam ada sedikit insiden. Sudah terlalu malam, jadi aku nggak kasih tahu kalian. Aku segera bawa dia ke rumah sakit. Setelah itu, Pak Gaston dan Irfan juga datang, jadi aku pulang duluan."Indah makin bingung. "Insiden apa? Kalian kecelakaan mobil?""Bukan ...."Indah makin penasaran dan nadanya bertambah tegang, "Lalu apa sebenarnya? Aku dengar katanya kalian berdua sempat bertengkar di dalam mobil, kemudian Shireen tiba-tiba sakit perut ...."Wajar saja Indah banyak bertanya. Pasalnya, dari cara bicara Keluarga Maulana, jelas-jelas penuh dengan nada menyalahkan Ralph. Dia khawatir

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 198

    Wajah Ralph yang sedari tadi sudah muram, langsung menjadi semakin masam setelah mendengar ucapan Nikki. Suaranya dingin dan penuh kemarahan yang ditahan."Kamu ingin bercerai supaya bisa hidup mesra dengan pria lain, kenapa harus menaruh tuduhan di kepalaku? Memang benar tadi malam aku bertemu Shireen, tapi nggak ada apa-apa yang terjadi.""Dia cuma tiba-tiba sakit, harus dibawa ke rumah sakit darurat dan tas itu tertinggal di mobilku dalam keadaan panik. Aku sendiri bahkan nggak tahu. Kalau cuma karena itu kamu langsung menuduhku, bukankah kamu terlalu gegabah?"Nikki menoleh dan matanya menatap tajam. "Ralph, sebenarnya siapa yang terus melempar tuduhan? Bisa nggak kamu pakai sedikit logika? Kamu dan Shireen sudah punya perasaan bertahun-tahun lamanya, apa sekarang semua mau kamu pungkiri?"Awalnya Nikki tidak ingin memperpanjang lagi. Semua ini sudah seperti kaset rusak, berulang-ulang membicarakan hal yang sama. Membosankan dan melelahkan. Namun melihat Ralph masih saja bisa memut

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 197

    Begitu masuk ke rumah, seluruh bangunan sudah sunyi senyap. Saat Ralph mendorong pintu kamar utama, seperti yang dia duga, ranjang besar yang rapi dan nyaman itu kosong. Nikki tidak tidur di sana.Ralph berdiri di ambang pintu beberapa detik, entah apa yang dipikirkannya. Lalu dengan langkah berat, dia melangkah masuk dan menutup pintu pelan dari belakang.Di kamar tamu, Nikki yang baru saja berbaring mendengar suara dari luar. Suara itu berisik sejenak, lalu kembali hening. Saat itu, barulah kegugupannya sedikit demi sedikit mereda. Sudah lama sekali mereka tidak mengalami perang dingin seperti ini. Sepertinya, semuanya benar-benar hampir berakhir.....Keesokan paginya ketika Nikki bangun, Ralph belum berangkat kerja. Setelah selesai menyusui bayi kembarnya, dia turun untuk sarapan. Saat tiba di ruang makan, Hadi baru saja masuk dari luar dengan membawa sebuah tas tangan wanita edisi terbatas."Nyony ... eh, Bu, tas Anda tertinggal di mobil Tuan."Hadi memang setiap pagi akan members

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status