Share

Bab 9

Author: Hana Pangestu
Bibi pertama dan ketiga sama-sama terkejut. Saat melihat Nikki, ekspresi mereka sempat canggung sejenak, lalu segera memaksakan senyuman.

"Nikki, kamu ... bawa makanan buat Ayah ya?" Kira, bibi ketiga, mengambil dua langkah ke depan dan mencoba mencairkan suasana.

Nikki tidak menjawab, tetapi langsung menanggapi obrolan mereka tadi, "Ralph tulus berbakti pada Kakek. Bukan seperti yang kalian bilang, buat cari muka atau rebut warisan."

Bibi pertama, Bonita, segera tenang kembali. Dia memasang ekspresi kalem selayaknya nyonya besar, lalu tersenyum tipis. "Nikki, jangan salah paham, kami tadi cuma ngobrol santai saja."

"Kalau memang cuma ngobrol santai, nggak seharusnya fitnah di belakang orang. Kalian senior di keluarga, setiap kata pasti punya bobot. Kalau kata-kata seperti tadi sampai tersebar, generasi muda bisa langsung percaya dan semua akan berprasangka buruk terhadap Ralph."

Nikki tetap bersikap tenang tetapi tegas, berharap mereka bisa menyadari kesalahan dan menjadi teladan sebagai orang yang lebih tua.

Ucapan ini memang agak keras sehingga wajah Bonita langsung berubah, "Nikki, kamu juga tahu kami ini orang tua. Seharusnya kamu lebih sopan pada yang lebih tua, 'kan?"

Bonita berasal dari keluarga terpandang, sudah puluhan tahun menjadi nyonya besar di Keluarga Nafiz dan selalu disegani.

Hari ini ditegur langsung oleh seorang gadis kampung yang diremehkannya, tentu saja membuat harga dirinya jatuh. Dia langsung menunjukkan prestisenya.

Nikki pun agak gugup melihat wajah tegas Bonita. Namun, karena merasa dirinya benar, dia tetap membalas dengan tenang, "Kalau Bibi benar, tentu aku akan hormat. Tapi yang kalian bicarakan barusan, semua cuma dugaan. Urusan perusahaan memang aku nggak ikut campur, tapi aku lihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Ralph bekerja keras selama ini."

"Anak-anak kalian nggak mau memikul tanggung jawab ini, sedangkan Ralph bersedia menanggung semuanya sendiri. Bukannya berterima kasih, kalian malah mencemoohnya di belakang."

Wajah Bonita semakin masam, begitu juga Kira.

"Kamu tahu apa? Urusan Keluarga Nafiz sejak kapan jadi urusanmu? Kamu itu anak yatim piatu, nggak punya siapa-siapa, cuma beruntung saja karena disukai Ayah, lalu bisa menikah dengan Ralph dan mengubah nasibmu."

"Kamu kira siapa kamu? Jangan terlalu bangga! Begitu Ayah meninggal, kita lihat saja apa Ralph masih mau sama kamu! Berani-beraninya kamu menasihati kami, nggak tahu aturan!" Kira tak bisa menahan amarah, langsung menyerang dengan kata-kata.

Bonita tersenyum sinis, lalu menambahkan, "Kamu bilang dia nggak tahu aturan. Wajar saja, soalnya nggak ada yang pernah ajari dia."

Melawan dua orang sekaligus tentu membuat Nikki agak tertekan. Ucapan mereka juga menyentuh luka lamanya. Wajahnya sempat terlihat pilu, tetapi dia tetap membalas dengan tenang, "Sekalipun aku nggak tahu aturan, aku tahu menjelekkan orang di belakang itu salah. Kalian mungkin tahu aturan, tapi perbuatan kalian nggak mencerminkan itu."

"Kamu ...." Kira tampak begitu geram, hendak melangkah maju menyerangnya.

Untung Bonita segera menariknya dan mengingatkan dengan lirih, "Jangan diladeni! Kalau sampai ke telinga Ayah, bisa runyam!"

Kira menggigit bibirnya, mencoba menahan emosi, tetapi masih menatap tajam ke arah Nikki sambil mengumpat, "Aku tunggu saatnya Ralph menceraikanmu! Kita lihat kamu masih bisa sombong atau nggak! Masih bela dia? Dia cuma anggap kamu pion buat rebut warisan!"

"Bibi, aku salah apa sampai didoakan bercerai dan rumah tanggaku hancur?" Tiba-tiba, suara dingin dan tenang menyela dari belakang mereka, membuat semuanya terdiam.

Nikki segera menoleh dan melihat Ralph berjalan mendekat dengan wajah tegas dan senyuman sinis. Hatinya seketika terasa lega, bahkan tatapannya menjadi agak memelas. Tentu saja, dia sendiri tidak menyadari itu.

Ralph berjalan ke samping istrinya, lalu merangkul bahunya, menariknya ke dalam pelukannya. Wajah tampannya menoleh ke arah kedua bibinya. Dia berbicara lagi.

"Bibi belum jawab pertanyaanku. Hanya karena Kak Caleb nggak jadi presdir, Bibi marah dan dendam padaku? Kalau begitu, aku bisa langsung mundur."

Ekspresi Kira berubah-ubah, lalu dia memaksakan senyuman. "Ralph, semua ini cuma salah paham. Caleb memang nggak betah di kantor. Dia mana mungkin bisa urus perusahaan. Nikki mungkin salah dengar."

"Oh ya?" Ralph menunduk memandangi istri di pelukannya. Nada bicara dan ekspresinya langsung melunak. "Sejak kapan pendengaranmu jadi jelek? Biasanya anak-anak baru merengek, kamu langsung dengar dan bangun dari kamar sebelah."

Nikki tahu maksudnya. Dia ikut menanggapi, "Mungkin akhir-akhir ini kurang istirahat, jadi aku halusinasi."

"Kalau begitu, nanti habis makan siang sama Kakek, kamu pulang duluan dan istirahat ya."

"Ya."

Dua orang itu mengobrol seperti pasangan yang sangat akur. Setelah berkata demikian, Ralph pun membawa istrinya pergi.

Namun, saat sampai di ujung lorong, Ralph kembali menoleh dan berkata, "Bibi Bonita, Bibi Kira, kalau kalian ada masalah denganku, silakan langsung temui aku. Jangan lampiaskan pada yang nggak bersalah."

"Nikki memang nggak punya keluarga, tapi kakeknya adalah pahlawan Keluarga Nafiz. Sebagai orang tua, kalian seharusnya menjaga dan menyayanginya. Kalau kejadian seperti tadi sampai terdengar orang luar, apa kata mereka? Keluarga Nafiz menindas yang lemah dan tak tahu berterima kasih."

Kalimat itu disampaikan dengan nada lembut, tanpa emosi. Namun bagi Nikki, itu seperti guntur yang menggetarkan hati. Keahlian Ralph dalam berpura-pura di depan orang benar-benar luar biasa.

Selain itu, dia baru saja memberi jalan untuk mundur bagi kedua seniornya, tetapi saat berikutnya langsung menyindir mereka berdua secara terang-terangan. Sulit ditebak maksudnya.

Wajah Bonita dan Kira berganti pucat dan merah. Mereka tampak ingin berbicara, tetapi tak tahu harus mengatakan apa.

Ralph membawa istrinya pergi, sementara kedua bibi itu masih berdiri di tempat dengan marah.

"Lihat gayanya! Sama-sama nggak tahu sopan santun! Memang cocok!" Kira menggertakkan gigi, gemetar menahan amarah.

Bonita meliriknya tajam, lalu pergi sambil berkata, "Ini semua salahmu! Terlalu banyak omong, jadinya ketahuan!"

"Aku ... aku ...." Kira tak bisa membela diri.

....

Di sisi lain, Ralph menggandeng Nikki menuju ruang rawat Iskak, tak melepaskannya dari pelukan.

Nikki merasa tidak nyaman, tetapi karena harus berpura-pura harmonis di depan Iskak, dia pun membiarkannya.

Dalam pikirannya, adegan tadi masih berputar. Kata-kata Ralph yang membelanya cukup membuat hatinya hangat. Namun, begitu teringat percakapan dua bibi tadi, kehangatan itu langsung hilang.

Apakah Ralph menikahinya hanya untuk menuruti keinginan sang kakek? Hanya demi warisan dan kekuasaan?

Kalau seseorang bisa mengorbankan cinta demi kepentingan, orang itu jelas tak pantas dipercaya. Bahkan bisa disebut pria berengsek.

Kalau dipikir-pikir, justru bagus Shireen tidak jadi bersamanya. Mungkin Shireen sudah lebih dulu mengetahui sifat asli Ralph, makanya memilih menikah dengan Irfan.

Dulu, Nikki mengira Ralph adalah pria setia dan tulus mencintai Shireen. Sekarang, pemikirannya berubah. Kesetiaan itu ternyata hanya untuk sesuatu yang belum dimiliki. Dia hanya ingin semuanya tanpa kehilangan apa pun.

Tadi, mereka juga bilang Iskak akan mengubah surat wasiat. Apa Ralph sengaja tidak mau bercerai karena itu? Toh kalau punya anak lebih banyak, dia bisa mendapat warisan lebih besar.

Memikirkan hal ini, hati Nikki kembali membeku. Dia mengingatkan dirinya sendiri lagi, jangan tertipu wajah tampan itu, jangan tertipu sikap manis sesaat itu. Perceraian adalah satu-satunya jalan!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 311

    Ternyata begitu! Nikki akhirnya mengerti."Apa sih yang susah dijelaskan? Dia suka sama kamu, kamu juga cinta dia, itu 'kan hal yang bagus." Awalnya Nikki mengira di dalam mobil tadi mereka melakukan sesuatu yang tidak pantas sehingga tidak sengaja membuat kandungannya terguncang."Aku sudah nggak mencintainya lagi!" Ralph menatapnya, lalu kembali menegaskan sikapnya.Nikki tersenyum tipis. "Kalian berdua saling balas dendam, lumayan seru juga dilihatnya."Ralph memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Benar saja, apa pun yang dia katakan, Nikki tetap tidak akan percaya. Jadi sekalipun dia benar-benar menyatakan perasaan sekarang, Nikki hanya akan menganggapnya sebagai lelucon.Sang adik yang berada di pelukan Nikki, berusaha menyusu dengan susah payah cukup lama, tetapi tetap saja tidak bisa merasa kenyang. Nikki mengangkat payudaranya yang sudah kosong, lalu membujuk adiknya untuk melepaskan dengan penuh rasa bersalah.Namun, mana mungkin si kecil rela melepaskannya? Setelah di

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 310

    Sebagai orang luar saja, Imran merasa perkataan itu tidak pantas! Di depan Nikki berbicara seperti itu? Apa yang sebenarnya dipikirkan Shireen? Bukankah ini jelas-jelas menjadi orang ketiga secara terang-terangan?"Bu Shireen, tolong pergi dari sini." Imran menarik lengan Shireen, menyeretnya keluar.Shireen menolak, masih menatap Ralph dan berusaha. "Memang aku yang menyakitimu, tapi kamu juga sudah membalasnya! Anakku gugur karena kamu, itu belum cukup sebagai balasan? Tapi aku nggak menyalahkanmu, anggap saja itu hukuman untukku!""Sekarang kita sudah seri, siapa pun nggak berutang apa-apa lagi! Kenapa kita nggak mulai dari awal lagi? Kak Ralph, aku mohon, kasih kesempatan sekali saja untuk kita ....""Imran!" Ralph sama sekali tidak menyangka Shireen bisa merendahkan dirinya sejauh ini, bahkan menyeret-nyeret urusan yang tak ada hubungannya.Melihat bosnya marah, Imran juga tidak peduli lagi soal perbedaan laki-laki dan perempuan. Dia nyaris memeluk Shireen dengan kedua tangan, mem

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 309

    "Shireen, urusan rumah tanggaku nggak perlu kamu campuri. Waktu itu aku nggak menuntut tanggung jawabmu, kamu seharusnya bersyukur." Ralph kembali membela Nikki, wajahnya serius saat memberi peringatan pada Shireen.Kali ini gantian Shireen yang menjadi gugup. Dia kembali memasang wajah polos dan manja. Dengan suara lembut, dia berkata, "Itu semua kemauan Ibu Angkat. Aku cuma jadi tameng ....""Shireen, jangan anggap orang lain bodoh. Jangan pula terlalu pintar sampai akhirnya justru menjerat dirimu sendiri." Tanpa basa-basi, Ralph membongkar kebohongannya.Apakah memang benar ide Indah atau sebenarnya Shireen yang sengaja menjadikan Indah perisai, Ralph sangat jelas memahaminya.Wajah Shireen langsung menegang. Bibirnya terkatup erat, kepalanya menunduk.Melihat pemandangan itu, entah kenapa Nikki justru merasa agak iba pada Shireen. Dengar-dengar, sejak kecil Shireen selalu dikelilingi kasih sayang, dimanjakan habis-habisan oleh Ralph dan Irfan yang sama-sama menjadi pelindungnya. Bi

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 308

    Nikki mengalihkan pandangan. Wajahnya tampak tenang, tetapi pikirannya sudah kalut dan hatinya bergejolak hebat. Apa maksudnya ini?Sikap Ralph yang seperti sedang menahan penghinaan tetapi juga enggan melepaskan, nyaris membuatnya salah sangka, seolah-olah pria itu benar-benar mencintainya, bahkan cinta yang dalam dan tak tergoyahkan.Suasana di ruangan berubah aneh. Nikki tidak tahu harus bicara apa untuk memecah keheningan, jadi akhirnya hanya menunduk menatap putrinya di pelukan.Beberapa hari ini Nikki sakit, jadi selera makan pun hilang, membuat ASI berkurang banyak. Shani yang sudah terbiasa minum lahap pun merasa tidak puas. Dia mulai menangis sambil terus mengisap semakin keras.Sudah seminggu Nikki tidak menyusui langsung. Dia benar-benar tak tahan dengan tarikan kuat itu, sampai-sampai dahinya mengernyit menahan sakit.Melihat adegan itu, Ralph hendak memarahinya karena dianggap bukan ibu yang baik. Anak sendiri pun tak bisa diberi kenyang. Namun, saat ini Bulan berjalan mas

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 307

    Ralph berdiri di samping, hanya menonton Nikki yang pakaian dan rambutnya berantakan, sibuk kelabakan. Sementara itu, dirinya sama sekali bersikap seolah-olah tidak ada hubungannya dengan semua ini.Sejak Nikki masuk ke Moonland, Bulan sudah lebih dulu menyuruh semua pembantu dan pengasuh keluar dari rumah.Nikki jelas tak sanggup mengurus dua bayi sekaligus. Dia mendongak, menoleh ke sekeliling, tetapi tidak ada seorang pun. Dia segera paham, lalu terpaksa meminta bantuan Ralph. "Kamu cepat gendong salah satu, nanti jatuh gimana!""Kalau minta tolong, bukannya seharusnya sikapmu lebih baik?" Ralph membalas dengan santai."Mereka 'kan anakmu juga?""Bukannya juga anakmu?""Kalau begitu, satu orang gendong satu, itu paling adil.""Tapi aku sudah urus mereka berhari-hari. Kamu absen sekian lama."Maksud tersembunyi, sekarang gilirannya yang menebus, harus bisa mengurus keduanya sekaligus.Nikki sudah menduga akan dipersulit olehnya, tetapi tidak menyangka caranya seaneh dan sekonyol ini.

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 306

    Ketika kembali melangkah masuk ke Moonland, Nikki merasa dirinya seperti pencuri. Dia berjalan dengan hati-hati dan penuh rasa bersalah.Bulan menyambutnya dengan wajah penuh senyuman. "Nyonya, cepat masuk! Shavin sedang main di matras, dia sudah bisa duduk sendiri!"Ketahuan, dia tidak bisa menghindar lagi. Nikki hanya bisa tersenyum, melangkah masuk ke vila, lalu berjalan ke arah putranya.Si kecil sedang menggigit mainan, air liurnya mengalir sampai membentuk garis panjang. Saat tiba-tiba melihat ibunya muncul, Shavin menatap dengan mata bulatnya beberapa detik, lalu langsung mengangkat kedua tangannya sambil bergumam, seakan-akan memanggil "Mama".Hati Nikki seketika penuh kebahagiaan. Dia buru-buru membungkuk, mengangkat putranya ke dalam pelukan.Anak kecil memang berubah setiap hari, apalagi seminggu tak bertemu. Nikki benar-benar merasa putranya sudah tumbuh besar! Ternyata dia sudah bisa duduk sendiri!"Ah, ah, ah, oh, oh, oh ...." Shavin yang belum bisa berbicara pun menendan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status