Home / Romansa / Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy! / Bab 6. Pertemuan Adele yang Dua Kembarannya yang Terpisah

Share

Bab 6. Pertemuan Adele yang Dua Kembarannya yang Terpisah

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2025-07-14 17:50:51

"Tu-Tuan Caesar, apa yang Anda lakukan malam-malam begini menemui saya?"

Dengan ragu-ragu, Chloe menatap wajah tampan Caesar Leopold yang dihiasi guratan ekspresi panik.

Caesar maju satu langkah dan menatapnya lekat. "Maaf mengganggu malam-malam, Dokter Chloe. Saya ke sini menjemput Anda. Alvino sekarang demam tinggi dan tidak kunjung turun sejak beberapa jam yang lalu."

"Apa?!" Chloe ikut terkejut mendengarnya.

"Saya sudah mengirimkan pesan pada Anda tapi belum ada balasan. Karena itu saya langsung ke sini."

Mendengar penjelasan Caesar dan wajahnya yang panik, Chloe pun ikut merasakan hal yang sama. Pasalnya ia sudah berjanji untuk menjadi dokter pribadi Alvino—putranya sendiri.

Chloe menatap laki-laki itu lekat. "Kalau begitu saya akan ikut dengan Tuan, tolong tunggu sebentar, Tuan. Saya akan mengambil peralatan saya dulu."

Caesar mengangguk. Laki-laki itu tetap berdiri di luar menunggu Chloe yang berlari masuk ke dalam rumah.

Chloe berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Di sana, Dylan dan Diego menatapnya dengan bingung.

"Sayang, Mommy harus pergi sekarang. Ada pasien Mommy yang sedang sakit, Dylan dan Diego di rumah sendiri sebentar, tidak apa-apa 'kan?" Chloe menatap menatap mereka sambil mengambil tas dan jaketnya.

Mereka berdua tidak melayangkan protes karena sudah biasa ditinggal shift malam oleh Chloe.

"Iya, Mom. Jangan khawatirkan kami," jawab Dylan mengacungkan jempolnya.

"Mommy harus hati-hati, harus pulang cepat, dan jangan lupakan kami!" seru Diego menatap Chloe dengan bibir cemberut.

Chloe tersenyum hangat. Ia mengusap pipi si kembar bergantian.

"Iya, Sayang. Kalau begitu Mommy berangkat sekarang. Kalian jangan keluar dari kamar, ya!" Chloe menatapnya lagi.

"Siap!" Keduanya menjawab kompak.

Setelah itu, Chloe segera bergegas pergi dan berusaha yakin pada Dylan dan Diego untuk tetap baik-baik saja di rumah.

Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di kediaman Caesar Leopold. Rumah megah dua lantai bergaya Italian yang tampak begitu sepi saat ia datang.

"Silakan masuk, dokter Chloe." Caesar mempersilakan Chloe masuk ke dalam rumah.

Caesar mengajak Chloe ke lantai dua, ke kamar Alvino. Chloe melihat anak laki-laki bertubuh kecil itu terbaring di atas ranjang ditemani oleh pelayan dan ajudan Papanya.

"Ya ampun, Alvino." Chloe yang tampak cemas, segera mendekati Alvino.

Ia memeriksa Alvino dengan sangat lembut dan hati-hati, berusaha tidak membangunkan tidurnya.

Caesar di sampingnya menatap lekat pada setiap gerakan Chloe yang penuh perhitungan.

"Bagaimana, Dokter Chloe? Apakah Alvino baik-baik saja?" tanya Caesar, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

Chloe melepaskan stetoskopnya dan menggeleng. "Tidak apa-apa, Tuan. Alvino drop sebab kemarin dia baru saja mendapatkan suntikan. Saya akan memberikan obat penurun panas."

Caesar mengangguk. "Baik, dok."

Chloe segera memberikan resep obat penurun panas untuk Alvino.

Setelah pemeriksaan selesai, Chloe segera berpamitan untuk kembali pulang. Chloe menolak tawaran Caesar untuk mengantarkannya. Ia memilih pulang menggunakan taksi.

Chloe bisa bernapas lega setelah memastikan kondisi Alvino. Kini ia harus segera pulang karena Dylan dan Diego pasti sudah menunggunya di rumah.

**

Keesokan harinya ….

"Dylan dan Diego cepat masuk ke penitipan, Mama sudah kesiangan!" Chloe menatap kedua anak laki-lakinya.

Mereka baru saja sampai di tempat penitipan. Ia kesiangan sebab Dylan dan Diego susah dibangunkan pagi tadi. Hingga kini Chloe harus kejar-kejaran oleh waktu.

Diego cemberut menatapnya. "Mommy nanti siang ke penitipan, 'kan?"

"Iya, Sayang. Mommy nanti siang ke sini," jawab Chloe sambil mengecup pipi Dylan dan Diego. "Mommy berangkat sekarang, ya ... Kalian berdua cepat masuk ke dalam penitipan dan jangan nakal, oke?"

Kedua anaknya hanya mengangguk paham. Chloe kembali mengecup kedua pipi Dylan dan Diego sebelum ia bergegas pergi sambil melambaikan tangan pada kedua buah hatinya.

"Bye-bye, Mommy! I love you!" Diego melambaikan tangannya.

Sedangkan Dylan hanya diam bersedekap sambil melirik datar ke arah kembarannya yang heboh sendiri.

Setelah melihat sang Mama menyeberangi jalan raya dan masuk ke rumah sakit, Dylan dan Diego masih berdiri di depan gerbang tempat penitipan.

"Emm ... Dylan, apa kau tidak ingin pergi jalan-jalan dulu? Aku ingin beli es krim." Diego menatap kembarannya yang diam sejak tadi.

Dylan menatap ke dalam gerbang kawasan penitipan yang masih sangat sepi.

"Sepertinya bukan ide buruk, aku juga ingin melihat-lihat kota ini." Dylan mengangguk setuju.

Wajah Diego langsung tampak berbinar-binar. “Yeayy! Kalau begitu, ayo kita berangkat!”

Kedua anak itu berjalan bergandengan tangan meninggalkan penitipan. Dylan dan Diego menyusuri jalanan kota Paris yang cukup ramai pagi ini.

Diego sibuk mencari-cari kedai es krim di sekitar sana. Sedangkan Dylan tampak menikmati pemandangan di sekitarnya. Ini kali pertama mereka pergi tanpa pengawasan Chloe.

"Wahh, ternyata kota ini sangat besar dan bagus. Lihat di sana, Dylan ... ada taman! Ayo ke sana, kita main perosotan!" ajak Diego menarik lengan kembarannya.

Dylan berdecak seketika. "Ck! Kau ini seperti bocah saja, Diego! Kita ini sudah besar, tidak level main perosotan!" gerutunya kesal.

"Dylan tidak asik!" seru Diego sambil menghentakkan kaki, ngambek. Dia cemberut dan menggembungkan kedua pipinya karena Dylan selalu menolak ajakannya.

"Mau aku tinggal di sini? Biar kau hilang dan jadi gelandangan?" sinis si sulung, tidak terpengaruh dengan aksi ngambek kembarannya.

Dylan mendengkus kesal, tetapi masih menggandeng tangan kembarannya yang tengah marah. Bagaimanapun juga, ia tidak mau kembarannya yang pecicilan itu pergi seenaknya dan merepotkannya.

Namun, tiba-tiba seorang anak perempuan dengan rambut berpita merah, berlari dari sebuah toko roti mendekati Dylan dan Diego.

"Kakak...!"

Anak perempuan itu adalah Adele. Ia tidak sengaja melihat dua kembarannya yang ia pikir Alvano dan Alvino. Padahal tadi, Adele hanya pergi berdua dengan Vidia.

Kini Adele mencekal lengan Dylan dan Diego, menarik keduanya dengan raut marah.

"Kakak kenapa ada di sini? Mainnya tidak boleh jauh-jauh! Nanti Daddy bisa marah-marah!" seru Adele masih menarik lengan Dylan dan Diego.

Dylan dan Diego mengerutkan keningnya bingung.

"Kau siapa? Sok kenal sok dekat dengan kita!" seru Diego melepaskan tangan Adele.

"Cih ... Sok asik! Dasar bocah!" timpal Dylan, tidak suka dengan sikap anak asing di depannya itu.

"Huum! Sudah jelek, pendek, cerewet lagi!" imbuh Diego dengan ekspresi sebal.

Kedua mata Adele melebar. "Jangan pura-pura, ya! Adele ini—"

"Hei, Bocah cerewet! Kalau kau mau sok kenal sok dekat, cari anak-anak yang lain saja! Ayo, Diego." Dylan langsung menarik lengan kembarannya dan bergegas pergi meninggalkan anak perempuan yang terdiam di sana.

Adele mengerjapkan kedua matanya dan bibirnya menjadi manyun. Raut wajah imutnya tampak bingung sekaligus kesal.

"Kenapa Alvano dan Alvino jadi aneh?” Adele memiringkan kepalanya sedikit, bingung dengan apa yang barusan terjadi. “Aku harus kasih tahu Mami!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 98. Tertangkap Sudah

    Setelah memeriksa anaknya, Chloe menemui Caesar di ruangan pribadi milik laki-laki itu. Kini, ia tengah duduk berhadapan dengan Caesar di dalam ruangan yang dipenuhi dengan rak dokumen dan meja kerja yang penuh dengan berkas-berkas. Berdua dengan Caesar membuat atmosfer yang menyelimuti Chloe terasa menipis. Rasa canggung, gugup, dan takut bercampur aduk menjadi satu dalam dirinya. Chloe masih memegangi cangkir keramik berisi teh melati yang masih hangat. "Sepertinya, kondisi Alvino sudah stabil saat ini. Tapi, aku masih perlu sering memeriksanya," ujar Chloe tiba-tiba memecah hening. Caesar diam tidak menjawab. Sepasang mata dengan iris hitam dan tajam itu menatapnya lekat dan dalam, seolah melucuti rasa takut di dalam kepala Chloe. Wanita itu tertunduk gugup. "Ke-kenapa kau menatapku seperti itu?" cicit Chloe. "Kau berasal dari Nantes?" Caesar membuka suara tiba-tiba. Kedua mata Chloe melebar, jemarinya meremas pegangan cangkir keramik putih yang ia bawa. "Nantes ... berarti

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 97. Caesar Mengetahuinya

    "Mommy kenapa datang ke sini, ini 'kan hari libur?" Diego panik melihat Chloe datang, karena dia bukan Alvino dan ia juga tidak sakit. Anak itu berdiri menatap Chloe yang tersenyum padanya. Tetapi, Diego yakin kalau Alvano dan Alvino pasti cerita pada Chloe tentang siapa masing-masing dari mereka. Menanggapi pertanyaan Diego, Chloe hanya memberikan senyuman manis pada anak-anaknya itu. Ternyata benar, anak-anaknya memang berada di sini, Chloe paham betul dengan Dylan yang memakai kacamatanya. "Mommy datang ke sini untuk menyuntik anak-anak yang nakal," jawab Chloe sambil menatap ketiga wajah gemas anak-anaknya. "Hah? Apa?!" Dylan, Diego, dan Adele terkesiap dan terkejut mendengarnya. Chloe menekuk kedua lututnya di hadapan mereka bertiga sambil tetap tersenyum. Hingga dari arah depan sana, terlihat Caesar muncul dan berjalan ke arah Chloe dan ketiga anaknya. "Dokter Chloe," sapa Caesar pada wanita itu. Chloe tersenyum dan kembali menegakkan tubuhnya. "Tuan Caesar, selama pagi

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 96. Kecurigaan Caesar Akan Terbukti

    Keesokan paginya, Chloe membawa Alvano dan Alvino ke kediaman Amelia. Hari ini, ia ingin menitipkan kedua anaknya di sana. Chloe terlihat murung. Raut wajahnya yang sembab dan lesu menunjukkan dirinya berada dalam posisi yang membingungkan saat ini. "Jadi, selama ini mereka sudah tahu kalau mereka kembar lima, Chloe?" tanya Amelia pada Chloe. Chloe mengangguk pelan. "Iya, Kak. Aku saja yang lalai selama ini." Amelia terkejut, wanita itu menatap dua anak yang tampak anteng bermain di teras. Perbedaan sikap anak-anak Chloe yang mencolok, kalau Dylan dan Diego, pasti mereka sudah heboh bila tiba di rumah Amelia. Tetapi Alvano dan Alvino benar-benar kalem dan patuh. "Aku tidak bisa diam saja, Dylan dan Diego pasti suka membuat onar di rumah Caesar. Aku harus mengambil mereka dalam hari-hari ini, Kak Amelia," ujar Chloe tiba-tiba. "Iya, Chloe. Tapi pasti sulit untukmu masuk ke dalam sana bila tanpa alasan." Chloe diam sejenak. Wanita itu meraih tas miliknya dan ia meraih ponselnya

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 95. Kemarahan Dylan Akan Dimulai

    Keesokan paginya, di kediaman Caesar tampak seperti biasanya. Ketiga anaknya, dan juga istrinya berkumpul di ruang makan untuk sarapan. Semalaman penuh Caesar tidak bisa tidur, ia terus memikirkan anak laki-laki di hadapannya kini. Anak yang tidak lepas dari kacamata itu. Jelas-jelas dia bukanlah Alvano karena Alvano tidak suka memakai aksesoris apapun selain gelang jam. "Sayang, makan yang banyak ya, anak-anak Mami," ujar Vidia pada mereka semua. "Iya, Mami," jawab Adele sambil mengambil sendoknya. Di samping Adele, ada Diego yang menatap cemberut telur goreng di atas piringnya. "Kenapa telurnya diorak-arik? Aku kan minta telur mata sapi, Bi!" seru anak itu pada pelayan. "Loh, iya kah? Bibi lupa, Tuan," ujar pelayan itu. "Huwaa ... Bibi! Aku mau telur mata sapi," rengek Diego mendorong piringnya. "Iya, Tuan Kecil. Sebentar, ya ... Bibi siapkan minum untuk Nona Adele dulu." "Aku maunya sekarang, Bi!" pekik Diego lagi. "Sabar, Sayang..." Caesar menatap anaknya. "Yahhh, Dadd

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 94. Dylan Bermain-main Dengan Caesar

    Dylan tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya pada Caesar saat Papanya itu bertanya siapa dirinya. Caesar menuruti insting anak kecil itu, ia menjabat tangan Dylan dan menatapnya penasaran. "Anakmu, yang kau lupakan," jawab Dylan dengan serius. Alis tebal Caesar bertaut. "Jangan bercanda, aku tahu kau bukan anakku yang biasanya." Salah satu alis tebal Dylan terangkat dan menatapnya memicing. "Kenapa? Panik, ya?" "Nak—""Intropeksi diri dulu sebelum mencari tahu siapa aku! Sudah jelas-jelas berbeda seperti ini kok masih tidak tahu! Sama anak sendiri bisa lupa! Hemhh ... payah seperti itu kok mau dipanggil Daddy! Tidak level!" Dylan turun dari sofa sambil mengomeli Caesar yang kini berdiri tercengang melihatnya. Anak itu berjalan ke arah tangga, sebelum dia menghentikan langkahnya dan menatap Caesar. "Daddy lebih baik duduk dan ingat-ingat, siapa yang pernah Daddy tinggalkan dan Daddy sakiti! Dengan begitu, Daddy tahu siapa aku!" sinis Dylan. Dylan tersenyum manis beralih men

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 93. Siapa Kau Sebenarnya, Nak?

    Hari sudah malam, jam menunjukkan pukul sembilan tepat. Dylan tampak murung dan berdiri di balik jendela, menatap pemandangan malam yang gelap, sunyi, dan cahaya penerangan rumah yang sengaja dibuat temaram. Dengan balutan piyama panjang dan hangat berwarna biru muda, Dylan membenarkan posisi kacamata yang ia pakai. Sejak satu bulan ini, Dylan tidak bisa melihat jauh, pandangannya buram saat anak itu memandang jauh hingga Chloe membelikannya sebuah kaca mata khusus agar Dylan bisa melihat dengan jelas kembali. "Mom..." Dylan berucap lirih. Ia merasa sedih tiap kali mengingat Mamanya yang ia tinggalkan. "Dylan kangen. Mommy sedang apa?" Anak itu tertunduk dengan wajah sedih. "Aku harap, aku bisa segera pergi dari sini setelah membuat Daddy kapok!" Dylan memejamkan kedua matanya perlahan dan anak itu membalikkan badannya. Dylan tersentak pelan, saat ia berbalik, di belakangnya berdiri Caesar yang tengah menatapnya dengan tatapan lekat. "Kenapa belum tidur, Sayang?" tanya Caesar be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status