Share

Bab 7. Dylan dan Diego Kabur!

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-18 11:07:27

Adele berlari masuk ke dalam toko kue. Ia berjalan mendekati Vidia, hendak mengadukan Alvano dan Alvino yang kabur dan bermain sampai jauh.

Anak kecil itu berjinjit, jemarinya menarik ujung dress yang Vidia pakai. "Mami ... Mami—"

“Diamlah, Adele!" Vidia menyela ucapan Adele dan meraih lengan kecilnya. "Donat dan pretzel yang kau minta sudah Mami belikan. Ayo sekarang kita pulang, dan jangan bicara lagi!"

Adele pun terdiam dengan bibir mengerucut. Padahal ia belum menyelesaikan ucapannya, tapi Vidia sudah menyela lebih dulu hingga Adele tidak berani untuk berbicara lagi.

Saat keluar dari toko kue, Adele menatap sekitar dan tidak lagi melihat dua kembarannya itu.

"Ayo, apa yang kau tunggu?" Vidia menarik lengan kecil Adele.

"Iya, Mami."

Mereka berdua segera masuk ke dalam mobil dan bergegas pulang. Sepanjang perjalanan, Adele hanya diam. Ia takut kalau sampai di rumah nanti dan kedua kembarannya belum kembali, pasti Vidia akan memarahi Alvano dan Alvino.

Aduuuh, bisa gawat!

Beberapa menit kemudian, mobil putih milik Vidia berhenti di halaman. Adele turun dari mobil diikuti oleh Vidia yang berjalan langsung ke arah dapur.

Sedangkan Adele berlari menuju ruang keluarga.

Loh?

Ia terkesiap saat melihat Alvano dan Alvino di sana. Alvano tengah memainkan laptop dan Alvino bermain puzzle di karpet.

Adele menghampiri keduanya. "Kalian kapan pulangnya? Cepat sekali! Naik apa? Kok aku tidak tahu?" tanyanya bertubi-tubi.

Alvano dan Alvino mengerutkan keningnya bingung, tidak mengerti ucapan si bungsu.

"Apa maksudmu, Adele?" Alvino menatapnya aneh.

Adele menoleh ke arah dapur sekilas, lalu ia mendekati dua kembarannya dan mulai berbicara dengan nada berbisik-bisik.

"Kalian tadi main di dekat taman kota 'kan? Pura-pura tidak kenal sama Adele!" Anak perempuan itu cemberut. "Kalian nakal! Awas Daddy tahu, bisa dihukum nanti!"

"Kau ini bicara apa, Adele?" Alvano mendengkus. "Sejak tadi kami di rumah."

"Kakak bohongi Adele 'kan? Takut diadukan ke Daddy 'kan?" cecar anak itu sambil berkacak pinggang.

Adele memicingkan matanya. "Kita tadi bertemu. Kakak bilang Adele sok kenal sok dekat! Kakak juga bilang Adele jelek, Adele pendek, dan Adele cerewet!" seru Adele dengan bibir manyun.

"Wahhh, siapa yang berani bicara sejujur itu padamu?" kata Alvano diikuti tawanya yang pecah.

"Kakak!" Adele langsung melayangkan kepalan tangannya di bahu Alvano. "Adele tidak bohong, tahu!"

"Tapi kita berdua tidak ke mana-mana, Adele." Alvino menarik pelan lengan kembarannya.

Adele tampak kesal karena kembarannya itu menyangkal. Apalagi Alvano yang malah meledeknya. "Adele tahu kalian kabur dari rumah!" gerutunya.

Alvano menggelengkan kepala tidak percaya. "Memangnya kau melihat berapa anak?" tanyanya kemudian.

"Tentu saja dua! Alvano, Alvino!" seru Adele dengan alis bertaut marah.

Alvano dan Alvino saling tatap sebelum tawa keduanya kembali pecah. Mereka menganggap Adele sedang berbohong karena mereka sejak tadi tidak pergi ke mana-mana.

"Wahh, kita punya kembaran dua lagi dong, Vin! Punya dua adik saja aku pusing, apalagi ditambah dua dengan kelakuan yang di luar nalar, bisa meledak kepalaku!" seru Alvano tertawa sambil memegangi perutnya.

Alvino menggelengkan kepalanya dan menatap Adele yang tampak sangat kesal. "Adele memang ada-ada saja."

“Lain kali, pintar sedikitlah kalau mau berbohong,” kata Alvano dengan nada geli.

Melihat respon dua kembarannya yang tidak percaya, Adele sangat kesal. Anak itu langsung pergi meninggalkan mereka dan berjalan ke arah dapur mencari Maminya dengan langkah yang menghentak-hentak.

"Adele tidak akan mau berteman dengan Kakak!" serunya. Anak itu cemberut dan menghentikan langkahnya di depan pintu ruangan keluarga.

**

Sementara di tempat lain, Chloe sedang pusing bukan kepalang. Beberapa menit yang lalu, ia mendapat kabar dari Madam Bree kalau Dylan dan Diego tidak ada di penitipan sejak pagi. Hal ini membuat Chloe panik dan langsung pergi mencari mereka.

Chloe menyusuri jalanan kota. Ia mencari di setiap tempat yang mungkin dilalui oleh si kembar.

"Ya Tuhan, ke mana mereka? Mereka masih belum mengenal Paris. Bagaimana kalau mereka tersesat?" gumam Chloe cemas.

Wanita berlari mendekati area taman. Namun sejauh mata memandang, ia tidak melihat dua anak kembarnya.

Chloe terus menyusuri jalan, hingga saat melewati sebuah cafe, seorang laki-laki berbalut tuxedo hitam yang baru saja keluar memanggil namanya.

"Dokter Chloe," sapa laki-laki itu, yang tak lain adalah Caesar Leopold.

Chloe menoleh dan tersentak menatap laki-laki itu. "Tu-Tuan Caesar?"

"Anda sedang apa?" Caesar menatap wanita di hadapannya yang kini tampak celingukan ke sana kemari.

"I-itu, saya mau—"

"Mommy!"

Belum selesai Chloe menjawab, wanita itu mendengar suara teriakan keras dari arah seberang jalan.

Kedua mata Chloe melebar saat mendengar suara itu. Ia menatap ke arah seberang jalan, mencari sumber suara dengan wajah panik.

'Itu suara Diego!' batin Chloe berkecamuk.

Astaga! Jangan sampai Caesar melihat kedua anaknya!

Chloe menatap ke arah depan, tetapi ia tidak melihat anak-anaknya di sana.

Sementara tak jauh dari seberang, Dylan sudah menarik lengan kembarannya dan mengajaknya bersembunyi di balik dinding. Ia menutup mulut Diego agar tidak berteriak memanggil Mommy-nya lagi.

Dylan melotot pada Diego. "Kau ini merusak suasana Mommy saja! Mommy sedang berpacaran sama Om itu!"

"Aku 'kan tidak tahu!" gerutu Diego ikut mengintip setelah Dylan menarik tangannya.

"Kita jangan beranjak ke mana-mana, diam dan kita awasi dari sini saja!" Dylan mencekal lengan kembarannya.

Mereka mengintip Mommy-nya sekali lagi. Si kembar ingat kalau pria yang bersama Chloe saat ini, adalah pria yang mengirim pesan di kemarin malam.

Sementara itu, Chloe merasa begitu panik. Sepasang matanya masih mencari-cari ke seberang jalan setelah mendengar suara Diego.

Caesar memperhatikan perubahan raut wajah Chloe dalam diam. Kepanikan di wajah cantik itu begitu kentara. Dan itu membuatnya penasaran.

"Apa Anda sudah memiliki seorang anak?" tanya Caesar tiba-tiba.

Chloe tergemap. Ia menoleh, seolah baru sadar ada Caesar di sana.

Chloe menelan ludah, berusaha tampak tenang, "Ti-tidak," katanya, lalu berdeham untuk menyembunyikan kegugupannya.

Tatapan Caesar masih diselimuti rasa curiga. "Anda sudah menikah?" tanyanya lagi.

Chloe menggeleng. Ia resah karena tatapan Caesar Leopold benar-benar tidak beranjak sedikit pun darinya.

Chloe mengalihkan tatapannya, sedikit tertunduk gugup. "Maaf Tuan, sepertinya saya harus pergi. Permi—"

"Tunggu," Caesar menahan lengan Chloe hingga wanita itu menghentikan langkahnya.

Kedua mata cokelat milik Chloe bergetar saat Caesar maju beberapa langkah mendekatinya. Tatapan lekat pria itu benar-benar membuat jantungnya berdetak tidak karuan.

Chloe takut tatapan itu bisa menembus jiwanya dan mengetahui semua rahasia yang ia simpan dengan rapat.

“A-ada apa, Tuan?” tanya Chloe dengan suara tercekat.

Caesar menatapnya dalam. "Apa kita pernah bertemu sebelum ini?" tanya Caesar, hampir seperti berbisik.

Chloe gemetar mendengarnya, tetapi wanita itu tertawa dengan canggung dan berusaha tampak tenang.

"Tuan bicara apa? Kita memang sudah pernah bertemu di rumah sakit, di rumah Tuan—"

"Bukan belakangan ini," sela Caesar. Ia semakin menghapus jarak di antara mereka. Cekalan tangannya di pergelangan Chloe erat, tapi tidak menyakiti. “Tapi beberapa tahun yang lalu.”

Darah seolah Chloe berdesir mendengarnya. Sentuhan Caesar membuat tubuhnya terasa panas, mengingatkannya pada kejadian enam tahun yang lalu … di kamar hotel itu ….

“Sa-saya tidak mengerti,” kata Chloe. Ia mundur selangkah, tapi Caesar tak membiarkannya begitu saja.

Chloe menelan ludah saat menyadari wajah mereka hanya beberapa jengkal jaraknya.

Sungguh, Chloe khawatir Caesar bisa mendengar detak jantungnya!

"Benarkah?" kata Caesar dengan suara pelan. Sepasang matanya menatap Chloe dalam. "Tapi mengapa rasanya kau tidak asing, Dokter Chloe Valencia …."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Te Anastasia
update sehari masih 1 bab yaaa kak (⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠)
goodnovel comment avatar
ellera
ka ayo buruan update lagiiiiiii
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 173. Amelia Vs Eric

    "Kalian bertiga, pulang dengan Auntie Amelia ya, Sayang. Mau, kan?" Amelia menatap Alvino, Diego, dan Adele yang duduk di bangku tunggu bersama Eric yang kini berdiri di sampingnya membawakan keranjang kecil berisi penuh cemilan. Eric menatap wanita berambut sebahu itu. "Tuan Caesar meminta saya menjaga mereka," ucap Eric dengan dingin pada wanita itu. Amelia memandangnya sejenak. "Tapi Chloe juga meminta saya membawa mereka. Ini sudah hampir gelap, mereka harus mandi, ganti baju, dan anak-anak juga butuh istirahat, Tuan." "Biarkan mereka di sini. Jangan membawanya sebelum Anda diperintah oleh Tuan Caesar." Dengan sungguh-sungguh Eric menegaskan pada Amelia. Wanita dengan jas putih itu menarik napasnya panjang dan menyilakkan rambutnya. "Tuan, dengar baik-baik! Mereka ini lebih mengenalku, Mama mereka yang menyuruhku membawa mereka untuk aku rawat! Anak-anak ini sejak siang belum makan!" pekik Amelia. "Saya sudah mengajak mereka makan, dua kali!" jawab Eric. Rasanya, Amelia in

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 172. Perasaan Bersalah yang Menjalar

    Caesar terkejut melihat kondisi Dylan dan Alvano. Bahkan mereka dirawat di ruangan yang berbeda karena mereka masih tidak mau saling menyapa. Begitu Caesar datang, Alvano langsung mengusirnya dengan penuh amarah. Dia bahkan tidak mau ditemani siapapun kecuali Dokter Yumma dan Chloe saja. Hingga kini, Caesar memilih untuk masuk ke dalam kamar rawat inap Dylan. Putranya itu terbaring dengan selang infus di tangannya, wajahnya sama lebamnya dengan Alvano. Dylan melirik Caesar yang kini berjalan mendekatinya. Merasa tidak ditolak kedatangannya, Caesar mengulurkan tangannya menyentuh pucuk kepala Dylan. "Kenapa bertengkar dengan adik, Sayang?" tanya Caesar tiba-tiba. "Dylan tidak apa-apa?" Dylan menepis tangan Caesar dan memalingkan wajahnya. "Aku tidak apa-apa," jawabnya dingin dan ketus. "Aku tidak akan mati hanya karena dipukul oleh anak Daddy itu!" "Kenapa kalian bertengkar? Dylan tidak mau cerita pada Daddy?" Caesar mengusap pucuk kepala Dylan. Anak itu menatapnya dengan tatap

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 171. Perkelahian Hebat dan Akulah yang Tetap Kau Salahkan

    "Kalian ini apa-apaan?! Ya Tuhan, Dylan, Alvano!" Chloe berteriak histeris saat melihat kedua anaknya itu babak belur satu sama lain. Wajah Dylan dan Alvano sama-sama lebam dan keluar darah dari hidung Dylan karena Alvano memukulnya dengan sebuah mainan yang cukup berat dan besar. Begitu juga Alvano yang lebam dan memar parah di sudut mata kirinya. "Sudah! Sudah ... kembar, cukup!" teriak Chloe menarik lengan Dylan, dan Diego bersama Alvino menarik lengan Alvano. Hebatnya dua anak itu tidak menangis sama sekali, hanya tatapan benci yang terlihat dari mereka. Tapi justru Chloe yang menangis melihat anaknya seperti itu. "Kalian kenapa?! Kenapa ribut sampai seperti ini?!" pekik Chloe menatap keduanya. "Ya Tuhan, Nak! Bagaimana ini, Dylan!" Chloe menangkup wajah Dylan dan menyadari darah mengucur dari hidung Dylan saat ini. Wanita menoleh dan mendekati Alvano, matanya memerah dan merah kebiruan di sudut matanya yang membuat Chloe takut. "Alvano, Sayang..." Chloe bergetar melihat p

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 170. Sakit Hati Mommy, Sakit Hati Kami Juga

    "Aku ingin segera pergi dari sini. Anak-anakku juga ikut menderita akhir-akhir ini. Aku ingin pergi dengan dendam yang sudah terbalaskan. Aku ... aku menerima tawaran bantuan dari Adrien, Kak Amelia." Amelia—wanita dengan balutan dress merah yang duduk di hadapannya itu terdiam mendengar apa yang Chloe katakan barusan. Pasalnya, jarang-jarang Chloe bercerita dengan wajah pucat dan sorot mata kebingungan seperti ini. Ia seperti seseorang yang tersesat dan tidak menemukan jalan pulang. Beberapa hari Amelia sangat sibuk, ia tidak tahu kejadian apa saja yang terjadi pada Chloe. Amelia meletakkan toples cemilan di tangannya. "Tapi, Chloe ... kita pergi ke Lyon masih sedikit lebih lama 'kan?" Chloe menggelengkan kepalanya dan tersenyum samar. "Aku tidak akan ke sana, Kak. Aku akan kembali ke Nantes. Nantes cukup luas, aku pasti bisa menyembunyikan diriku di sana, tanpa harus menjadi dokter lagi." "Chloe..." Wajah Amelia menjadi sangat sedih saat mendengar ungkapan Chloe. Amelia beranj

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 169. Akhir dari Wanita yang Menyedihkan

    Kedua mata Vidia melotot dipenuhi kabut ketakutan saat mendengar ancaman Caesar barusan. Vidia saat ini sudah menderita karena uangnya terus berkurang, ditambah lagi ia hidup menumpang, dan sekarang, Caesar mengancamnya lagi ingin membuat hidup Vidia lebih menderita! Vidia menggelengkan kepalanya dan mengencangkan tangisannya. Bagaimanapun juga, ia harus tampak menjadi korban dari semua ini. "Caesar, kenapa kau tega melakukan ini? Aku ... aku tahu aku salah, aku minta maaf padamu. Tapi aku mohon, Caesar ... aku tidak mau kau ceraikan!" pekik Vidia menangis mencekal kedua kaki Caesar. Caesar menoleh ke arah luar di mana beberapa orang di luar menatapnya dan Vidia. Caesar tahu, kemungkinan hal ini akan gempar di kalangan publik dan akan memicu berita konyol yang akan tersebar. "Aku tidak punya banyak waktu untukmu, Vidia!" seru Caesar lagi. Vidia yang menangis memeluk kedua kakinya, wanita itu mendongak menatapnya penuh luka. Sungguh, bila orang-orang melihat kejadian ini, merek

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 168. Satu Keputusan Besar Caesar

    Setelah semalam suntuk Caesar tidak tidur dengan lena, pagi ini Caesar juga tampak tidak menyentuh sarapannya sedikitpun.Caesar memilih duduk diam di balkon lantai dua dan diam berdiri di sana menatap pemandangan taman rumahnya yang segar karena hujan semalam. "Selamat pagi, Tuan," sapa Eric—ajudannya itu mendekat membawa sebuah alas kertas di tangannya. "Pagi ini, apakah Tuan akan mengadakan meeting lagi?" "Tidak," jawab Caesar dengan dingin dan tegas. Laki-laki dengan setelan kemeja putih dibalut vest hitam itu membalikkan badannya menatap ajudannya tersebut. "Aku akan menemui Vidia hari ini," ujar Caesar. Eric terdiam sejenak mendengarnya. "Bukankah Tuan sudah menyerahkan semuanya pada Tuan Edisen?" tanyanya. "Bahkan, Tuan tidak perlu khawatir wanita itu bisa pergi meninggalkan kota Paris. Anak-anak buah Tuan sudah mengunci keberadaan wanita itu bersembunyi selama ini. Dan sepertinya ... Vidia juga tidak punya biaya sama sekali untuk pergi." Wajah Caesar tampak datar. Laki-l

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status