Share

5. Bukan Kontrak

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-07 21:24:53

"Jadi, kau mau kontrak berapa lama?"

"Hah?" Tentu saja Ariana akan melotot mendengar apa yang diucapkan suaminya.

Pasangan Ariana dan Bastian sekarang sudah berada di kamar hotel yang dipesankan orang tua mempelai perempuan. Ariana baru saja selesai mandi, ketika suaminya menanyakan hal tidak masuk akal dari arah sofa.

"Maksudku, kontrak pernikahan. Kau pasti ingin membuatnya kan?"

"Untuk apa?" Ariana malah makin melotot mendengar pertanyaan lanjutan sang suami.

"Bukannya biasa begitu ya?" Bastian ikut bingung. "Yang kubaca di novel biasa seperti itu. Ada kontrak pernikahan yang dibuat, apalagi dengan keadaan kita yang sekarang."

"Kau terlalu banyak baca novel." Saking gelinya, Ariana sampai mendengus. "Lagian, apa bagusnya baca novel romance?"

"Itu untuk hiburan." Bastian mengedikkan bahunya dengan santai. "Hidup sudah susah, jadi sesekali harus menghibur diri sendiri."

"Terserah, tapi aku tidak mau ada kontrak."

"Hah? Serius?" Saking kagetnya, Bastian sampai duduk tegak. "Tidak masalah?"

"Aku tidak tahu kenapa itu harus jadi masalah?"

"Karena kita menikah terpaksa. Memangnya kau tidak mau coba cari pacar baru?"

Ariana tidak langsung menjawab pertanyaan suaminya. Dia merasa perlu berpikir terlebih dulu, sebelum akhirnya bisa mengangguk setuju.

"Pacaran lagi bukan ide buruk, tapi untuk sementara kau saja cukup," jelas Ariana terlihat begitu santai.

"Kau yakin? Aunty Anna pasti tidak senang."

"Kau itu bagaimana sih?" tanya Ariana dengan kening berkerut. "Tadi suruh orang pacaran lagi, tapi sekarang bilang nanti ibuku marah. For your information, dia sudah jadi ibumu juga."

"Aku hanya mau memastikan saja." Bastian menaikkan kedua bahunya. "Lalu bagaimana dengan batasan? Apa ada yang boleh dan tidak boleh dilakukan?"

"Harus ada yang seperti itu?" Ariana malah balas bertanya.

"Kenapa kau selalu menjawab dengan pertanyaan lain?" Bastian memutar bola mata karena gemas. "Tidak bisakah kau menjawab dengan benar?"

"Aku tanya karena aku tidak mengerti dan tidak tahu kenapa kau harus bertanya seperti itu."

Bastian hanya bisa memutar bola matanya. Dia juga bingung dengan kelakuan sang istri, tapi bingung kenapa bisa perempuan itu malah terlihat cuek. Bukankah seharusnya Ariana setidaknya memikirkan apa yang mungkin dikatakan orang-orang?

"Kau itu anaknya Alaric Crawford, Ari." Pada akhirnya, Bastian mencoba untuk menjelaskan. "Ayahmu itu orang terhormat. Dia mantan menteri dan mantan perdana menteri untuk dua periode berturut-turut."

"Dia bahkan pernah dicalonkan menjadi presiden," tambah Ariana sambil menggunakan masker wajah. "Tapi Dad menolak."

"Semua orang juga tahu itu, tapi tidakkah kau harus menjaga nama baik ayahmu? Maksudku, kita sudah nikah. Setidaknya di depan orang-orang kita harus mesra, biar ayahmu tidak jadi bahan gosip karena anaknya malah main-main sama cowok yang bukan suaminya."

Ariana berkedip beberapa kali. Dia terlihat memikirkan ucapan sang suami dengan cukup serius, bahkan membutuhkan waktu yang sebenarnya lumayan lama. Padahal, itu adalah hal yang tidak perlu lagi dipikirkan.

"Kenapa kau harus berpikir lama begitu?" tanya Bastian dengan tidak sabar.

"Karena rasanya yang kau bilang itu tidak terlalu penting." Ariana mengedikkan bahu dengan santainya.

"Ini soal reputasi ayahmu, Ari." Tentu saja Bastian akan melotot.

"Aku tahu, tapi apa yang kita lakukan sekarang dan nanti tidak akan ada hubungan dengan Dad. Itu masalah kita."

"Kau tidak bisa berpikir begitu." Bastian segera protes. "Selama kau masih memakai nama Craw ...."

"Sekarang aku Jackson," balas Ariana kini memilih berbaring di atas ranjang. "Ariana Elizabeth Jackson. Kita sudah menikah."

"Itu betul, tapi kau tetap anak Alaric Crawford. Apa pun yang menimpamu, akan menyeret nama besar ayahmu." Bastian masih mencoba untuk menjelaskan.

"Jadi solusimu apa?" Ariana malah terus bertanya. "Kau putuskan saja dan akan aku ikuti."

"Kalau aku memintamu melakukan hal aneh?"

"Maka aku akan memukulmu," balas Ariana, bahkan menaikkan kepalan tangannya ke udara. "Kau tahu kan kalau aku ini bisa karate."

"Sabuk oranye." Bastian tentu akan mengangguk. "Itu tidak berarti kau jago."

"Kau benar-benar mau kupukul rupanya." Ariana bangkit dari posisi tidurnya. "Kemari," lanjutnya sambil melambaikan tangan.

Bastian menatap sang istri dengan kedua alis yang terjungkit naik. Dia jelas saja sedang memikirkan kemungkinan yang akan terjadi, ketika dia mendekat ke arah ranjang. Hal yang sudah jelas membuatnya menggeleng.

"Sayang sekali, tapi aku sudah mau tidur." Bastian menggeleng, disertai dengan senyuman. "Dari pada buang waktu, kau juga tidur saja."

"Kau akan tidur di sofa?" Giliran Ariana yang menaikkan alis, tapi hanya sebelah saja.

"Apa kau mau aku tidur di ranjang denganmu?" Bastian malah balas bertanya.

"Kita sudah nikah kan? Jadi kenapa tidak?"

"Kau tahu apa maksudnya itu kan?" Bastian masih terus bertanya.

"Kalau kau pikir aku akan menyerangmu saat tidur, maka kau salah besar." Ariana langsung saja berdecak pelan, karena menahan tawa. "Kita sudah nikah, tapi aku belum tentu mau menyentuhmu."

"Bukan terbalik? Harusnya, itu kalimatku kan?"

"Itu kalimatku, jadi kau ke sini saja," balas Ariana terlihat cukup serius. "Biar bagaimana kau itu masih temanku juga tahu dan aku tidak terima penolakan."

Bukannya langsung menurut, Bastian malah menaikkan sebelah alisnya. Dia merasa perempuan yang tumbuh dengannya itu makin aneh saja. Tapi, Bastian justru suka itu.

"Dia orang yang tepat," gumam Bastian dalam hati. disertai senyum lebar. "Aku memilih orang yang benar."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kenikmatan dalam Luka   136. Kado Ulang Tahun (TAMAT)

    "Kenapa mukamu terlihat tegang sekali?" Ariana bertanya diiringi tawa pelan. "Memangnya kau tidak tegang?" tanya Bastian yang melotot menatap istrinya. "Kita akan dilihat ratusan atau mungkin ribuan orang loh." "Jangan berlebihan, Bas. Undangan yang disebar bahkan tidak sampai lima ratus orang, jadi tidak mungkin ada ribuan orang. Dan aku sama sekali tidak merasa tegang." "Aku rasa kau sudah terbiasa diperhatikan banyak orang." Bastian mengangguk pelan. "Kau pernah ikut ayahmu melakukan kunjungan kerja kan?" "Beberapa kali waktu masih kecil." Ariana juga mengangguk. "Tapi aku sudah tidak terlalu ingat lagi." "Kau mungkin tidak ingat, tapi alam bawah sadarmu ingat." "Tapi bukankah dulu kau juga pernah ikut Mom kunjungan kerja?" Ariana bertanya dengan kening berkerut. "Kalau tidak salah waktu itu kita bersama-sama pergi ke panti asuhan dan kau ikut untuk membantu menjaga adikku." "Sepertinya aku ingat itu." Bastian mengangguk pelan. "Anais kalau tidak salah masih dua tahun

  • Kenikmatan dalam Luka   135. Diskusi

    "Ini gila." Ariana melotot pada tumpukan brosur di depannya. Belum ditambah dengan apa yang harus dia lihat di komputer dan ponsel."Apanya yang gila?" Elian bertanya dengan sebelah alis terangkat. "Mempersiapkan pernikahan benar-benar sangat susah," ucap Ariana menyugar rambutnya. "Yah, memang seperti itu kan?" Elian mengedikkan bahunya. "Apalagi kali ini pestanya akan dirayakan dengan sangat meriah. Biar bagaimana, kau itu masih anak Alaric Crawford.""Berhenti bawa-bawa nama Crawford." Ariana mengeluh. "Rasanya bikin kesal saja.""Hei, kau tidak boleh begitu." Elian tanpa canggung menegur atasannya. "Kau harusnya bersyukur, karena masih punya keluarga. Apalagi kau punya keluarga yang kaya.""Di luar sana, masih banyak loh orang yang butuh kasih sayang keluarga dan butuh uang. Jadi, selama kau masih punya semuanya dan berlebih, sebaiknya kau bersyukur saja."Ariana mengedipkan kedua mata, menatap sang asisten. Jujur saja, dia tidak menyangka kalau Elian yang biasanya seriu

  • Kenikmatan dalam Luka   134. Maaf yang Tak Perlu

    "Maaf, tapi apa Dad bisa ulangi sekali lagi?" tanya Ariana dengan kedua alis yang terangkat."Sebenarnya, kalian tidak benar-benar menikah." Alaric tidak keberatan menjelaskan ulang. "Yang kemarin itu hanya pesta, tapi pendaftaran pernikahannya tidak benar-benar dilakukan.""Datanya semua ada dan lengkap, tapi aku meminta pihak catatan sipil untuk menangguhkan pendaftaran pernikahannya," lanjut Alaric pelan. "Maaf untuk semua itu dan aku sama sekali tidak akan membela diri atas apa pun tuduhan kalian."Bukan hanya Ariana dan Bastian saja yang melongo, tapi Anna dan Landon juga melakukan hal yang sama. Mereka tidak pernah menyangka kalau selama ini sudah dibohongi dan jujur saja, itu rasanya menyakitkan."Apa yang membuatmu setega itu pada anak sendiri?" Anna bertanya dengan mata berkaca-kaca. "Bukan hanya pada Ariana, tapi juga Bastian dan aku.""Maaf." Hanya itu yang bisa Alaric ucapkan dengan kepala tertunduk, tanpa pembelaan apa pun. Sesuai dengan apa yang tadi dia ucapkan.

  • Kenikmatan dalam Luka   133. Pernikahan yang Benar

    "Aku menolak menjadi saksi si sialan itu," desis Ariana dengan mata melotot."Tapi Mrs. Jackson ....""Kau pikir aku ini orang gila ya?" hardik Ariana dengan mata melotot, pada lelaki berpakaian rapi yang duduk di depannya. "Tidak orang yang mau jadi saksi dari mantan yang cari gara-gara, apalagi dengan tujuan membelanya.""Mrs. Jackson." Lelaki yang berpakaian rapi itu masih mencoba membujuk. "Sesuai yang kau katakan, kalian adalah mantan. Pasti ada kenangan indah dan salah paham yang terjadi, termasuk tentang kasus ini.""Salah paham kepalamu?" hardik Ariana sudah bangkit dari kursi kerja yang dia tempati sejak tadi. "Mana ada salah paham, setelah semua bukti yang ada." "Kau ini beneran pengacara bukan sih? Bukti sejelas itu saja masih mau menyangkal lagi.""Baiklah." Lelaki yang adalah pengacara Romeo itu pada akhirnya mengangkat tangan. "Aku tidak akan membahas masa lalu, tapi setidaknya bermurah hatilah. Demi kemanusiaan ....""Demi kemanusiaan?" tanya Ariana makin melot

  • Kenikmatan dalam Luka   132. Masalah Mantan

    Ariana melangkah dengan ceria. Hal yang sangat jarang terjadi, tapi tidak ada yang memperhatikan dia, karena sekarang Ariana sedang baru sampai di kantor Bastian. Setelah lama tidak masuk kantor, hari ini pada akhirnya Bastian mengunjungi tempatnya bekerja beberapa tahun ini. Bukan untuk kembali bekerja, tapi untuk mengundurkan diri secara resmi dan mengambil barang-barangnya. "Hai, aku kau ketemu Bastian dari kantor ....""Madam Ariana kan?" tanya si resepsionis dengan senyum lebar. "Sir Bastian sudah memberi tahu sebelumnya, jadi kau tidak perlu menitipkan identitas.""Okay." Ariana hanya mengangguk, sambil mengambil tanda pengenal untuk tamu. "Apa mau diantar juga?" Si resepsionis kembali bertanya. "Tidak perlu. Aku tahu jalannya."Ariana kembali melangkah dengan sangat senang. Terlihat jelas dari senyum yang merekah di wajahnya. Ariana bahkan mengangguk pelan pada setiap orang yang tersenyum padanya, bahkan dengan sopan bertanya pada pegawai kantor sang suami. "Sir B

  • Kenikmatan dalam Luka   131. Hadiah untuk Anak Baik

    Ariana, Bastian dan Anna melirik ke atas dengan takut-takut. Lebih tepatnya, hanya Bastian dan Anna yang seperti itu, karena sekarang mereka sedang berhadapan dengan Alaric Crawford. Hanya Ariana saja yang bisa menunjukkan keberaniannya, walau hanya dalam lirikan mata."Apa Dad punya sesuatu yang mau dikatakan, atau punya masalah?" tanya Ariana dengan tenang. "Kau masih bisa bicara seperti itu?" Alaric malah balas bertanya dengan mata melotot. "Tentu saja bisa. Aku kan masih punya mulut dan tidak bisu," balas Ariana malah terlihat menantang. Alaric menggeram kesal. Dia marah, tapi mau berteriak pun rasanya tidak tega. Apalagi sang istri sudah terlihat memelas. "Kenapa kalian tidak bilang mau pergi ke klub entah apa itu, bahkan membawa ibu kalian dan tanpa pengawalan." Pada akhirnya, hanya itu yang bisa dikatakan oleh Alaric. "Kami bawa pengawal," jawab Ariana tanpa keraguan. "Memang tidak masuk sampai ke dalam klub, tapi kami bawa. Lalu soal Mom, dia sendiri yang mau ikut.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status