공유

Bab 397

작가: Waterverri
last update 최신 업데이트: 2025-12-08 03:17:02

Rabu sore, Maya sedang rapat online ketika Karyo masuk ke ruang kerja membawa segelas jus.

"Ma, jangan lupa minum," bisiknya sambil menaruh gelas di samping laptop.

Maya mengangguk sambil terus bicara dengan client. Tangannya refleks meraih gelas, minum tanpa melihat—kepercayaan total pada apa pun yang diberikan Karyo.

Setelah rapat selesai, Maya menatap gelas kosong. "Papa, ini jus apa? Enak banget."

"Jus alpukat campur madu. Papa tambah susu kental manis dikit biar lebih creamy."

"Papa tau persis apa yang aku butuhin," Maya tersenyum, merasa kehangatan menyebar di dadanya.

"Makanya, Mama harus selalu bilang ke Papa kalau butuh apa-apa." Karyo mengusap pipi Maya. "Papa yang paling tau cara jagain Mama."

Maya mengangguk, sadar betapa naturalnya dia sekarang bergantung pada Karyo untuk hampir semua hal—dari makanan, minuman, sampai keputusan sehari-hari.

"Oh i

이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터
댓글 (5)
goodnovel comment avatar
Redmi Baru
wlupun gua sebel sama si irwan yg bego tp gua gx rela kalo endingnya maia sama karyo. maia n karyo udh kelewatan batas. apalagi maia masa anxnya hrs ada nama dia n karyo bikin kesel bacanya. cptan dong thor bikin irwan nya sadar.
goodnovel comment avatar
yayaku72
iya kan mbak...jijik dgn maya dan karyo...
goodnovel comment avatar
virna putri
Helooowww Irwan where are u??? Smg sj bayi nya sehat, selamat.. apa yg akan terjadi klo bayi KARYA mengalami sesuatu dan tdk bisa diselamatkan?? Maya Karyo terlalu hiper.. semua batas sdh dilanggar.. Karyo sang penguasa.. msh lama ga ya ketauan saudara atau siapa gitu keadaan mrka yg spt itu..
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 436

    Irwan tidak berbicara seperti suami yang diselingkuhi; dia berbicara seperti seorang pemilik yang propertinya coba dicuri. Nada suaranya yang dingin dan tanpa emosi itulah yang menghancurkan Ratih. Untuk pertama kalinya, dia melihat tindakan suaminya bukan sebagai dosa atau perselingkuhan, tapi sebagai pelanggaran batas yang absolut dalam dunia dengan aturan yang tidak ia kenal. Kengerian yang sesungguhnya bukanlah pada apa yang Karyo lakukan, melainkan pada siapa yang menjadi korbannya.Saat Ratih berdiri membeku dalam realitas barunya yang mengerikan, Irwan melanjutkan dengan nada yang lebih lembut, yang terasa jauh lebih mengancam."Dan yang paling mengecewakan, Ratih, adalah kami selalu berusaha memperlakukannya dengan baik di sini. Dia tidak kekurangan apa pun."Pernyataan itu menghantam Ratih dengan rasa malu yang baru, memperlihatkan betapa tidak bersyukurnya tindakan Karyo.Irwan kemudian mengangg

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 435

    Sore menjelang.Cahaya keemasan matahari mulai menerobos masuk dari jendela besar kamar, menciptakan bayangan-bayangan panjang di lantai kayu yang mengilap. Langit Jakarta mulai berubah menjadi kanvas jingga keunguan—warna yang tidak pernah terlihat sama di desa mereka.Ratih duduk di pinggir tempat tidur, memandangi Dani yang akhirnya tertidur pulas. Jari-jarinya dengan lembut menyisir rambut anaknya yang lembab oleh keringat. Sepanjang hari, Dani tidak berhenti berlarian mengeksplorasi seluruh sudut rumah yang baginya terasa seperti istana. Setiap benda—mulai dari remote TV hingga shower kamar mandi—membuat mata bulatnya berbinar dengan keingintahuan yang tak terbendung."Kelelahan," bisik Ratih pada Karyo yang baru selesai menyusun pakaian mereka di lemari. "Ora biasa koyok ngene." (Tidak biasa seperti ini.)Karyo mengangguk sambil duduk di kursi dekat jendela. "Besok paling wis biasa. Bocah-b

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 434

    Mereka mengikuti Irwan dan Maya masuk ke dalam rumah. Dani langsung terpesona melihat interior rumah yang mewah—lantai marmer, furnitur modern, dan ruangan yang begitu luas."Omah iki luwih gedhe tinimbang sekolahan, Bu!" (Rumah ini lebih besar daripada sekolahan, Bu!) bisik Dani pada ibunya, suaranya cukup keras hingga semua orang mendengarnya.Maya tersenyum mendengar komentar itu. "Dani suka rumah ini?" tanyanya, berusaha membangun hubungan dengan anak kecil itu.Dani mengangguk bersemangat. "Ono TV gedhe banget kae!" (Ada TV besar sekali itu!) tunjuknya ke arah televisi layar datar 65 inci di ruang keluarga."Itu namanya home theater," jelas Maya dengan suara ramah. "Nanti Dani bisa nonton kartun di sana. Kamu suka kartun apa?""Upin Ipin!" jawab Dani cepat, mulai melupakan rasa malunya. "Neng kene iso nonton Upin Ipin?" (Disini bisa nonton Upin Ipin?)

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 433

    Stasiun Gambir di Jakarta memukau Dani dengan ukurannya yang besar dan keramaiannya. Matanya tak henti mengikuti setiap orang dan benda yang bergerak. Ketika mereka keluar dari stasiun, panas dan kebisingan Jakarta langsung menyambut."Pak Irwan bilang kita dijemput taksi, Dik," ucap Karyo, mengeluarkan ponselnya. Ia menelepon nomor yang diberikan Irwan, dan dalam sepuluh menit, sebuah taksi berhenti di depan mereka."Numpak mobil maneh, Pak?" (Naik mobil lagi, Pak?) tanya Dani bersemangat saat Karyo membuka pintu taksi."Iya, Le. Iki mobil sewaan kanggo neng omahe Pak Irwan." (Iya, Nak. Ini mobil sewaan untuk ke rumahnya Pak Irwan.)Begitu taksi melaju memasuki jalan-jalan Jakarta, Dani menempelkan wajahnya ke jendela, terpesona oleh gedung-gedung tinggi dan keramaian kota. Karyo sendiri masih mengingat bagaimana dulu ia pertama kali tiba di Jakarta, penuh harapan dan ketakutan.

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 432

    Stasiun Purwokerto di pagi hari selalu dipadati penumpang. Karyo berdiri gugup sambil memegang tiket, sesekali melirik ke arah Ratih yang menggandeng Dani dengan satu tangan dan menenteng tas kecil berisi barang-barang penting mereka dengan tangan lain. Sesuai instruksi Irwan, mereka hanya membawa sedikit pakaian."Dani, iki jenenge sepur. Kita bakal numpak iki nganti tekan Jakarta." (Dani, ini namanya kereta. Kita akan naik ini sampai tiba di Jakarta.) Karyo membungkuk, menjelaskan pada anaknya yang mata bulatnya melebar penuh keingintahuan."Sepur?" ulang Dani, matanya berbinar saat melihat kereta api berhenti di peron. "Gedhe banget, Pak!" (Besar sekali, Pak!)Ratih tersenyum tipis melihat kekaguman anaknya, tapi Karyo bisa melihat ketegangan di wajahnya. Semalam, setelah mereka bercinta, Ratih menangis dalam pelukannya. Bukan tangisan keras, hanya aliran air mata sunyi yang membasahi dadanya. Karyo tahu istrinya

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 431

    Setelah beberapa menit dalam posisi misionaris, Karyo tiba-tiba menarik diri dan membalik tubuh Ratih. "Ndlosor, Dik," (Nungging, Dik) perintahnya lembut.Ratih menurut, memosisikan dirinya dengan lutut dan tangan bertumpu di ranjang, bokongnya terangkat tinggi. Karyo mengelus bokong istrinya dengan apresiatif, lalu kembali memasukkan kejantanannya dari belakang."Ahhhh! Mas... jero..." (Ahhhh! Mas... dalam...) Ratih mendesah keras saat penetrasi dari posisi ini terasa jauh lebih dalam, menyentuh titik-titik sensitif yang sulit dijangkau sebelumnya.Karyo menggerakkan pinggulnya dengan keras dan cepat, suara tepukan kulit bertemu kulit terdengar jelas di kamar sempit itu. "Plok! Plok! Plok!""Hooh... teruske... Mas... enak banget..." (Iya... terusin... Mas... enak banget...) Ratih mendorong bokongnya ke belakang, menyambut setiap hentakan Karyo.Di tengah gairah yang memuncak, Karyo tiba-tiba mengingat

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status