Share

4 Sudah Memutuskan

Kalau boleh jujur, Kayla juga sebenarnya tidak mau menjadi wanita simpanan bosnya sendiri. Ia tahu ini salah, akan ada hati yang tersakiti. Tetapi Kayla merasa sudah terlanjur, membuatnya pun bingung harus melanjutkan atau tidak. 

Drrt!

Deringan ponselnya, membuat lamunan perempuan itu terhenti. Sebuah nomor asing terlihat, membuatnya bingung. Tetapi karena khawatir dari orang penting, membuatnya pun mengangkat saja panggilan itu. 

"Hallo, ini dengan Kayla Larasati. Maaf ini dengan siapa ya?"

["Hallo Kayla, ini saya Adrian. Kamu masih ingat tidak?"]

"Adrian?" Tentu saja Kayla masih mengingatnya, "Akhirnya kamu menghubungi juga."

["Iya, saya sudah memutuskannya. Sepertinya saya butuh bantuan kamu."]

Kayla tidak bisa menahan senyumannya lagi, "Oke, gimana kalau nanti malam kita ketemu?"

["Boleh, dimana?"]

"Di apartemen saya saja ya, biar lebih enak ngobrol nya."

["Oke, nanti saya datang. Kamu kirimkan saja alamatnya ya."]

"Iya, saya tunggu."

Setelah panggilan berakhir, Kayla merasa senang begitu saja. Tetapi Ia juga belum bisa memastikan apakah Adrian itu akan setuju atau tidak jika diberikan alasannya nanti, permintaannya ini juga terlalu berat. 

"Ekhem!"

Deheman keras itu, membuat Kayla langsung menoleh. Melihat Abimanyu mendekat, membuat Kayla pun berdiri dan berusaha tersenyum. Pria itu sendirian, sepertinya istrinya sudah pulang. 

"Kenapa senyam-senyum begitu?" tanya Abimanyu. 

"Hah? Tidak ada apa-apa kok Pak," bantah nya. 

Abimanyu lalu mengusap rambut Kayla, "Sepuluh menit lagi kita ada meeting, kamu persiapkan semuanya."

"Iya Pak."

Setelah pria itu pergi, Kayla pun langsung bersiap untuk pergi meeting. Tidak mau ada yang tertinggal dan membuat atasannya itu tidak suka. Walaupun mereka ada hubungan, tapi Kayla tidak memanfaatkan posisinya ini dan tetap bekerja profesional. 

Waktu berjalan cepat, akhirnya jam pulang kantor pun tiba. Kayla pun bisa bernafas lega dan segera merapihkan barang-barangnya. Pergerakannya lalu terhenti melihat Abimanyu yang keluar dari ruangan. 

"Kamu mau kemana? Kok buru-buru begitu?" tanya Abimanyu heran. 

"Em saya mau ketemu seseorang, Pak."

"Siapa? apa orang penting?"

Tidak bisa dikatakan penting juga sih, "Iya."

"Laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki."

Melihat tatapan pria itu mulai menajam, membuat Kayla pun terpaksa menceritakannya. Jika dirinya akan bertemu seseorang yang sepertinya bisa membantu mereka keluar dari permasalahan ini. 

"Jadi kamu sudah mendapatkan siapa yang akan jadi suami kamu nanti?" tanya Abimanyu. 

"Iya, saya pikir dia orang yang tepat. Dia juga sedang butuh uang itu, jadi kami bisa sama-sama membantu."

Abimanyu mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Ia sendiri memang yang meminta pacar gelapnya ini untuk mencari calon suami, juga memintanya menikah. 

"Kerja kamu cepat juga ya, tapi.. Ingat ya, pernikahan kalian itu hanya pura-pura."

"Iya Mas, aku tahu kok."

"Maaf ya sayang, aku juga terpaksa nyuruh kamu menikah karena Bella mulai curiga pada kita."

Kayla diam saja saat badannya di tarik ke pelukan pria itu, perasaannya pun campur aduk. Entahlah, tapi Kayla juga merasa bodoh menerima saja kemauan Abimanyu yang memintanya menikah pura-pura dengan lelaki lain. 

"Aku temani ya?"

"Enggak usah Mas, aku juga butuh waktu bicara dengan dia," tolak Kayla. 

"Oke, tapi nanti aku harus ketemu sama calon suami kamu itu." Abimanyu mengusap pipi Kayla, "Aku harus ingetin dia kalau kamu itu cuma milik aku."

Kayla hanya menghela nafasnya mendengar nada posesif itu. Merasa takut terlambat, membuat Kayla meminta izin untuk pulang cepat. Untung saja Abimanyu pun tidak keras kepala dengan kekeuh ingin ikut, memberikannya waktu. 

Sesampainya di kawasan apartemennya, baru saja masuk langkah Kayla langsung terhenti saat melihat seorang pria yang memakai pakaian serba hitam duduk di bangku koridor. Kayla merasa familiar dengan tubuh itu, membuatnya pun mendekati. 

"Adrian, itu kamu?"

Pria itu langsung mengangkat kepalanya, "Hai Kay," sapanya dengan senyuman. 

Kayla ikut tersenyum, tapi hanya sebentar karena menyadari jika wajah pria itu ada beberapa luka. Penampilan Adrian pun cukup tertutup, dengan jaket dan topi hitamnya. Seperti tidak mau terlihat mencolok. 

"Kamu sudah dari lama di sini?" 

"Enggak kok, baru sepuluh menit aja."

Tapi kan itu sudah lumayan lama, membuat Kayla sedikit tidak enak. Tidak mau membuat pria itu kebosanan, membuat Kayla pun langsung mengajaknya naik ke kamar apartemennya di lantai sepuluh. 

"Kamu hebat ya tinggal di apartemen ini, katanya biaya perbulannya kan mahal sampai belasan juta," celetuk Adrian memperhatikan sekitar. 

Kayla hanya tersenyum, ya pria itu tidak tahu saja jika yang membayarkan tempat tinggalnya ini adalah bosnya sendiri. Kalau Kayla mana bisa membayarnya, terlalu mahal. Malahan gajinya saja bisa dua kali lipat harga sewa. 

"Silahkan masuk," ucap Kayla sambil membukakan pintu. 

Adrian yang baru masuk langsung dibuat kagum dengan kamarnya yang luas dan rapih. Sudah diduga dari awal jika yang tinggal di sini pasti orang berada semua. 

"Kamu tinggal sendiri di sini?" tanya Adrian. 

"Iya, kenapa?"

"Gak papa, tapi nyaman banget. Pasti betah."

"Iya betah kok, tapi aku jarang di apartemen karena kerja."

Dengan baiknya Kayla membawakan dulu minuman, juga kotak obat. Adrian yang melihat itu dibuat bingung, tapi hanya diam saja. 

"Wajah kamu kenapa kok babak belur gitu?" tanya Kayla. 

"Oh ini, kemarin malam habis dihajar."

"Sama siapa?"

"Sama rentenir itu lah, aku ketahuan sama mereka," jawab Adrian sambil terkekeh kecil. Merasa lucu saja jika mengingat kejadian itu. 

"Tapi kamu gak papa, kan?"

"Enggak kok, cuma luka kecil aja. Untungnya mereka gak sampai bunuh aku, mungkin pengen aku bayar dulu hutangnya."

Kayla menggeleng-gelengkan kepala, "Serem juga ya mereka, kamu gak takut?"

"Takut sih, tapi aku juga gak bisa ngehindar karena aku yang lebih dulu cari masalah."

"Jadi makanya kamu sudah putusin untuk aku bantu?"

Adrian mengangguk, "Iya, aku pikir cuma kamu yang bisa bantu aku untuk lunasin hutang ke mereka. Tapi--"

"Tapi?"

"Tapi aku juga harus tahu alasan kamu mau bantuin aku untuk lunasin hutang aku yang banyak itu."

Mereka saling bertatapan, tanpa bisa ditahan detak jantung pun menjadi cepat begitu saja. Kayla memilih meminum sedikit air putihnya, untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Sepertinya sudah waktunya Ia cerita. 

"Aku bisa bantu kamu bayar hutang itu langsung, tanpa kamu harus lunasi."

Kedua mata Adrian terbelak lebar, "Hah kamu serius? Jangan bercanda!" ucapnya keras. 

"Aku serius, tapi memang ada syaratnya. "

Seketika itu juga perasaan Adrian tidak enak, merasa syarat itu pasti sangat berat karena dirinya sampai tidak perlu melunasi hutangnya yang banyak itu. Adrian pun menunggu Kayla membuka suaranya lagi dengan hati berdebar. 

"Memangnya apa syaratnya?"

"Dengan kamu jadi suami aku, itu syaratnya."

"Apa?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status