Share

5 Tawaran Menikah

"Maaf." 

Adrian langsung meringis pelan karena tidak sengaja berteriak. Ia hanya terlalu terkejut mendengar syarat yang diberikan Kayla jika dirinya mau dibantu untuk melunasi hutang. 

"Bagaimana? " tanya Kayla. 

"Ta-tapi kamu serius Kay? Saya jadi suami kamu, begitu?"

"Iya, serius kok. Kita akan menikah. "

"Hahaha saya masih terkejut dengan syarat nya," ucap Adrian sambil tertawa canggung. 

Menikah itu bukan pilihan mudah, butuh banyak persiapan lahir batin pastinya. Adrian bahkan tidak menduga jika syarat nya akan seberat itu. Perlahan rasa ragu pun hinggap, padahal sudah memikirkan matang-matang dari semalam. 

"Apa syaratnta memang hanya itu? "

"Iya, kenapa? Kamu gak mau jadi suami aku?"

Mana ada laki-laki yang bisa menolak Kayla itu, sosok perempuan cantik dan kaya raya. Adrian saja saat di awal pertemuan langsung terpukau. Selain itu, sifat Kayla pun baik dan tidak sombong. Paket komplit sekali lah pokoknya. 

"Bukan gak mau, tapi saya malah bingung. Kenapa kamu memilih saya untuk yang jadi suami kamu?" tanya Adrian balik, "Masih banyak loh, laki-laki yang lebih baik dari saya."

Bukan maksud merendah, tapi Adrian cukup sadar diri. Apalagi dirinya sekarang orang biasa yang tidak punya pekerjaan, selain itu sedang terlilit hutang. Tentu kehidupannya dengan Kayla itu seperti berbanding terbalik. 

"Kamu gak perlu tahu alasannya, tapi yang pasti aku pilih kamu juga karena aku sudah yakin kok menemukan yang tepat," ucap Kayla. 

"Saya gak tahu."

"Aku tahu ini memang berat, tapi kamu tenang saja. Pernikahan ini hanya kontrak, akan ada perjanjian di atas kertas."

Adrian terdiam beberapa saat, "Jadi maksud kamu pernikahan ini tidak serius?"

"Iya, jadi kamu gak perlu terlalu terbebani."

Kayla belum bisa berterus terang sepenuhnya alasan dirinya menjadikan Adrian suami kontraknya, Ia khawatir pria itu ragu dan tidak mau membantunya. Sekarang saja Kayla sedang berusaha membujuk, terlihat Adrian masih ragu. 

"Apa kamu punya pacar Adrian?" tanya Kayla. 

"Tidak kok."

"Terus kenapa kamu ragu menerima tawaran dari saya ini?"

"Saya merasa untuk menikah terlalu berat, saya merasa belum siap."

"Aku juga sama kok, tapi aku harus melakukan nya."

Adrian menatap perempuan itu dalam, ingin sekali bisa membaca isi kepalanya itu. Adrian merasa belum puas mendapat jawaban tadi, juga alasan kenapa Kayla itu memilih dirinya untuk menjadi suaminya. Tetapi Adrian juga tidak bisa terlalu banyak tahu, pasti Kayla pun memiliki privasi sendiri. 

"Kalau semisal kamu masih ragu, tidak apa pikirkan dulu. Aku akan memberikan kamu waktu," ucap Kayla pengertian. 

"Baiklah, aku memang butuh waktu memutuskan ini."

Tetapi Adrian tahu, satu-satunya cara agar dirinya selamat dan bisa membayar hutangnya itu ya dengan bantuan Kayla saja. Apakah itu berarti nanti Adrian akan menerima tawarannya ini? 

"Lupakan saja dulu untuk itu, sekarang kamu obati dulu wajah kamu," ucap Kayla. 

"Gak perlu, aku gak papa kok."

"Jangan begitu, lukanya lumayan parah loh. Emangnya pas mereka mukulin kamu, kamu gak lawan?"

"Kalau aku lawan, mereka bakalan makin galak."

Walaupun Adrian masih tampan, tapi luka lebam di sekitar rahang dan sudut bibirnya yang robek itu membuat wajahnya jadi tidak semulus saat awal bertemu. Pasti sakit, tapi Adrian tetap berusaha baik-baik saja. 

"Mau aku bantu obatin gak?" tawar Kayla. 

"Boleh deh, tangan kanan aku kebetulan sakit."

"Kenapa? Apa karena mereka juga?"

"Iya."

"Astaga, apa kita ke rumah sakit aja? Biar lebih detail nyembuhin nya. "

"Enggak usah, cuma luka dikit kok."

Sedikit dari mana, nya? Batin Kayla mendengus. 

Dengan baiknya, Kayla pun membantu mengobati luka di wajah Adrian terlebih dahulu. Sesekali pria itu meringis, membuatnya pun jadi harus hati-hati mengobati. 

"Pas malam itu, aku pikir bakalan mati," gumam Adrian.

"Memangnya berapa orang yang mukulin kamu?"

"Dua orang, badan mereka besar-besar."

"Apa gak ada yang bantuin kamu saat itu?"

"Ada sih, tapi mereka telat."

"Terus apa mereka bawa kamu ke rumah sakit?"

"Enggak, aku milih diam aja di kontrakan. Sambil mikirin gimana caranya agar aku gak mati di tangan mereka. Dan ya, aku langsung kepikiran kamu aja."

Pandangan mereka pun kembali bertemu, kini posisi keduanya lebih dekat. Bahkan tangan Kayla masih bertengger di sudut bibir Adrian, masih mengobati nya. 

"Aku pikir kamu yang Tuhan kirimkan untuk bantu aku keluar dari masalah itu," lanjut Adrian. 

"Makanya, kayanya kamu juga gak ada pilihan lagi untuk nerima syarat dari aku."

"Tapi Kay, kamu serius mau nikah sama aku?"

"Ya kenapa enggak? Lagian kan kita juga menikah gak serius."

"Tapi aku sedikit takut kalau mempermainkan ikatan sakral begitu, apalagi aku juga belum tahu alasan kamu mau menikah dengan aku."

Kayla menghela nafasnya, Ia pun sama merasakan seperti Adrian. Saat Abimanyu memintanya pun, Kayla sempat marah tidak terima. Tetapi pria itu terus meyakinkan nya dan dengan bodohnya hatinya ini luluh mau menerima. 

Padahal Kayla pun sempat menawarkan untuk berpisah saja kepada Abimanyu, tapi pria itu menolak keras. Entahlah apa Abimanyu memang mencintainya atau tidak. Alasan pria itu sendiri memintanya menikah dengan pria lain, karena tidak mau hubungan gelap mereka ketahuan oleh istri sah nya itu. 

"Aku akan cerita, tapi tidak sekarang," ucap Kayla. 

"Baiklah, tapi aku harap alasan kamu itu bukan sesuatu yang aneh ya?"

Kayla hanya tersenyum kikuk, langsung merasa tertohok sendiri padahal Adrian saja belum tahu. 

"Mana lagi yang sakit?" tanya Kayla. 

"Sudah enggak terlalu sih."

"Tadi katanya tangan juga sakit, ya?"

"Cuma kena tendang aja, nanti juga baikan."

"Kamu jangan nyepelein, nanti kalau kenapa-napa gimana?"

Adrian tersenyum kecil, "Kenapa? Kamu kelihatan khawatir begitu. Ingat ya, saya itu belum terima tawaran kamu loh."

Kayla gelagapan sendiri menengar itu, "Ih jangan salah paham deh, aku begini juga cuma kasihan dan peduli. Bukannya sesama manusia harus saling tolong menolong ya?"

"Iya sih, tapi kamu terlalu baik Kay untuk aku yang orang asing begini."

Adrian hanya khawatir dirinya jadi terbawa perasaan mendapatkan perhatian baik dari perempuan cantik itu. Mau bagaimana pun, Ia adalah laki-laki normal yang mudah jatuh hati jika melihat perempuan yang sesuai tipe idealnya. 

"Sudah malam, kamu mau pulang sekarang?" tanya Kayla. 

"Ah iya, gak kerasa juga ya. Kayanya aku harus pulang sekarang."

"Mau aku antar?"

"Enggak usah, nanti aku bisa pulang pakai taxi aja."

"Ya sudah." Padahal Kayla sudah berbaik hati menawarkan, tapi Adrian sepertinya masih gengsi. 

Kayla pun memutuskan mengantar pria itu sampai ke depan apartemen. Sepanjang perjalanan ke bawah, tidak ada obrolan. Mereka terlihat gugup satu-sama lain, entah kenapa suasana tiba-tiba menjadi begini. 

"Adrian," panggil Kayla. 

"Ya?"

"Hati-hati."

"Iya." 

Tidak sadarkah Kayla itu, hanya dengan mengatakan itu saja membuat Adrian jadi berdebar sendiri. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status