Share

Jembatan

Author: Eng_
last update Last Updated: 2025-09-16 09:28:14

Wendy berusaha menahan napas ketika pintu studio berat itu ia dorong. Bau panel akustik yang khas bercampur dengan hawa elektronik dari mesin-mesin membuat perutnya mual sendiri. Tapi kali ini dia sudah lebih siap daripada kemarin.

Hari kedua, Wen. Lo harus bertahan hidup.

Di balik mixing desk, Sagara sudah duduk. Pria berkaos hitam itu sibuk dengan layar monitornya. Rambut hitamnya jatuh menutupi sebagian kening, wajahnya tanpa ekspresi. Seolah-olah dunia luar nggak eksis.

“Pagi, Bang,” Wendy memberanikan diri menyapa.

Hanya ‘Hmm’ singkat yang menjadi jawaban.

Apa susahnya sih bilang ‘pagi juga,Wen.’ Wendy mendengus pelan. Menelan gerutunya sendiri.

Tak lama setelah Wendy duduk dan mulai membuka laptop, Saga berdehem. Tanpa menoleh, ia bertanya. “Jadwal rekaman hari ini jam berapa?”

Tangan Wendy sigap membuka jadwal. “Jam sembilan, Bang. Sama Lyona.”

“Oke. Siapin semuanya. Pastikan dia datang tepat waktu. Dan lo juga standby.”

Giliran nyuruh-nyuruh aja, panjang tuh kalimat.

Lagi-l
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua? (Aku, Kau dan Rahasia)    Jembatan

    Wendy berusaha menahan napas ketika pintu studio berat itu ia dorong. Bau panel akustik yang khas bercampur dengan hawa elektronik dari mesin-mesin membuat perutnya mual sendiri. Tapi kali ini dia sudah lebih siap daripada kemarin. Hari kedua, Wen. Lo harus bertahan hidup.Di balik mixing desk, Sagara sudah duduk. Pria berkaos hitam itu sibuk dengan layar monitornya. Rambut hitamnya jatuh menutupi sebagian kening, wajahnya tanpa ekspresi. Seolah-olah dunia luar nggak eksis.“Pagi, Bang,” Wendy memberanikan diri menyapa.Hanya ‘Hmm’ singkat yang menjadi jawaban. Apa susahnya sih bilang ‘pagi juga,Wen.’ Wendy mendengus pelan. Menelan gerutunya sendiri.Tak lama setelah Wendy duduk dan mulai membuka laptop, Saga berdehem. Tanpa menoleh, ia bertanya. “Jadwal rekaman hari ini jam berapa?”Tangan Wendy sigap membuka jadwal. “Jam sembilan, Bang. Sama Lyona.”“Oke. Siapin semuanya. Pastikan dia datang tepat waktu. Dan lo juga standby.”Giliran nyuruh-nyuruh aja, panjang tuh kalimat. Lagi-l

  • Kesempatan Kedua? (Aku, Kau dan Rahasia)    Wendy Vs Skywave

    Wendy sengaja datang lebih pagi dari yang diminta, jadi ketika ia tiba, belum ada siapa-siapa di studio. Salah seorang staf produksi bilang kalau Sagara, bos Wendy, sedang meeting pagi bersama kepala divisi yang lain. Staf itu juga yang akhirnya mengarahkan Wendy untuk menunggu di studio Saga, tempatnya akan bekerja nanti.Bau kayu dari panel akustik dan sedikit bau elektronik hangat dari peralatan menyambut Wendy ketika ia mendorong pintu tebal ruang studio itu. Lampu warm white redup menggantung di langit-langit dan beberapa lampu sorot mengarah ke meja mixing memberikan kesan yang cenderung serius dan fokus. Wendy melihat area mixing di ujung ruangan dan booth rekaman di sisi kanan. Di sisi kiri, sedikit kebelakang, ada meja tambahan lengkap dengan laptop dan headphone. Staf yang tadi mengantarnya bilang bawa meja itu akan jadi meja kerja Wendy di sini.Pintu studio terbuka. Seorang pria berkulit pucat masuk tanpa menoleh, wajahnya datar, langkahnya mantap. Dengan pakaian serba hi

  • Kesempatan Kedua? (Aku, Kau dan Rahasia)    Yang terjadi, Terjadilah

    Pagi ini tidak seperti biasanya. Alih-alih berkutat di dapur dengan apron, Wendy justru sudah duduk rapi di meja makan. Sweater rajut berkerah warna krem dengan garis-garis hitam dan celana bahan warna putih membalut tubuh. Memberi kesan santai tapi juga cukup formal. “Udah rapi banget pagi-pagi. Tumben,” komentar Reya begitu keluar dari kamar. Ia menenteng tas, blazer krem tergantung di lengannya.Wendy meletakkan cangkir kopinya. “Yes. This is my first day.” Bibirnya tersenyum tapi sorot matanya jelas menyimpan gelisah. Reya mengangguk kecil sambil menyalakan mesin kopi. Uap panas bercampur aroma kopi yang khas langsung memenuhi ruangan. Ia membawa cangkirnya, duduk di seberang Wendy. Pandangannya meneliti sahabatnya yang sedari tadi terlihat menerawang ke arah meja. Jari-jarinya mengetuk permukaan kayu dengan ritme yang terdengar gelisah. Alis Reya terangkat. “Are you nervous?”Wendy menghela nafas lalu mengangkat cangkirnya lagi. “Dikit,” jawabnya.Ekspresi Wendy membuat Reya t

  • Kesempatan Kedua? (Aku, Kau dan Rahasia)    Berbagi Kisah, atau rahasia?

    Selalu ada hari pertama dalam hidup. Begitu juga bagi Reya, Sky dan Wendy. Hari ini, hari pertama mereka di Jakarta hampir berakhir, ditutup dengan makan malam sederhana dan obrolan hangat. Meja makan penuh dengan nasi hangat, tumis sayur, ikan goreng dan juga sambal, sesuatu yang jarang mereka temui di Kanada. Aroma gurih dan sedikit pedas menguar mengisi ruangan.Reya menyendok nasi ke piringnya, tapi matanya melihat ke arah Sky. “How’s your first day been? Fun or what?” tanyanya lembut. Ia berusaha terlihat santai, tapi Sky juga tahu bahwa ibunya merasa agak khawatir.Alis Sky terangkat. “Not bad. Just a normal day at school. And…I made a new friend.” Ia tersenyum. “Bagus dong. Siapa namanya?” Wendy menyahut sambil meletakkan daging ikan yang telah dia bersihkan durinya ke piring Sky.“Elio….” Sky menyuap nasi bersama ikan yang Wendy berikan, sambil mengunyah ia terlihat berfikir, “Sama Bian,” imbuhnya dengan nada lebih pelan. Yah, Bian mungkin belum bisa dikatakan sebagai teman S

  • Kesempatan Kedua? (Aku, Kau dan Rahasia)    Perjodohan

    Telepon berdering untuk kesekian kalinya di meja Langit. Nama Mama berkedip-kedip di layar ponsel. Ia menekan tombol reject tanpa ragu, lalu kembali menatap layar komputer di mejanya. Baru sebentar, dering itu datang lagi, makin nyaring.“Bang, nggak mau diangkat dulu?” Orion menyeletuk.Langit mengangkat wajahnya, menatap Orion sebentar, “Biarin aja, entar juga capek sendiri.” tandasnya. Melihat Langit yang acuh, Orion hanya mengangkat kedua alisnya sambil mengangkat bahu pasrah. Tak lama, pintu ruangan diketuk. Sabil, sekretaris Langit muncul di ambang pintu. Langit dan Orion sama-sama mengalihkan perhatian.“Kenapa, Bil?” tanya Langit.“Ada Pak Bumi di luar, Pak. Ingin menemui Bapak.”Orion menatap Langit cepat. Keningnya berkerut. “Bang Bumi? Ngapain, Lang, tumben amat sampai sini.”Langit mengedik sekilas lalu kembali menekuri layar. “Suruh masuk aja, Bil,” perintahnya santai. Sabil mengangguk lalu menghilang di balik pintu. Tak sampai semenit, Bumi melangkah masuk. Setelan ja

  • Kesempatan Kedua? (Aku, Kau dan Rahasia)    Pertemuan Tak Terduga

    Pertemuan dan perpisahan adalah hal paling misterius di dunia. Sebaik apapun kita merencanakan sebuah pertemuan, itu bisa saja gagal di detik terakhir. Pun seberapa kuat mencegah perpisahan, itu juga bisa tetap terjadi.Bel pulang sudah berlalu sekitar tiga puluh menit lalu, halaman Maplewood International High School Jakarta yang tadi penuh dengan siswa yang menunggu jemputan kini mulai lengang. Hanya ada beberapa anak yang masih menunggu, duduk di bangku panjang dekat gerbang sambil memainkan ponsel atau berbincang dengan teman lain. Beberapa juga masih bermain di halaman atau di kelas yang sudah spi. Sky duduk di bangku salah satu panjang yang kosong. Ranselnya disandarkan di lutut, tangannya sibuk dengan ponsel, mencoba menghubungi Wendy yang janji akan menjemputnya. “Seriously, where is Wendy? She’s the one who said she wouldn’t be late.” Sky bergumam kesal. Tangannya mengibas-ngibas, mencoba mengusir panas. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, tapi matahari Jakarta masih c

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status