Share

3. Pesta Besar di Istana

Karena ekonomi Kerajaan Sigmund telah membaik selama beberapa bulan ini, Raoul berhasil menyimpan cukup uang untuk mengadakan pesta megah untuk merayakan diangkatnya Raoul sebagai raja dari Kerajaan Sigmund. Sejak pagi, berbagai kereta mewah melewati jalanan ibu kota untuk pergi ke istana kerajaan. Bahkan saking terkenalnya Raoul di mata kerajaan lain, antrian untuk masuk ke istana kerajaan sampai menimbulkan kemacetan di jalanan ibu kota yang besar. 

Ariana yang datang bersama Cale menggunakan kereta kuda sampai tidak percaya, ketika mereka ikut terjebak dalam kemacetan itu. Tampaknya bahkan sebelum Raoul menjadi seorang raja, kepopulerannya sudah tersebar di banyak kerajaan. Ariana bisa melihat bahwa kebanyakan kerajaan mengirimkan putri mereka sebagai perwakilan kerajaan. Mereka melakukan itu mungkin karena mereka tahu bahwa Raoul masih belum memiliki ratu sampai saat ini. 

"Yang Mulia, syukurlah Anda tiba dengan selamat."

Begitu Ariana turun dari kereta kudanya, dia langsung disambut oleh Kapten Allen yang menyapanya dengan senyuman lebar. Sikap pria itu selalu sangat ramah pada Ariana, setelah Kapten Allen mengetahui bahwa Ariana merupakan penyelamat istrinya pada saat perang terjadi di ibu kota. Saat itu, dia sama sekali tidak tahu bahwa sang Istri tengah mengandung seorang putra ketika dia pergi ke perbatasan utara. Isabella yang diselamatkan Ariana dari seorang tentara ketika perang, merupakan istri dari Kapten Allen yang dihormati saat ini. 

"Senang bisa bertemu denganmu lagi, Tuan Allen. Melihat dari skala pesta yang besar ini ... Anda pasti sangat sibuk seharian ini."

Kapten Allen tersenyum tidak berdaya ketika dia mendengar ucapan Ariana. Sebagai kepala kesatria kerajaan yang baru, sudah merupakan kewajibannya untuk mengamankan istana dan Raoul di pesta yang besar ini. Untuk memastikan segalanya berjalan dengan lancar, Kapten Allen hampir tidak bisa mendapat tidur beberapa hari ini. Ariana pasti menyadari wajah kurang tidurnya, sehingga gadis itu terlihat khawatir ketika dia bicara pada Kapten Allen. 

"Sudah merupakan kewajiban saya untuk memastikan segalanya aman dan terkendali. Yang Mulia, tolong nikmati pesta ini dengan sepenuh hati. Saya harap Anda bisa bersenang-senang hari ini."

Ariana mengangguk kecil ketika dia membalas ucapan Kapten Allen. "Terima kasih atas kerja kerasmu, Tuan Allen. Kalau begitu, aku akan masuk terlebih dahulu," balas gadis itu sambil tersenyum. Ariana dan Cale segera melanjutkan perjalanan mereka untuk masuk ke istana kerajaan setelah itu. Keduanya segera disambut oleh pesta yang terlihat megah tetapi menyenangkan ketika mereka memasuki aula istana yang sangat luas. 

"Yang Mulia Duchess dari Alison dan Tuan Cale telah memasuki istana!"

Setelah gadis itu tiba di ruang pesta, seseorang segera mengumumkan kedatangannya dan Cale. Awalnya, Ariana ingin langsung mencari seseorang yang dia kenal. Namun yang tidak Ariana sangka, tampaknya ada banyak orang yang tertarik padanya setelah orang-orang tahu bahwa dia telah datang. Hampir semua pasang mata langsung tertuju pada Ariana ketika gadis itu masuk. Ariana membalas tatapan orang-orang itu dengan senyuman lembut, sebelum dia berjalan untuk mencari Raja Raoul terlebih dahulu. 

Ketika Ariana tengah mencari Raoul, mata Ariana tanpa sadar melirik Cale yang terus saja setia menemaninya dalam perjalanannya kali ini. Tampaknya ketika dia fokus mencari keberadaan Raoul, kesatria pribadinya itu berkali-kali dipanggil oleh seseorang yang mengenalnya. Lagipula, Luke dan Cale itu memang kesatria yang populer. Bahkan saat Luke telah kehilangan kakinya di medan perang, pria itu dengan mudah bisa menemukan istri cantik yang kini menemaninya sebagai kepala keluarga yang baru. Keduanya hidup dengan bahagia, sekalipun Luke tidak lagi bisa memegang pedang sepanjang hidupnya. 

Di sisi lain, Cale tampaknya masih tidak bisa menerima kematian sang Adik dan enggan berhubungan dengan wanita lain lagi setelah kembali ke wilayah Alison. Bahkan sampai sekarang, Ariana masih ingat dengan jelas wajah putus asa Cale ketika pria itu mendengar kabar kematian adiknya. Cale yang biasanya ceria dan senang bercanda kini menjadi kepala kesatria yang serius. Dan perubahan sikapnya yang drastis masih terus membuat Ariana khawatir sampai saat ini. 

Walaupun mereka semua masih sedih karena kematian Valencia dan Cornell, Ariana tidak ingin Cale selamanya terjebak dalam masa lalu. Demi menggantikan posisi Valencia di keluarga kesatria itu, Ariana selalu berusaha untuk menjaga Luke maupun Cale dalam situasi apa pun. Ariana senang karena Luke sudah menemukan kebahagiaannya. Bagi Ariana, kini giliran Cale yang juga mendapatkan senyumannya kembali. 

Gadis itu tersenyum kecil, ketika Ariana menyentuh pelan tangan Cale untuk menarik perhatian pria tersebut. 

"Tuan Cale, ini merupakan pesta pertamamu setelah bertahun-tahun bukan? Aku melihat ada banyak orang yang ingin bicara denganmu. Anda bisa bicara dengan mereka, sementara saya akan berbincang dengan orang-orang yang saya kenal."

Cale menatap Ariana lalu tersenyum kecil. "Tugas saya saat ini itu menjaga Nona Ariana. Bahkan jika mereka ingin berbincang dengan saya, saya takut saat harus mengabaikan mereka untuk hari ini."

Ariana mendesah pelan saat Cale menolak bujukannya dengan halus. Seperti yang Ariana duga, Cale memang banyak berubah semenjak kematian Valencia. Jika itu Cale di masa lalu, pria itu pasti tidak akan berpikir panjang sebelum dia menerima saran Ariana. Lagipula, wanita selalu menjadi bagian dalam hidup Cale. Walaupun kebiasaannya untuk berganti-ganti wanita itu bukan kebiasaan yang baik, berubah menjadi pria yang tidak tertarik pada apa pun selain tugas juga bukan sikap yang baik. 

Ariana mencoba berpikir keras, sebelum dia bicara lagi pada kesatrianya itu. 

"Sebenarnya ... Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan yang lain. Ini menyangkut rahasia bangsawan. Jadi aku takut ...."

Cale menatap tidak berdaya saat Ariana membujuknya sampai seperti itu. "Kalau begitu, tolong panggil saya jika ada sesuatu, Nona Aria," ujarnya tanpa banyak protes. Lagipula dengan status Ariana sebagai seorang duchess, Cale tahu ada beberapa hal yang tidak pantas dia dengar jika gadis itu hendak bicara dengan orang-orang. Cale ingin memberi Ariana privasi, jadi dia segera menjauh ketika Ariana memintanya. 

Namun tentu saja, Cale tidak pergi terlalu jauh dari Ariana. Pria itu sengaja berjaga di tempat yang membuatnya bebas melihat ke sekeliling aula, agar Cale bisa terus mengawasi Ariana yang kembali melanjutkan perjalanannya untuk mencari Raoul. 

"Cale."

Karena Ariana tahu bahwa Cale masih memerhatikannya sambil mengabaikan orang-orang di sekitarnya, gadis itu kembali memanggil Cale dengan suara lembut. Seperti dugaannya, Cale langsung menatap Ariana lagi ketika gadis itu selesai memanggilnya. Ariana tersenyum kecil, sebelum melanjutkan bujukannya lagi tanpa kenal lelah. 

"Aku ingin kamu bersenang-senang, Cale. Bicaralah dengan yang lain. Pesta ini tidak akan terjadi setiap waktu," ujar Ariana memberi tahu. Di bawah bujukan Ariana yang sedikit memaksanya, Cale akhirnya mengalihkan pandangannya dari Ariana yang berada beberapa neter dari dirinya. Pria itu akhirnya menanggapi para wanita yang mencoba mengajaknya bicara, dan tidak lagi hanya berdiri kaku seperti sebuah patung penjaga. 

Walaupun Cale tidak lagi sehangat dulu ketika menanggapi sapaan para wanita itu, Ariana masih lega melihat Cale akhirnya bersosialisasi lagi dengan orang lain. Wanita itu tersenyum puas ketika melihat Cale, sebelum akhirnya menyelinap pergi untuk menikmati pesta tersebut seorang diri. 

"Ariana!"

Ariana langsung menoleh ketika dia mendengar suara akrab milik seseorang. Dari kejauhan, Marquis Curtis menghampirinya sambil tersenyum lebar. Ariana ikut tersenyum ketika melihat pria itu. Selain Raoul, Marquis Curtis merupakan satu-satunya teman terdekat Ariana di kalangan para bangsawan. Keduanya tetap menjalin hubungan baik sampai sekarang, sekalipun Marquis Curtis telah menjadi seorang perdana menteri sementara Ariana menjadi panglima pasukan seperti sang Kakek. 

"Senang melihatmu baik-baik saja, Curtis."

Melihat teman baiknya, Ariana hanya bisa tersenyum kecil. Marquis Curtis juga tersenyum lembut setelah mendengar ucapan Ariana. "Senang melihatmu juga, Ariana. Tidak dulu, tidak sekarang. Mengapa aku selalu melihatmu sendirian di pesta seramai ini?"

Sejak penjaga istana mengumumkan kedatangan Ariana, semua orang terlihat sekali ingin mendekati gadis luar biasa tersebut. Namun entah mengapa, Marquis Curtis selalu menemukan Ariana seorang diri sekalipun kini banyak orang ingin bersamanya. Ariana tetap tampak kesepian, walaupun kali ini orang-orang menatapnya dengan tatapan kagum. 

Mungkin karena Ariana kini dikenal sebagai sosok ahli pedang hebat setelah melewati perang di perbatasan selatan, tidak banyak pria yang berani mendekatinya secara langsung. Ditambah dengan wajah Ariana yang kini jarang tersenyum, orang-orang mungkin merasa bahwa Ariana merupakan gadis yang sulit didekati. Tradisi di mana kepala keluarga Alison hanya bisa menikahi seseorang dari Kerajaan Sigmund juga tampaknya telah menjadi penghalang terbesar bagi bangsawan kerajaan lain yang ingin mendekati Ariana. 

Kini Ariana itu terlihat seperti mawar berduri. Dia cantik dan mempesona, tetapi tidak ada yang bisa menyentuhnya secara sembarangan. 

"Aku ... Tidak terlalu menyukai keramaian. Ah, benar. Curtis, apa kamu melihat Baginda Raja? Aku rasa aku harus melihatnya terlebih dahulu sebelum kembali."

"Kamu ingin segera kembali?" tanya Marquis Curtis tidak percaya. Salah satu alasan mengapa mereka mengundang Ariana itu agar gadis tersebut bisa bersantai di pesta ini. Gadis itu telah bekerja terlalu keras, entah sebagai panglima pasukan atau tuan wilayah Alison. Melihat tubuh Ariana yang semakin kurus membuat Marquis Curtis malah tumbuh semakin khawatir. Pria itu sampai melupakan pertanyaan Ariana, ketika dia mengambil makanan dan minuman lalu menyerahkannya pada Ariana. 

"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi, Ariana. Tidak, sebelum kamu bisa bersantai di pesta kali ini."

Ariana menatap makanan dan minuman yang Marquis Curtis bawa, lalu tertawa pelan. Ke mana pun dia pergi, tampaknya orang-orang masih terus mengkhawatirkan keadaannya. Ariana berterima kasih pada Marquis Curtis, lalu mengajak pria itu untuk makan bersama dengannya. 

"Ah, ya. Baginda Raja tengah menyambut para utusan dari kerajaan lain saat ini. Beliau sangat sibuk seharian ini, apalagi ketika beliau merupakan bintang utamanya kali ini."

Setelah mereka makan bersama, Marquis Curtis akhirnya ingat bahwa dia masih belum menjawab pertanyaan Ariana. Pria itu menyampaikan jawabannya, dan Ariana segera mengangguk mengerti. Ariana melihat suasana pesta yang semakin ramai, sebelum dia melirik ke balkon istana yang relatif lebih sepi. 

"Kamu ingin pergi ke tempat yang lebih tenang?"

Melihat dari gelagat Ariana, Marquis Curtis langsung menawarkan sebelum Ariana mulai bicara. Lagi-lagi, Ariana tersenyum karena kepekaan dan kebaikan Marquis Curtis. Gadis itu mengangguk, lalu mengikuti Marquis Curtis untuk keluar dari aula dan pergi ke balkon istana yang luas. 

Mungkin karena pesta kali ini bertujuan untuk membangun relasi, hampir tidak ada yang secara sukarela berada di balkon pada hari itu. Ariana dengan bebas bisa bersantai di tempat itu, lalu menghirup udara segar yang bisa dinikmati di luar aula istana yang terasa sangat sesak.

"Curtis, ketika aku menginjakkan kaki ke ibu kota lagi setelah sekian lama, aku melihat bahwa Baginda Raja telah membawa perubahan baik lainnya di tempat ini. Setelah menjadi seorang raja, Baginda benar-benar melakukan pekerjaan yang baik dalam memajukan kerajaan ini."

Marquis Curtis ikut bersandar di tembok pembatas balkon bersama dengan Ariana. Pria itu tersenyun, ketika dia mengingat ekspresi bahagia orang-orang yang dia temui di ibu kota. 

"Baginda Raja memang telah berusaha keras untuk mengabulkan keinginan kita semua. Dia tidak pernah berhenti belajar, atau berhenti peduli pada kondisi kerajaan yang dia pimpin," puji Marquis Curtis dengan tulus. Bagi Marquis Curtis, tidak ada kehormatan yang lebih besar selain melayani Raoul sebagai seorang perdana menteri. Melihat seorang raja yang benar-benar berdedikasi untuk kerajaannya itu pemandangan yang langka bagi mereka. Apalagi, setelah Kerajaan Sigmund mendapat masalah di dua generasi keluarga kerajaan sebelumnya. 

"Sejujurnya, aku hampir tidak bisa mengenali kerajaan ini lagi. Kedamaian ini ... Terlalu indah untuk menjadi kenyataan," ungkap Ariana dengan jujur. Mata gadis itu sejenak terlihat sedih, sebelum dia tiba-tiba menatap Marquis Curtis sambil tersenyum. 

"Curtis, haruskah kita menikah? Dengan status dan usia kita berdua ... Orang-orang pasti telah mendesakmu untuk menikah bukan?"

Marquis Curtis benar-benar terpaku, ketika dia tidak menyangka Ariana akan membawa pembicaraan mereka ke jenjang pernikahan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status