Share

Kesempatan kristal kedua
Kesempatan kristal kedua
Penulis: Lizzie

Awal permulaan

Suasana malam di tengah hutan dengan angin sejuk mulai menerpa tubuh, terdengar suara daun yang terbawa angin, suasana sepi dan sunyi membuat tubuh merinding tak ada satu pun yang bisa membangunkan tubuh Bianca yang sedang tergeletak mencium tanah.

Bau tanah yang menyengat terasa lembab ketika menyentuh kulit, apakah air hujan telah membasahi hutan ini? Bianca masih tergeletak lemah, tubuhnya tak bisa bergerak, kesadarannya masih belum pulih.

Dari jauh terdengar suara desis, sesuatu yang mendesis mulai mendekati tubuh Bianca.

“Ya ampun!” teriak Bianca meraba kakinya.

Mendapati kakinya dililit oleh seekor ular kecil, Bianca berteriak di tengah hutan dengan tubuh yang terkejut ia segera melempar ular yang masih menempel di kakinya, ular kecil dengan panjang hanya seukuran lengan Bianca membuatnya terbangun dari pingsannya.

“Untung saja ular itu pendek dan kecil, kalau tadi yang melilitku itu ular Piton bisa mati kehabisan napas aku!”

Bianca menyadari ada yang tidak beres dari dirinya, hingga ia bisa sampai di tengah hutan, tubuhnya yang kotor di lapisi tanah hutan benar benar membuatnya mengeluh kesal.

“Bagaimana bisa aku di sini? Aku bahkan tak mengingat apapun! Bajuku jadi kotor, dan lagi kakiku sakit gara gara ular itu!”

Selang beberapa waktu setelah ia membersihkan pakaian, Bianca mendongak ke sebuah tanah menjulang tinggi tepat di atasnya, “Ini … seperti sebuah tebing.”

Setelah meratapi tebing yang menjulang tinggi, Bianca mulai mencoba bangkit dengan tubuhnya terasa sakit, pandangan Bianca terus melihat ke bawah, tepatnya ke tanah yang ia pijak hanya untuk mencari keberadaan ular yang sempat ia lempar.

Malam semakin menggelap, penglihatan menjadi terbatas, benar benar gelap tanpa cahaya sedikit pun, Bianca mendongak ke atas, kepalanya menghadap kelangit malam yang di penuhi bintang bintang, ia hanya mengharapkan cahaya bulan malam agar terus memberikan dirinya sebuah harapan.

Terasa kesal tapi harus ia jalani saat ini lah Bianca terus mengeluh di setiap langkahnya, ditemani setiap pohon menjulang tinggi dan suara asing terus melangkah dengan langkah ketakutan.

“Benar benar ya! Aku bahkan tak mengingat apa pun! Siapa pun yang membuatku jadi begini aku akan membalasnya lebih dari apa pun itu!”

Bianca berteriak kesal, ia melampiaskan amarahnya di setiap pukulan ke sebuah pohon besar, beberapa pukulan memberikan luka di tangannya, rasa sakit tak berarti bagi Bianca saat ini, sungguh pohon yang malang.

Langkah yang tak berarah dengan rasa putus asa selintas terbesit di pikiran Bianca ingin mengakhiri hidupnya.

“Apa aku harus menggantung diri di dahan pohon yang besar ini? Kurasa akar pohon ini cukup kuat menggantung bebanku,” ucap Bianca mengambil akar putus yang tergeletak di tanah.

Beberapa saat merenung berakhir pada mengurungkan niatnya, meski sangat putus asa ia bahkan sanggup jalan dengan kaki pincang, terasa aneh jika ia harus bunuh diri sedangkan sudah berjalan sejauh ini.

Hutan terasa begitu sepi dan mengerikan, gelapnya malam menutup jalan harapan Bianca, menghabiskan waktunya mencari jalan keluar ia baru menyadari mendapati dirinya hanya berputar beputar di sekitar.

“Tanah ini, tempat aku terjatuh tadi lalu tebing ini … berarti sedari tadi aku hanya berputar putar!” ucap Bianca kembali mendongak melihat tebing yang sama persis tempat ia terjatuh.

Tubuh Bianca lemas tidak ada harapan lagi baginya, ia hanya bisa menghampiri pohon besar lalu bersender, rasa lapar membuatnya merogoh kantong celananya, ia pastikan selalu membawa handphone kemana pun ia berada.

Tapi, saat itu yang ia temukan bukanlah sebuah handphone atau korek api, ia tercengang mendapati sebuah petunjuk dari semua ini.

“Apa ini, secarik kertas?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status