Fatma terdiam sesaat setelah mendengar cerita Nathan ternyata itu selama ini masalah atasannya yang sangat baik itu. Ternyata masalah yang dimiliki atasannya sama besar dengan masalah yang dimilikinnya hanya beda cerita. Fatma melanjutkan obrolannya.
"Kenapa bapak tidak jujur saja kepada orang tua bapak dan juga istri bapak.""Jujur bagaimana, kalau saya jujur jika istri saya tidak akan bisa punya anak orang tua saya akan meminta saya menceraikannya, dan mertua saya akan sangat marah kepada saya, kita gak mau pisah Fatma, kita saling mencintai, aku dan Alicia sudah lama saling mengenal sejak di bangku smp kita bersahabat, dan akhirnya cinta tumbuh diantara kita sampai kita memutuskan untuk menikah."Disaat Nathan sedang bercerita telepon Fatma berdering, terlihat dilayar hand phonenya itu telpon dari Haikal. Dia meminta ijin kepada Nathan untuk mengangkat telpon dari suaminya. Haikal mengabari jika pihak bank meminta agar segera membayar hutang hutangnya yang menunggak belum terbayarkan selama hampir satu tahun dengan jumlah yang sangat besar."Harus dibayar? kita kan sudah mulai mencicil mas?""Iya Fatma ini masih ada orang dari banknya, dia minta kita membayar tunggakan kita selama sepuluh bulan, karena kita mencicilnya tidak sesuai nominal cicilan yang ditentukan, kita membayarnya masih kurang""Ya Alloh itu besar mas satu bulan itu kan 15 juta, darimana aku dapat uang sebesar itu kalo kita harus bayar yang sepuluh bulan kemarin mas, mas coba berunding ya aku akan cari cara bagaimana ini bisa diselesaikan."Nathan dari tadi mengamati Fatma, dia melihat Fatma dalam keadaan kebingungan. Sebagai atasan dia bertanya kepada Fatma, barang kali dia bisa membantu kesulitan Fatma."Ada apa kamu Fatma, saya lihat tadi sepertinya kamu sedang ada masalah.""Gak ada apa apa kok pak." jawab Fatma sambil tersenyum berusaha menutupi kebingungannya.Mereka melanjutkan makan siang mereka dan kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya. Disela pekerjaannya terlihat Nathan yang sedang dalam keadaan kacau, wajah tampannya itu terlihat muram, nampaknya masalah yang dia alami saat ini benar benar berat sehingga konsentrasinya pecah disaat bekerja.Fatma dengan memberanikan diri mendekati atasannya yang sedang kalut itu."Bapak kenapa lagi? ada yang bisa saya bantu?""Baru saja Alicia istri saya meminta saya pulang malam ini, dia mengatakan bahwa orang tuanya akan menjodohkan dia dengan pilihan orang tuanya dan meminta kita bercerai apabila dalam waktu dua bulan nanti saya tidak bisa membuat Fatma hamil.""Bapak sabar ya, InsyaAlloh ada jalan keluar untuk semua masalah bapak.""Terima kasih Fatma, sudah waktunya jam pulang ayo kita pulang, saya akan pulang malam ini gak tidur kantor atau apartemen lagi, saya akan hadapi ini semua, tapi mungkin saya belum bisa jujur walaupun saya ingin jujur, saya akan coba selesaikan dengan mencari jalan keluar yang terbaik."Nathan yang sudah tak ingin pulang ini terpaksa harus mau menuruti permintaan istri tercintanya. Dia tidak mau berpisah dengan Alicia yang sudah 13 tahun setia bersamanya. Dia akan memperjuangkan apapun untuk menyelamatkan pernikahannya. Sesampainnya dirumah Nathan telah disambut senyuman Istrinya, Nathan yang ragu untuk masuk rumah karena dua takut masih ada mertuanya."Ada mama?""Gak ada mama siang tadi balik sayang, ayo masuk!""Kangen aku sayang berapa hari kamu gak pulang, maaf ya mama aku buat kamu jadi tertekan." Alicia yang sangat merindukan Nathan langsung menyambut Nathan dengan belaian lembut dan mencium bibirnya."Mama bilang apa sayang?""Mama mau kita punya momongan, jika tidak aku akan dijodohkan dengan anak temannya, mama kasi waktu kita dua bulan sayang jika tidak ada kabar tentang kehamilanku maka mama akan mengurus perceraian kita, aku sudah gak kuat sayang untuk menyembunyikkan kenyataan ini, kita harus jujur kalau sebenarnya aku yang gak bisa punya anak, bukan kamu biar kamu gak dipojokkan dan disalahkan terus.""Kita pikirkan jalan keluarnya ya nanti, sekarang aku mau menebus malam malam yang terlewatkan karena dua minggu aku gak berdua sama kamu." Nathan menggendong Alicia kedalam kamar, mereka menikmati malam tanpa memikirkan masalah yang sedang dihadapinnya.Semetara Fatma yang sendiri di mess karyawan itu sedang memikirkan permasalahan ekonomi yang sedang melilit keluargannya. Mencoba mencari cara bagaimana bisa membayar tagihan hutang suaminya. Dalam keadaan bingung Fatma menelpon suaminya."Halo mas, Adel lagi apa?""Ini lagi aku bobokin sayang, kamu lagi dimana sudah pulang kantor?""Sudah sayang, gimana tadi sudah berhasil nego sama pihak bank?""Sudah, mereka tetap meminta 10 bulan kita terlambat bayar itu untuk dilunasi, kalau tidak nanti akan ditambah dengan denda dan akan ditambahkan ke jumlah hutang kita danbitu membuat hutang kita tambah besar, aku mau coba bicara sama mama sayang buat menjual sebagian asetnya untuk kita pinjam biar kita bisa bayar dulu.""Hmmmmmmm." Fatma menarik nafas panjang mendengar keluhan Haikal."Jangan dulu sayang, aku akan usahakan dulu ya aku akan coba usaha cari uangnya ya, kita sudah cukup menyusahkan orang tua kita mas, jangan ditambah lagi ya."Memikirkan ini semua, membuat Fatma tidak bisa memejamkan mata, Fatma merasa berat sekali cobaan ini. Uang hasil kerjanya dan usaha yang masih dirintis kembali oleh suaminyapun belum bisa mencukupi. Namun dia harus tetap kuat menghadapi ini.Kembali kerutinitas setiap hari, Fatma mencoba berusaha kuat dan tetap fokus pada pekerjaan begitu juga dengan Nathan yang mencoba menghadapi masalahnya dengan tenang. Mereka mencoba untuk profesional dengan melupakan masalah mereka saat dikantor."Fatma sudah siap kan laporan kemarin yang saya minta?""Sudah pak.""Ok, yuk sekarang kita makan siang di luar lagi bosen aku dikantor, kamu belum makan siang kan?""Belum pak kebetulan hehehe."Kembali Nathan mengajak Fatma untuk makan siang diluar, mereka berdua sudah semakin akrab. Bukan hanya dalam masalah pekerjaan namun sekarang Nathan dan Fatma sering berdiskusi masalah masalah pribadi mereka. Kembali Fatma menanyakan kabar tentang masalah Nathan."Bagaimana pak kabar masalah bapak? apa sudah bisa teratasi?""Saya males mikir itu Fatma, mertua dan orang tua saya masih menekan kita agar cepat dapat momongan, malah mertua saya sudah nekat akan menjodohkan dengan anak temannya dan akan mengurus perceraian kita jika dua bulan Alicia tidak ada tanda tanda hamil.""Lalu apa yang akan bapak lakukan?""Masih belum tahu, kita juga gak mungkin adopsi anak dan mengakuinnya sebagai anak Fatma, karena pasti nanti orang tua minta saya tes DNA, mau bayi tabung juga gak mungkin kan karena rahim Alicia sudah diangkat, masih bingung saya apa yang harus kita lakukan.""Saya punya solusi pak, tapi saya takut bapak marah kalau saya kasi solusi itu.""Apa solusinya Fatma?" Namun Fatma hanya diam tak menjawab pertanyaan Nathan tentang solusi yang tawarkan. Antara malu, takut, dan ragu akan menjawab itu semua karena solusi untuk masalah Nathan menyangkut harga dirinya dan juga kehormatannya. "Fatma, hey kok malah diam, apa solusinya habis bilang eh diam." "Eh iya pak ada apa?" "Ehm malah nglamun, apa solusinnya?""Gak jadi pak, nanti bapak juga pasti tidak akan setuju.""Kenapa harus gak setuju kalo memang itu bisa dilakukan, ayo apa katakan apa solusinya untuk masalah yang sedang akku hadapi ini, gimana caranya aku bisa punya anak yang itu adalah keturunanku, yang jelas jelas istriku gak akan bisa nglakuin itu, ngadopsi anak juga gak mungkin karena orang tua kita akan gak setuju, nikah lagi? saya gak mau lah berarti itu sama aja dengan mertuaku, ayo katakan apa solusinya Fatma!" Fatma hanya tersenyum, setelah yakin dia lalu mengatakan solusi untuk masalah yang sedang di hadapi Nathan. "Saya tawarkan solusi kepada bapak, yaitu
Dalam keadaan yang bingung dan terhimpit lilitan hutang yang menyesakkan hidupnya, Fatma nekat menawarkan kembali rahimnya kepada Nathan dengan cara yang sangat diluar dugaan. "Saya akan tetap membantu bapak dan istri bapak untuk memiliki keturunan." "Maksudmu bagaimana, dengan cara apa Fatma, sudah gak mungkin lagi Fatma istri saya ael telurnya telah mati jadi tidak bisa dilakukan bayi tabung.""Bukan dengan bayi tabung pak, silahkan bapak memakai seluruh tubuh saya termasuk rahim saya untuk mendapatkan keturunan." Nathan tidak mengerti maksud ucapan asisten pribadinya itu. Dia mencoba mencerna dengan baik kata katanya. "Menggunakan seluruh tubuhmu, maksudnya apa, nikahin kamu? tambah gak mungkin Fatma." "Bukan dengan menikah pak, tapi kita lakukan itu sampai saya hamil, tapi saya minta imbalan pak, saya mohon bantulah saya agar terbebas dari lilitan hutang ini, sata dan suami setiap hari ditagih oleh debt colector bank, saya sudah tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan."Ma
Nathan mempunyai rencana ingin mengajak Alicia jalan jalan menghilangkan penat dan masalah yang menumpuk. Ingin hidup bebas tanpa tekanan hanya berdua dengan istri tercintanya. Langsung mengutarakan niatnya setelah dia sampai dirumah dan disambut istri tercintanya. "Sayang kita traveling yuk besok, dah lama kita gak menghabiskan waktu berdua." "Boleh sayang mau pergi kemana mmm kita Bali aja yuk!" "Ok.""Mama kamu gak kesini kan sayang?""Kurang tau sayang mama gak bilang apa apa, memang kenapa? gak suka ya ada mama?" "Bukan gitu, hanya ingin tenang dan menikmati hidu hanya berdua denganmu dirumah ini." "Sayang kesal ya sama mama, sabar ya kesetiaan kita sekarang diuji oleh sikap kedua mama kita yang sedang menuntut agar segera mempunyai cucu, andaikan dulu kita tidak pergi pasti kecelakaan itu gak akan mungkin terjadi dan anak kita masih hidup sayang dan aku gak akan seperti ini." Tak menjawab perkataan istrinya Nathan hanya tersenyum sambil memeluk istrinya. Setiap mengingat k
"Saya salah ma maafkan saya, saya akan pastikan mama akan mempunyai cucu seperti yang mama inginkan dalam waktu kurang dari tiga bulan Alicia akan hamil." Nathan menjawab perkataan mamanya dengan lantang, bahkan demgan penuh keberanian dia memastikan bahwa Alicia akan hamil. Raut wajah Alicia berubah, langsung dia menoleh ke arah Nathan dengan raut wajah yang menyimpan pertanyaan setelah mendengar jawaban Nathan. "Ok, buktikan kalau memang kamu mampu, saya tidak mau kamu mungut anak jalanan dan kamu akui menjadi anak kalian, saya mau cucu hasil keturunanmu sendiri." Mama Alicia pergi meninggalkan mereka berdua dan menuju kamar tidurnya tanpa berkata apapun lagi. Alicia segera menyeret Nathan dan membawanya masuk ke kamar. "Jangan ngawur kamu kalau bicara sayang, bagaimana bisa kamu berjanji kepada mama seperti itu, bukan malah jujur tapi malah menambah masalah ini semakin rumit." "Kamu yakin kalau kita jujur ini semua akan selesai, gak Alicia, kebencian, kemarahan mamamu akan sema
"Aku sudah lelah dengan semua sindiran, semua cercaan dan tuduhan jika aku mandul, aku ingin membuktikan bahwa aku bukan pria mandul, aku bisa mempunyai keturunan, darah daging ku, walaupun itu tak terlahir dari istriku, aku merasa terpojok Fatma." Nathan bercerita meluapkan semua yang dia rasakan, tampak bos ini sedang berada pada batas kesabarannya. Suasana menjadi hening sesaat setelah Nathan meluapkan semua perasaannya. Fatma berpikir ulang untuk benar benar melakukan tawarannya kepada Nathan waktu itu. Bagaiman dia akan nekat melakukannya, bagaimana dia bisa membiarkan laki laki selain suaminya itu akan menghamilinya. Kacau carut marut di dalam pikiran Fatma, dia tak membayangkannya. Fatma larut dengan lamunannya, nanmun lamunan Fatma dibuyarkan oleh dering telpon dari Haikal suaminya. "Halo iya mas ada apa?" jawab singkat Fatma. "Sayang kamu lagi, kamu sudah dikantor? sayang bagaimana kamu sudah ada uangnya mereka meminta melunasi paling akhir dua bulan lagi, kalo tidak rumah
Tiga jam berlalu, meeting dengan klien dari Jepang telah selesai. Hasil yang sangat baik dengan berhasilnya kerja sama yang diberikan kepada perusahaan Nathan dengan project besar di Jepang nanti. Nathan semakin bangga dan kagum dengan sosok Fatma, perempuan muslimah yang anggu cerdas dan pintar dalam bernegosiasi sehingga bisa memenangkan tender yang besar saat ini. Fatma mampu mengabaikan semua masalah besarnya, dia bisa fokus dengan pekerjaanya walaupun dia sedang terhimpit dalam sebuah masalah besar. "Fatma selamat ya kamu kali ini sudah bisa membuktikan kehebatanmu lagi dalam negosisasi memenangkan tender gak salah aku milih kamu jadi asistanku." Nathan memberikan apresiasi kepada Fatma yang telah berhasil dalam penawaran kerja kepada Klien barunya. "Alhamdulillah bapak, ini semua juga berkat usaha kita bersama dan tentunya perusahaan bapak yang sudah mempunyai nilai tawar yang baik di hadapan klien." "Ya sudah, sekarang kita makan siang ya, kali ini kamu bebas sebebas bebasny
Fatma terlihat begitu menikmati makan siang kali ini. Nyaman dengan suasana cafe dan menu menu yang dihidangkan . Namun pikirannya tidak tenang, dia teringat Adel putri kesayangannya. Apakah dia sudah makan saat ini, makan apa dia, apa dia bisa menikmati makanan dengan menu yang bergizi disaat usianya yang sedang membutuhkan asupan makanan sehat, Ingin rasanya dia pulang menjenguknya, bahkan membawanya tinggal bersamanya. Sejujurnya Fatma tidak tega meninggalkannya sendiri dengan Haikal suaminya, meskipun dia adalah ayah yang baik, tapi saat ini kebutuhan utamanya hanya bayar hutang, hutang dan hutang. Terlintas rasa takut dipikiran Fatma, takut Haikal lebih mementingkan bayar hutang daripada untuk Adel. Tak terasa air mata Fatma jatuh disaat dia sedang menikmati makan siangnya, dan itu terlihat oleh Nathan yang tak sengaja memperhatikan asistannya yang sedang larut dalam lamunannya. "Fatma kamu kenapa? kenapa kamu nangis? Fatma maafkan saya jika perkataan saya tadi ada yang menyingg
Tak bisa lagi berkata kata, Fatma hanya tertunduk lemas melihat Nathan duduk bersimpuh dihadapannya memohon dengan penuh harapan. Berat dalam hatinya untuk memutuskan semua ini. "Maaf pak saya tidak memutuskan saat ini. Sejujurnya saya tidak bisa melakukan ini semua pak, saya tidak bisa jika saya harus benar benar melakukannya saya tidak sanggup pak." Fatma berusaha untuk menolak Nathan yang sedang menaruh harapan besar kepadanya. "Tolong Fatma saya mohon, saya mohon kepadamu Fatma hanya kamu yang bisa membantuku. Tolong kamu pikirkan lagi keputusanmu."Suasana ruangan itu seketika berubah menjadi hening. Mereka hanya terdiam tanpa melanjutkan pembicaraan mereka. Fatma berada pada sebuah keadaan yang sulit. Dia tak dapat membuat sebuah keputusan apapun, Fatma dihadapkan pada sebuah jalan buntu dan tak tau harus berbuat apa. Disatu sisi dia tidak menginginkan melakukan itu semua, tapi disisi lain ada tuntutan yang harus dia selesaikan yang mengharuskan untuk melakukan perbuatan senek