Share

Bab 48

Suasana dapur yang remang-remang membuat bulu kudukku sedikit merinding. Tak ada suara apapun yang terdengar kecuali bunyi hewan malam khas pedesaan. Buru-buru aku berjalan meninggalkan dapur.

Ketika melewati kamar nenek Tuan Raihan, samar aku mendengar suara tangisan. Pelan tapi begitu memilukan. Mungkinkan nenek yang sedang menangis?

Aku mematung sejenak di hadapan pintu berbahan kayu jati itu. Bingung antara masuk atau membiarkannya saja. Namun, aku langsung teringat nenekku yang begitu terpukul waktu kehilangan kakekku belasan tahun silam.

Perlahan aku mengetuk pintu itu pelan.

"Nek," panggilku lirih.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Menampakkan wajah keriput nenek yang sembab bersimbah air mata. Rambut yang sudah memutih semuanya itu digelung, tak seperti biasanya yang selalu memakai ciput.

"Rindu," sapa nenek dengan suara bergetar.

"Boleh, Rindu temenin?" Aku menatap mata cekung nenek.

"Tentu saja, Nak. Ayo masuk." Nenek berbalik, kembali ke dalam kamar. Aku mengikutinya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yustin Faustino
semakin seru......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status