Share

Bab 47

Hatiku ikut tegang seketika melihat Tuan Raihan menutup panggilan dengan pandangan lesu.

"Kenapa, Kak?" tanya Riana dengan suara serak khas habis menangis.

"Barusan Teh Asih yang telepon. Kakek sakit katanya. Manggil-manggil kakak terus. Sudah tidak masuk makanan apapun, makanya dibawa ke RS." Tuan Raihan menjelaskan dengan sendu dan mata berkaca-kaca.

"Ya Alloh, Kakek," lirih Riana kembali menangis.

"Harusnya aku menuruti kakak untuk langsung ke Garut kemarin. Mungkin semua kejadian memilukan ini tidak akan terjadi." Riana tergugu menyesali semuanya.

"Sudah. Gak perlu menyalahkan diri sendiri. Ini semua sudah takdir. Lebih baik sekarang kita beristirahat. Besok pagi-pagi sekali kita kembali ke Jakarta. Terus langsung berangkat lagi ke Garut. Mudah-mudahan kakek segera sembuh," tutur Tuan Raihan lembut.

"Rindu, kamu juga istirahat, ya. Tolong jaga Riana. Dia pasti masih trauma dengan kejadian yang menimpanya tadi," pinta Tuan Raihan menatapku teduh.

"Baik, Tuan," jawabku singkat.

Tuan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status