Share

Part12

"Terima kasih ya, Delima." Mbak Silvi tersenyum saat aku mengantarnya berbaring di kamarnya. Sikapnya masih baik seperti di awal saat aku baru pindah ke rumah ini.

Entah itu memang tulus, atau hanya kepura-puraan. Yang jelas, sikap dan gaya bicaranya sangat jauh berbeda saat kudengar dia membicarkanku dengan Mas Raka jika aku tidak ada.

Dan kurasa, aku harus sering-sering menguping pembicaraan mereka, agar aku tahu dan selalu waspada dengan rencana mereka kedepannya.

Sungguh, aku pun sudah tak betah berlama-lama tinggal di rumah ini. Ingin rasanya segera pergi dan mengakhiri pernikahan konyol ini.

"Iya, Mbak. Ini kan sudah menjadi kewajiban Delima mengurus Mbak Silvi sebagai seorang adik."

"Mbak boleh minta tolong lagi nggak, Delima?"

"Bilang aja, Mbak. Delima bakal lakuin, kok."

"Kamu nggak keberatan kan, kalau saat ini, Mas Raka tidur di kamar Mbak terus. Mbak nggak ada temennya. Takutnya kalau malam tiba-tiba terbangun dan butuh sesuatu."

Ternyata benar. Kebaikannya memang karena ada maunya saja. Padahal jelas-jelas Dokter melarangnya untuk tidak berhubungan dulu dengan Mas Raka. Tapi tetap saja dia ngotot ingin memisahkan kami.

Mbak Silvi pasti takut kalau Mas Raka akan melampiaskan hasratnya padaku saat kami tidur di kamar yang sama. Apa lagi ini sudah lebih dari satu minggu. Mbak Silvi pasti tahu kalau aku sudah selesai datang bulan.

Terserah kamu saja Mbak. Aku juga tidak lagi berniat menyerahkan diri pada Mas Raka. Aku tak mau nantinya akan berujung kehamilan, dan mempersulit diriku untuk meninggalkan rumah ini.

"Ya nggak apa-apa to Mbak. Delima malah senang. Mbak Silvi ada yang nemenin."

"Makasi ya, Delima. Kamu memang adik yang baik," ucapnya lagi dengan begitu manis.

.

Keesokan harinya kubiarkan saja Mbak Silvi beristirahat total di kamarnya. Sesekali dia keluar juga untuk menghilangkan suntuk. Aku pun menyibukkan diri dengan mengerjakan seluruh pekerjaan rumah. 

Ada baiknya aku menjadi pembantu saja di rumah ini. Akan lebih mudah bagiku untuk beradaptasi, dari pada menjadi orang ke tiga di antara mereka.

Sore harinya aku mengajak Mbak Silvi duduk di teras depan mencari udara segar. Angin sore kelihatannya cukup membuat dirinya merasa lebih bugar.

Tak lama, mobil Mas Raka muncul. Mbak Silvi menyambutnya dengan senyuman. Disertai kecupan hangat di keningnya dari Mas Raka di hadapanku. Tanpa segan atau memikirkan bagaimana perasaanku sebagai istrinya juga.

"Sini Mas, Delima bawain tasnya. Biar Delima buatkan teh hangat sekalian." Aku menawarkan diri di sela keromantisan yang mereka ciptakan. 

Aku mulai bersikap sewajarnya.

"Terima kasih, Delima." Mas Raka mengulurkan tasnya.

Kulirik wajah Mbak Silvi yang sumringah. Menganggap semuanya sudah baik-baik saja. Mereka sepasang suami-istri yang bahagia, dan aku hanya seorang pesuruh saja.

"Oh, iya, Dek. Mas lupa." Mas Raka meminta kembali tasnya tadi. Lalu mengeluarkan sesuatu berupa kantongan dari kertas. Kemudian menyerahkannya padaku.

"Apa ini, Mas?" 

"Buka saja." Aku langsung menuruti apa katanya. Sebuah kotak ponsel keluaran terbaru. Aku menggenggam, setelah mengeluarkannya dari dalam kotak.

"Ini buat Delima, Mas?" tanyaku tak percaya.

"Iya. Biar kamu nggak numpang-numpang lagi kalau mau nelpon ke kampung. Besok kamu juga buat rekening tabungan, ya. Biar nggak ngerepotin Mbakmu, kalau mau transfer uang bulanan buat Bue sama Sidik."

"Alhamdulillah...." Kata syukur keluar begitu saja dari mulutku. "Makasih banyak ya, Mas." Aku begitu bahagia menerima semua ini.

Akhirnya pelan-pelan aku mulai dihargai di rumah ini. Namun tanpa sengaja aku melirik ke arah Mbak Silvi. Dan tentu saja, wajah yang tadi begitu bahagia, kini berubah sudah. Seperti sedang memendam amarah yang tak bisa dikeluarkannya di hadapanku begitu saja.

Terserahlah. Toh juga sikapnya selama ini hanyalah kepura-puraan belaka. Asal aku tak tidur dengan suaminya, kurasa menerima semua pemberian ini bukanlah suatu kesalahan.

Aku langsung pamit ke dalam untuk membuatkan teh. Tak kupedulikan lagi perang apa yang akan terjadi di antara mereka berdua nanti.

******

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status