Beranda / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / 183. Ambil Risiko atau Menyerah!

Share

183. Ambil Risiko atau Menyerah!

Penulis: desafrida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 18:52:22

Sementara Kay dan Livy dilanda tekanan hebat menjelang batas waktu pembuktian, di sisi lain, Jerry juga mulai kehilangan kendali atas permainan yang ia mulai.

Pria itu duduk gelisah di dalam kamar rumah sederhananya, menatap layar televisi yang menyiarkan talkshow pagi, salah satu media yang sebelumnya cukup agresif menggiring opini publik ke pihaknya. Namun pagi itu, tak ada sorotan tajam. Tak ada serangan frontal ke Kay. Tak ada dorongan agar publik menyerbu rumah Kay seperti sebelumnya.

Padahal dia sudah mencoba mendesak dengan muncul di media, menuduh Kaay dengan wajah tersiksanya.

Nyatanya setelah itu media… mendadak diam.

Jerry menggigit kuku jarinya. Tatapannya kosong tapi penuh kekhawatiran.

"Kenapa mereka semua diam?" gumamnya pelan, penuh resah. "Kenapa mereka tidak menekannya lebih keras? Apa aku kurang mengiba hari itu? Apa alasanku kurang kuat? Aku takut Kay membawa Albern kabur. Itu sudah narasi yang paling jelas. Tapi kenapa media tidak agresif lagi? Mereka tidak iba la
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   191. Bumil Yang Nakal

    Hari ini suara langkah kaki dan dentingan alat pertukangan memenuhi lantai atas rumah. Kay sendiri yang memimpin renovasi ruang di lantai atas. Ia telah menyiapkan dua kamar baru. Satu untuk Albern, dan satu lagi akan disulap menjadi kamar bermain untuk dua anak lelakinya kelak. Ia ingin semuanya terasa istimewa, bukan hanya untuk bayi yang akan lahir, tapi juga untuk Albern, yang kini sedang belajar memahami bahwa ia akan menjadi kakak.“Albern suka warna yang mana?” tanya Livy sambil menunjukkan beberapa katalog warna cat dinding.“Biu! Langit!” serunya sambil menunjuk gambar awan dan langit cerah di katalog.Livy tertawa kecil, mengacak rambut anaknya. “Biru langit. Oke, kita akan beritahu Papa kalau Al dan Adik Al nanti akan tidur di atas awan, ya?”Albern mengangguk dengan antusias. Tak hanya itu, Albern juga memilih sendiri bentuk rak bukunya, wallpaper bergambar bintang-bintang, dan dengan kalimat cadelnya, dia bilang boneka dinosaurus miliknya dan milik adiknya nanti dipajang

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   190. Kekhawatirdan dan Kekuatan

    Waktu berlalu beberapa minggu. Trauma perlahan sembuh, dan warna kehidupan kembali meresap ke dalam rumah mereka. Hari itu, cuaca cerah ketika Kay dan Livy berangkat bersama ke rumah sakit untuk pemeriksaan kandungan. Albern tidak ikut, ditinggal bersama Bibi Eden di rumah. Livy tampak lebih tenang, meski masih sesekali menggenggam tangan Kay erat setiap kali masuk ke ruangan dokter.Di ruang USG, suasana hening. Hanya suara mesin dan detak jantung kecil yang terdengar dari monitor.“Semua bagus,” ujar dokter sambil tersenyum. “Kandungannya sehat, posisi janin juga baik. Dan... kalau dilihat dari sudut ini, saya bisa pastikan, anak Bapak dan Ibu adalah laki-laki.”Livy terkekeh pelan, sementara Kay hanya menghela napas lega, lalu menatap layar USG dengan penuh kekaguman. “Laki-laki?”“Iya,” dokter mengangguk.Kay menatap Livy, yang kini menatapnya juga. Mereka tidak terlalu mempersoalkan jenis kelamin. Ada rasa bahagia yang membuncah tanpa mereka bisa cegah.“Artinya Albern akan punya

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   189. Tawaran: Mengangkat Kisah Cinta

    Setelah badai panjang, Livy dan Albern akhirnya pulang ke rumah. Suasana memang belum benar-benar normal, tapi tidak ada lagi wartawan yang mengepung pagar atau sorotan kamera dari jauh. Semua perlahan mereda setelah kebenaran terungkap dan publik melihat sendiri keberanian Kay melindungi keluarganya. Juga ketulusan Livy pada Albern.Kay sendiri mengambil keputusan yang tidak biasa, yaitu dia cuti penuh. Tidak ke kantor. Tidak membuka laptop. Tidak menerima panggilan bisnis. Dunia luar bisa menunggu. Dan saat ini memang harus menunggu dunianya.Dunia kecilnya, Livy dan Albern adalah yang terpenting saat ini.Saat ini Livy rebahan di atas kasur. Albern pun di kamar mereka. Lalu Kay datang, dia ikut merebahkan diri. “Mulai sekarang, tidak akan ada lagi pihak yang berani mencoba memisahkan dan merusak hubungan kita. Kita akan terus bersama,” ucapnya.Livy menoleh padanya. Dia tersenyum dan mengangguk pelan.Kay pun tidur menyamping. Menopang kepalanya dengan lengan kirinya. Ia memperhati

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   188. Kebebasan Jenna

    Beberapa hari kemudian, setelah kondisi Livy dan Albern membaik, Kay berdiri di hadapan awak media dengan sikap tegas namun tenang. Wajahnya tidak lagi menunjukkan kemarahan yang menggelegak seperti sebelumnya. Ia tampak sudah melewati titik ledak emosinya. Yang tersisa kini hanya keyakinan dan kendali penuh atas keadaan.Di belakangnya berdiri beberapa pengacaranya dan pihak kepolisian yang sebelumnya turut membantu penyelesaikan kasus Jerry."Seperti janji saya," ujar Kay lantang di hadapan mikrofon yang diarahkan ke wajahnya, "Jenna dibebaskan. Karena saya telah berjanji. Tapi, hubungan di antara kami tidak akan pernah baik. Kami bukan keluarga. Maka saya memutuskan, demi cinta mereka dan demi memberikan kesempatan pada Jenna untuk memperbaiki hidupnya, saya tidak akan menuntutnya lagi secara hukum dan saya membebaskannya."Wartawan mulai riuh. Banyak yang tidak setuju dengan ucapan Kay. Namun dia belum selesai."Tapi tidak untuk Jerry," lanjutnya, suaranya kali ini dingin dan tak

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   187. Traumanya Livy dan Albern

    Kay tak berkata sepatah pun selama perjalanan menuju rumah sakit. Tangannya erat menggenggam jari Livy yang dingin, wajahnya pucat, pandangannya kosong menatap ke luar jendela. Di pangkuan Bibi Eden, Albern masih sesekali menangis kecil, suara sesenggukannya seolah menjadi gema dari kepedihan yang baru saja mereka alami.Sesampainya di rumah sakit, tim medis segera membawa Livy ke ruang observasi kandungan. Kay tak diizinkan masuk, membuatnya terus mondar-mandir di lorong dengan wajah gelisah. Berkali-kali ia menoleh ke arah pintu ruangan yang tertutup itu, seolah berharap detik itu juga akan terbuka dan mengabarkan hal baik.Beberapa menit kemudian, dokter keluar dengan wajah tegas namun tenang."Syukurlah, kondisi kandungannya stabil. Tidak ada pendarahan atau kontraksi yang mengarah pada keguguran. Tapi dia mengalami syok cukup berat. Sangat rentan dengan tekanan emosional. Kami sarankan dia tidak menerima tekanan apapun dalam waktu dekat. Semua yang membuatnya tenang dan nyaman, h

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   186. Akhir Ketegangan

    Semua terjadi begitu cepat.Jeritan panik membelah suasana yang sejak awal sudah menegang. Livy memekik histeris dari posisinya ketika melihat Jerry, yang entah bagaimana berhasil mendekat dan meraih Albern dari tangannya. Kakinya lemas.Pergerakan Jerry mudah terprediksi. Suasana yang ramai membuatnya kesulitan menemukan jalan untuk kabur jauh.Media pun sudah menyoroti ketegangan itu dan bagaimana kejahatan Jerry.Mendadak Jerry mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya.“Jangan dekati aku! Jangan ada yang dekati aku atau anak ini terluka!” teriak Jerry dengan mata liar, tubuhnya gemetar namun penuh nekat.Semua wartawan sontak mundur. Kamera yang sebelumnya merekam dengan semangat kini bergetar, terguncang oleh ketakutan mereka sendiri. Beberapa bahkan menjerit dan menjatuhkan perlengkapan mereka.Kay membeku dengan langakh berjaga-jaga. Pupilnya mengecil. Suaranya tercekat. Pandangannya langsung tertuju pada wajah Albern, anaknya yang menangis keras ketakutan, tubuh kecilnya te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status