Share

Bab 6. Nasihat Tante Ambar 2

Auteur: Nuri Art
last update Dernière mise à jour: 2022-11-11 14:21:49

Suara pria yang khas dan terdengar berat mengucapkan salam. Mendengar suara itu Fiandra yang tengah duduk anteng di pangkuanku langsung turun dan berhambur ke pelukannya. Kulirik jam di pergelangan tanganku, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 05:00 sore.

Mungkin saja Mas Ezran pun sudah pulang ke rumah. Namun, sedari tadi ponselku sama sekali tak diaktifkan. Diri ini sedang tidak ingin diganggu siapa pun, termasuk suamiku itu.

“Abi. Di cini lagi ada Mama main cama Fian,” celoteh Fiandra, masih terdengar oleh kami.

“Mama siapa, Sayang?” tanya seseorang yang bisa kutebak itu Mas Egi.

“Mama Fian.” Fiandra kembali menjawab pertanyaan Abinya. Terdengar suara sepatu seseorang menghampiri kami yang berada di ruang tamu.

“Bun, siapa yang Fiandra panggil Mama,” tanya Mas Egi sesaat setelah menyapaku serta Laras dan mencium tangan Tante Ambar.

“Oh itu. Fiandra dari tadi manggil Rasti dengan sebutan Mama. Mungkin saja kangen Mamanya. Makanya, Gi. Kapan kamu menikah lagi dan mencari ibu buat Fiandra,” ucap Tante Ambar. Kudengar helaan napas sepupuku itu.

“Mama kan tahu, enggak semudah itu nyari calon istri. Mungkin yang bisa menerima Egi saja banyak. Tapi, apa salah satu dari mereka bisa menerima Fian?”

Kata-kata Mas Egi benar. Jarang sekali mendapatkan wanita yang tulus menyayangi putra sambungnya zaman sekarang. Meski bukan tidak mungkin ada yang seperti itu di dunia ini. Mungkin hanya butuh waktu yang tepat saja.

“Eh iya, Oma punya kue enak lho di kulkas. Ikut, yuk. Kita makan kuenya bareng-bareng,” ajak Tante Ambar. Mungkin takut Laras putriku merasa lapar setelah pulang sekolah tadi.

Laras menurut dan menggandeng tangan Fiandra yang sepertinya cepat akrab dengan putriku. Mereka semua meninggalkan aku dan Mas Egi di ruang tamu berdua.

Mas Egi menanyakan kabar kami sekeluarga termasuk Mas Ezran. Kujawab dengan senormal mungkin sambil menyembunyikan kenyataan yang ada.

“Alhamdulillah, kami sekeluarga baik, Mas,” jawabku.

“Kulihat Mas Egi sekarang agak kurusan, ya. Meski masih setegap dulu,” candaku membuat sepupuku terkekeh.

“Mungkin karena enggak ada yang ngurus, Ras,” timpalnya, membuatku hanya mengangguk-angguk saja.

“Sepertinya Mas Egi terlalu sibuk bekerja. Kulihat dari seragam Mas Egi juga sudah naik pangkat, ya, Mas? Makin bangga dong Fiandra dan Tante Ambar,” godaku membuat tawanya pecah.

“Eh iya, Ras. Hanya ada yang kurang dalam hidupku. Jadi jomlo kadang enggak enak,” celetuknya.

“Mas Egi emang enggak punya pacar? Atau kenalan perempuan gitu.”

“Teman sih banyak. Tapi, untuk punya pacar, rasanya sudah bukan saatnya. Malu sama umur. Kalau bisa sih Allah ngasih istri saja, Ras. Yang pasti harus yang sayang beneran sama Fiandra,” terangnya dan aku hanya mengiyakan ucapannya.

Mas Egi yang dulu konyol dan kadang suka menggoda perempuan sebab dirinya salah satu playboy, kini telah berubah. Semenjak istrinya meninggal, ia menjadi terlihat dingin, atau mungkin banyak beban yang melekat di pundaknya kini. Pun, sepertinya menjadi lebih acuh terhadap perempuan.

Kudengar hampir setengah tahun lalu ia sempat membawa seorang wanita yang dia kenalkan sebagai calon istri, tetapi malah batal sebelum melamar. Katanya, terjadi perdebatan yang alot. Wanita itu tidak ingin tinggal dengan mertua dan menyuruh Mas Egi tidak membawa Fiandra setelah menikah dan pindah. Makanya, segalanya batal dan mereka putus.

Itu mungkin yang membuat Mas Egi lebih hati-hati lagi memilih pasangan. Dia tidak mau salah pilih, katanya.

Saat sedang asyik mengobrol dengan Mas Egi, kudengar suara bel berbunyi beberapa kali. Mas Egi berdiri dan membuka pintu rumah. Aku hanya memilih untuk meminum teh yang sudah dingin di atas meja. Sampai, suara panggilan seseorang menghentikan gerakanku.

“Sayang, Alhamdulillah ternyata kamu di sini. Kamu kenapa belum pulang ke rumah. Ponselmu juga tidak aktif,” ujar Mas Ezran seolah terlihat panik.

“Kamu enggak minta izin sama suamimu mau ke sini, Ras?” tanya Mas Egi di belakang Mas Ezran.

Aku bergeming. Bingung. Bagaimana aku menjelaskan ke kakak sepupuku itu?

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
KR_ Solin
sama mas Egi aja Rasti Thor.
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 82. Kebahagiaan yang Akhirnya Singgah (Tamat)

    7 tahun kemudian.“Sayang. Gimana anak-anak? Sudah ngasih tahu kalau mereka sebentar lagi punya adik?” kecup Mas Egi di puncak kepalaku dengan hangat.“Sudah, Mas. Tapi aku cemas. Aku kan sudah enggak muda lagi. Usiaku saja sudah lebih dari kepala empat. Gimana kalau aku tak bisa melahirkan normal?” ujarku sedikit khawatir. Pasalnya, kehamilanku sekarang sungguh tak biasa.Aku malah kebobolan dan hamil di usia pernikahanku yang menginjak tahun ketujuh. Apalagi, sekarang kami berdua sama-sama sudah tak muda lagi. Aku takut ini malah beresiko untuk janin di dalam kandunganku.Bahkan, Laras sekarang sudah berumur 24 tahun. Apa kata orang, bukannya dapat cucu malah memberikan adik lagi buat putra putri kami.“Tenang saja sih. Kan sekarang zamannya sudah canggih. Alat-alat penunjang kesehatan pun sudah lengkap. Jadi, kamu tak perlu khawatir. Semuanya pasti lancar. Tenang, ya,” ucap Mas Egi menenangkan.Awalnya, Laras memang terkejut dan syok akan mendapatkan adik di usia yang sudah sebesar

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 81. Kewajiban yang Akhirnya Tertunaikan

    Semenjak semalam, memang tak ada yang berubah dari sikap Mas Egi. Dia tetap menjadi suami dan ayah yang hangat untuk anak-anak. Bahkan, karena kebiasaan Fian yang memanggil suami baruku ini dengan sebutan Abi, anak-anak lain mengikutinya. Sampai dengan, kepergian kami ke Singapura pun berjalan dengan lancar. Di sana, aku, Mas Egi serta anak-anak menginap di hotel yang hanya berjarak 15,66 km dari Bandar Udara Internasional Changi Singapura.Aku sengaja menyewa dua kamar, satu untukku dan Mas Egi, lalu kamar lainnya untuk anak-anak dan Kiki. Untunglah, di hotel ini tersedia kamar yang terdapat dua kasur dalam satu ruangan, sehingga cukup untuk tidur anak-anak. Bagaimana tidak, kami berangkat satu keluarga ditemani Kiki juga. Total semuanya sekitar tujuh orang. “Sayang. Kita istirahat dulu, yuk. Mama dan Abi juga sudah lelah,” ajak Kiki kepada anak-anak sesaat setelah kami tiba di hotel. Asisten rumah tangga yang sudah kuanggap keluarga sendiri itu pun seolah mengerti situasiku sekar

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 80. Pasca Menikah

    “Mama. Yeeey akhilnya Fian bisa ketemu Mama. Fian kangen, pengen peluk,” pekik Fiandra dengan aksen cadelnya. Putra semata wayang Mas Egi dan sekarang juga sudah menjadi anakku pun menghambur ke dalam pelukan. Dia melingkarkan tangannya ke leher sambil sesekali mencium pipi, mau tak mau aku juga mencium gemas pipi putra sambungku ini.“Mama cantik banget, kaya peri yang ada di buku,” celetuk Fiandra membuatku tersenyum. “Makasih. Fian juga hari ini ganteng,” jawabku.“Fahri ganteng enggak?” tanya Fahri yang masih memandang ke arahku dan Fian. “Ganteng dong. Fian sama Fadil sama-sama anak Mama yang ganteng. Kalau gitu, peluk dong.”Fadil kembali memelukku bersamaan dengan Fiandra. Aku bersyukur, Mas Egi tak keberatan kalau aku tetap mengasuh Fadil dan Ana serta mengadopsi mereka, menjadikan keduanya bagian dari keluarga kami sekarang. Mas Egi sama sekali tak keberatan, bahkan dia cukup senang kalau keluarga kami akan banyak anak-anak. Menurutnya, Ana dan Fadil, mereka sama-sama anak

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 79. Pernikahan Kedua

    “Bukannya Ezran mau minta rujuk sama kamu?” cetus Mas Egi dengan nada suara yang seperti kesal.Hah? Dari mana Mas Egi tahu niat sebenarnya mantan suamiku tadi datang? Atau ini hanya kebetulan saja?“Dari mana Mas Egi tahu?”Aku terhenyak mendengarkan ucapan dari Mas Egi. Penasaran bagaimana dia bisa tahu maksud Mas Ezran databg ke sini? Padahal, jelas-jelas tak ada dia saat mantan suamiku itu meminta rujuk tadi.“Tebakan saja. Lagi pula, kami ini sama-sama laki-laki, jadi bisa tahu apa yang ada di pikirannya,” ujarnya sambil menyalakan mobil dan fokus ke depan.“Hmmm ... tapi ... aku tak mungkin kembali lagi padanya.” Mas Egi menoleh, alisnya menukik tajam.“Kenapa? Bukannya kamu masih mencintainya? Aku takkan menghalangimu, kamu masih bisa memikirkan segalanya sebelum pernikahan kita terjadi dan semuanya terlambat,” ketusnya.“Maksud Mas Egi ini apa? Aku memang sudah memaafkannya, tetapi untuk kembali kepada Mas Ezran itu mustahil. Aku sama sekali sudah tak merasakan apa pun untuk

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 78. Permintaan Rujuk

    “Diminum dulu, Mas, tehnya,” ucapku demi mengurai ketegangan yang ada.Mas Ezran mengangguk, kemudian meneguk teh hangat yang dihidangkan Kiki tadi. Menyesap kemudian meminumnya beberapa tegukan.“Jadi, berita rencana pernikahan kalian yang kudengar beberapa hari yang lalu di kantor polisi itu benar? Maaf, aku tak sengaja mendengar obrolan bawahan Mas Egi di sana saat menanyakan kasus Sinta.”“Iya, Mas. Aku dan Mas Egi memang memutuskan untuk menikah. Kami berdua sudah mendaftarkan surat-surat izin sebagai persyaratan. Hari ini, Mas Egi dan aku akan menghadiri sidang BP4R untuk mendapatkan pemberian izin nikah dari atasan Mas Egi,” jelasku.“Apa kamu yakin untuk menikah dengannya?” tanya Mas Ezran tiba-tiba. Membuatku sontak memandang heran.“Maksud Mas Ezran apa?” “Apa tak ada kesempatan kita ... untuk kembali lagi, Ras?” Akhirnya, aku tahu maksud pertanyaan Mas Ezran. Dia ingin memintaku untuk rujuk dan kembali berumah tangga kembali dengannya.Jujur, setelah semua yang telah terj

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 77. Kedatangan Ezran

    “Nyonya. Ada Pak Ezran datang,” panggil Kiki ketika aku tengah merias diri karena habis mandi.“Suruh masuk, Ki. Sebentar lagi aku ke sana. Oh iya, Bi. Laras masih belum berangkat, kan?”“Belum nyonya. Non Laras masih nunggu temannya di teras,” jelas Kiki. Pasalnya, putriku itu akan pergi bersama Alisa untuk kerja kelompok. Untuk Mas Ezran, aku tak tahu ada perlu apa dia datang ke rumah ini hendak menemuiku. Mungkin saja, ada kepentingan tentang Laras yang mendesak sehingga harus mengobrol denganku. Biasanya, mantan suamiku itu hanya mampir ke rumah untuk menemui Laras saja. Itu pun tak lama, mampir sebentar lalu Mas Ezran dan putriku akan pergi keluar bersama-sama. Mungkin saja menghabiskan waktu berdua yang jarang dilakukan karena kesibukan mantan suamiku itu.Tak seperti biasanya, seminggu bisa meluangkan waktu dua kali untuk bertemu dengan Laras, sekarang dia hanya datang dua minggu sekali. Lalu, sekarang Mas Ezran berniat menemuiku? Sebenarnya ada apa?“Ya sudah, Ki. Sebentar

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status