Share

Bab 25 : Meminta Maaflah

Author: Xiao Chuhe
last update Last Updated: 2025-06-01 12:06:11

Aku meringis pelan, terkejut saat Zhou Chenxi tiba-tiba menerobos kamarku dan menarik pergelangan tanganku dengan kencang.

"Ada apa, Kak? Kenapa Kakak tiba-tiba menarik tanganku seperti ini? Lepas, Kak, sakit!" Aku berusaha melepaskan diri dari cengkeramannya yang kuat.

"Diam! Kau harus bertanggung jawab!" Zhou Chenxi menghentikan langkahnya di depan kamar Chuanyan.

"Aku yang kau bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti!"

Zhou Chenxi mengabaikanku, dan kami memasuki kamar Zhou Chuanyan.

Begitu masuk, tubuhku membeku, menatap kosong tanpa mengedipkan mata. Suasana di kamar Chuanyan sangat suram.

Ayah dan Ibu duduk di tepi ranjang Chuanyan sambil menggenggam tangannya dan berdoa. Seorang tabib sedang melakukan hal terbaik untuk mempertahankan daya hidupnya.

Apakah …, dia kembali ke masa kritisnya?

Chuanyan. Aku lupa karena beberapa hari terakhir dia selalu terlihat sangat sehat. Bahkan dia duduk sangat lama saat Jenderal Ye datang tadi pagi.

Dia juga masih punya tenaga untuk ber
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 114 : Kesibukan Harian

    Fajar baru saja menyingsing ketika cahaya matahari pertama menyentuh kisi-kisi jendela kamarku. Aku membuka mata perlahan, kelopak mataku terasa berat, hawa dingin terasa semakin menusuk tulang. Tapi sebelum sempat meringkuk lagi dalam kehangatan selimut, suara ketukan pelan terdengar dari luar."Nyonya Muda …, hari sudah pagi. Air hangat sudah disiapkan," suara Chunhua terdengar lembut namun penuh semangat dari balik pintu.Aku menghela napas berat dan bangkit dari tempat tidur. Rambutku tergerai berantakan, tapi aku menepis keinginan untuk kembali berbaring.Sebagai Nyonya Muda dari Kediaman Jenderal Ye, tak ada kemewahan bernama 'malas-malasan di pagi hari'. Rumah ini adalah istana kecil, dan aku—penguasa kecil yang harus menjaga kehormatannya.Aku menoleh samping, tempat tidur Ye Qingyu kosong, dan sudah rapi kembali. Chunhua masuk ke dalam sambil membawa handuk kering. "Selamat pagi, Nyonya Muda." "Ye Qingyu pergi ke mana?" tanyaku. Chunhua tersenyum hangat. "Tuan Muda mening

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 113 : Diawasi

    "Ada satu kabar baik," ujar Ye Qingyu pelan, "dan satu kabar buruk."Aku masih duduk dengan tangan menyilang, mata menatap lurus ke arah suamiku yang kini duduk di pinggir tempat tidur dengan raut wajah lebih serius dari biasanya."Kau mau dengar yang mana dulu?" tanyanya.Aku mendesah pendek. "Bilang saja semuanya. Aku tak sedang ingin bermain tebak-tebakan tengah malam begini."Ye Qingyu mengangguk. Suaranya turun satu oktaf, tenang tapi berat—nada yang selalu ia pakai saat hendak menyampaikan sesuatu yang tidak akan kusukai."Ternyata, pria misterius yang memalsukan suratmu itu sering terlihat berada di beberapa rumah hiburan berbeda."Aku mendengus kecil. "Rumah hiburan lagi. Memang, sepertinya semua hal kotor dan mencurigakan selalu berawal dari tempat semacam itu."Tapi kalau memang seperti itu, harusnya aku segera meminta Ye Qingyu berhenti menyelidikinya lagi. Bagaimana jadinya jika dia malah kecanduan bermain di tempat hiburan karena terlalu sering menyelidiki di sana?"Tapi

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 112 : Cemburumu Besar Sekali

    Malam sudah terlalu larut ketika pintu kamar bergeser perlahan.Suara engsel yang berderit nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk membuatku mengerjapkan mata. Aku belum tidur. Hanya merebahkan diri dengan lampu minyak yang tinggal setengah nyala.Langkah kaki itu berhenti di sisi tempat tidur. Aroma dingin malam dan debu jalanan menempel di jubah panjangnya. Aku menoleh ke belakang, dia sudah berjalan mendekat, aroma tubuhnya yang khas tercium samar. Suamiku akhirnya pulang.Kupikir dia tak akan kembali malam ini. Bagaimana pun, terlihat jelas bahwa penyelidikan pria misterius itu memakan waktu cukup lama. Aku duduk tiba-tiba setelah mencium aroma lain yang sebenarnya tidak lagi asing. Gerakan itu membuat tubuh Ye Qingyu terlonjak sedikit. "Eh? Kau belum tidur?"Aku menatapnya datar. "Mana mungkin aku bisa tidur dengan tenang sebelum kau pulang."Nada suaraku mungkin terlalu tenang, tapi ada bara kecil di baliknya. Aku menatap dengan mata memicing, membiarkan Ye Qingyu menebak-neba

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 111 : Mengenali Siapa Dirimu

    Beberapa detik setelah kalimat itu lepas dari bibirku, kami terdiam. Bahkan napasku sendiri terdengar terlalu keras. Waktu seolah berhenti, membeku di antara desir angin dan ketegangan yang menggantung di udara.Xin Jian tidak langsung menjawab.Ia mundur setapak, menatapku lurus-lurus. Matanya yang biasanya dingin seperti baja, kini tampak berkabut. Tidak, bukan karena bingung. Tapi karena dia sedang menimbang sesuatu."Apa kau serius?" tanyanya akhirnya. Suaranya datar, tapi sorot matanya tidak.Aku diam. Tanganku meremas jubah di sisi paha, tidak terlalu kencang, tapi cukup membuat kuku menekan kulit."Aku hanya bertanya," bisikku. "Hanya ingin tahu apakah itu mungkin untuk dilakukan."Xin Jian menautkan alisnya. Ia tidak berkata apa-apa selama beberapa saat. Namun aku tahu betul, di kepalanya kini pasti sedang berlangsung perdebatan sengit. Tentang beberapa pertanyaan yang mungkin tidak berani dia tanyakan. "Apa kau penasaran …, kenapa aku bisa memikirkan hal buruk seperti itu?"

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 110 : Terpikirkan Hal Berbahaya

    Angin pagi menggoda ujung lengan bajuku, mencuri kehangatan yang sempat tersisa dari pelukan selimut semalam. Di sampingku, Ye Qingyu berjalan dengan langkah santai, tangan kirinya terlipat di belakang punggung, sementara tangan kanannya menenteng bungkusan kecil berisi makanan kering yang disiapkan Chunhua tadi pagi untuk perjalanan Ayah dan Ibu Mertua. "Kalau Ibu mengeluh makanan di perbatasan terlalu hambar, kau jangan bilang itu masakan Chunhua," gumamku, separuh mengingatkan, separuh menyindir, karena aku tahu Ibu bisa sangat jujur …, dan menyakitkan.Ye Qingyu terkekeh kecil, suara tawanya dalam, seperti embusan angin yang membawa tawa musim gugur."Aku akan bilang itu kiriman dari pasar rakyat. Kalau rasanya buruk, maka salahkan rakyat."Aku menahan senyum. "Jadi suami yang licik, ya?"Ia menoleh padaku, senyumnya tetap tinggal di sudut bibirnya. "Kalau demi melindungi istri sendiri, licik pun tak masalah."Hati ini …, entah kenapa, makin lama makin tidak tahu diri.Perjalana

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 109 : Dukungan Penuh

    Beberapa detik, hanya suara lentera yang berdetak pelan."Aku belum menemukan apa pun."Aku menatapnya dalam-dalam. Biasanya Ye Qingyu tidak akan berkata seperti itu jika dia belum menggali habis-habisan."Apakah …, benar-benar tidak ada petunjuk?" Ye Qingyu menggeleng. "Jingxi, di Beizhou, jarang ada orang yang mengetahui seperti apa aroma dafnah itu. Karena mereka tidak menggunakan daun dafnah sebagai campuran tinta jelaga." "Saat orangku menanyai pengurus rumah hiburan itu tentang apakah ada pria yang beraroma dafnah, mereka justru bertanya balik seperti apa aroma dafnah itu. Orang itu juga tidak tahu seperti apa aromanya.""Pada awalnya, penyelidikan terhenti di sana. Aku memutuskan untuk turun tangan langsung dan menyebutkan ciri-ciri pria itu, tinggiebih dari 190cm dan kurus. Memakai pakaian dan jubah gelap." "Deskripsi itu sudah benar. Hanya saja, rumah hiburan adalah tempat favorit banyak pria. Terlebih saat itu adalah malam tahun baru. Ada lebih dari dua puluh pria bertubu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status