Home / Romansa / Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku / Bab 3 : Perjamuan Bunga Musim Gugur

Share

Bab 3 : Perjamuan Bunga Musim Gugur

Author: Xiao Chuhe
last update Last Updated: 2025-05-19 11:32:24

Setelah terpikirkan solusi itu, aku mengingat seorang pria dari kehidupanku yang sebelumnya, dia cukup menarik perhatian para gadis dari keluarga bangsawan besar seperti Zhou Chuanyan.

Pada saat aku berusia dua puluh empat tahun, Keluarga Jenderal Ye kembali menggemparkan seluruh Beizhou.

Beliau memiliki tiga orang anak yang semuanya adalah laki-laki. Putra Pertama, Ye Tinghan telah memenuhi tugasnya sebagai jenderal setelah ditugaskan di Perbatasan Barat, Nanzhou.

Lalu putra keduanya, Ye Xuanqing menjadi jenderal bawahannya di Perbatasan Utara, tempat tinggal kami, Beizhou.

Lalu ada seorang putra bungsu, bernama Ye Qingyu yang sebelumnya tidak begitu menonjol, tapi tiba-tiba begitu terkenal di seluruh dinasti setelah mengalahkan lima puluh ribu pasukan barbar hanya dengan membawa sepuluh ribu pasukan kavaleri yang lemah.

Pada tahun itu, prestasinya benar-benar merubah pandangan seluruh dunia. Karena dulunya Ye Qingyu tidak pernah dipandang tinggi oleh masyarakat Beizhou meski dirinya berasal dari keluarga Jenderal terpandang.

Ya …, bisa dibilang kami bernasib serupa. Hanya saja dia berusaha untuk merubah nasibnya, tidak seperti aku yang tidak berani melangkah lebih jauh meski jalan di depan memiliki berbagai tujuan yang lebih baik.

Kalau aku memilikinya sebagai suamiku, bukankah aku bisa pergi dari rumah ini? Dengan gantinya, aku akan membantu Ye Qingyu mencapai kesuksesannya lebih awal dari kehidupan sebelumnya.

Masalahku sekarang adalah …, bagaimana caranya aku bisa bertemu dengannya?

Aku tidak pernah keluar dari kediaman dan tidak tahu bagaimana rupa Ye Qingyu itu.

Ah ….

Karena ini awal musim gugur saat usiaku tujuh belas tahun, itu artinya Kediaman Jenderal Ye belum mengadakan perjamuan bunga musim gugur yang diadakan setiap tahun itu, kan?

Di kehidupan sebelumnya, Zhou Chuanyan diundang untuk menghadiri perjamuan itu juga. Karena dia adalah putri penguasa kota ini, tentu saja dia merupakan tamu terhormat yang diundang Nyonya Besar Ye dalam perjamuannya.

Aku harus bisa mengikuti perjamuan itu bersama Zhou Chuanyan untuk bisa bertemu dengan Ye Qingyu.

Setelah itu, rencana berikutnya bisa dipikirkan pelan-pelan.

***

Pada hari perjamuan bunga musim gugur itu tiba, Zhou Chuanyan berpikir untuk hanya membawa pelayannya saja dari pada mengajakku yang kakaknya sendiri.

Lalu kakak laki-laki kami, Zhou Chenxi menerobos keributan untuk ikut campur.

"Hei, Zhou Jingxi, orang sepertimu memangnya punya gaun sebagus apa untuk kau pamerkan di Kediaman Jenderal Ye? Jangan-jangan kau hanya mau pakai baju lusuh itu? Mau mempermalukan keluargamu atau bagaimana?"

Aku mengepalkan tangan dengan kesal, "Aku juga punya pakaian bagus yang kupakai untuk mengikuti perjamuan itu. Kenapa aku tidak boleh ikut padahal aku sama-sama gadis dari keluarga ini?"

Zhou Chuanyan tidak membalasnya dengan kalimat lembut yang menusuk seperti biasa. Tatapannya saat menatapku pun berbeda.

Seolah dia tidak menyangka dengan apa yang kulakukan hari ini.

Yeah …, tentu saja Karena Zhou Jingxi yang dulu, pasti akan merengek dan memohon pada Ibu agar aku bisa mengikuti adikku dengan alasan menjaganya.

Tapi aku ingin ikut bukan untuk menjaga orang lemah ini. Aku punya tujuanku sendiri.

Aku, Zhou Jingxi. Sudah bertekad tidak akan menjadi budak orang lemah lagi.

Karena keras kepalaku ini, Zhou Chuanyan tersenyum lembut dan memegang kedua tanganku dengan hangat. "Kakak tidak perlu mengkhawatirkanku, aku bisa menjaga diri sendiri dengan baik."

Haha ….

Sudah pasti dia akan mengatakan itu.

"Siapa yang bilang kalau aku mengkhawatirkanmu? Aku hanya mengambil hakku sebagai putri keluarga ini. Lagi pula tidak ada larangan dari Nyonya Besar Ye yang menyebutkan bahwa aku tidak boleh datang, kan? Kenapa kau sibuk sekali salah paham sendiri?"

"Zhou Jingxi!" Ibu berteriak.

Aku terhenyak sedikit. Berusaha tidak menggoyahkan tekadku yang sudah bulat ini.

"Eh, hehe …, Kakak ada benarnya juga. Aku minta maaf karena tidak memahami Kakak dengan baik. Aku tidak tahu kalau Kakak juga tertarik dengan perjamuan bunga musim gugur …."

"Biasanya kan, Kakak hanya menyukaiku, merebus obat untukku, dan menyelimutiku saat aku tidur. Aku tidak menyangka ternyata Kakak memiliki kegemaran lain juga." Zhou Chuanyan tersenyum licik.

Aku mengernyit jijik, "Kenapa kau percaya diri sekali? Kalau bukan karena Ibu dan Ayah yang memintaku merawatmu, memangnya aku sudi melakukan itu? Buang-buang waktu dan saja."

Plak!!

Aku memegangi pipiku yang berdenyut nyeri, rasa panas menjalar dengan cepat. Aku menatap Ibu dengan pupil mata bergetar.

Mentalku selalu saja lemah setiap kali Ibu melakukannya. Lidahku tiba-tiba kelu dan tidak mampu mengatakan pembelaan apa pun lagi.

"Zhou Jingxi, sejak kapan kau tumbuh menjadi anak yang begitu tidak tahu terima kasih?!"

"Kalau bicara tentang tidak tahu terima kasih, bukankah itu lebih cocok digunakan untuk mengatai Zhou Chuanyan? Kapan dia pernah berterima kasih padaku yang sudah merawatnya selama lima tahun ini?" aku menatap datar ke arah adikku yang lemah itu.

"Dasar anak tak tahu diri—!"

"Ibu! Jangan memukul Kakak lagi!" Zhou Chuanyan merentangkan kedua tangannya sambil berseru membelaku.

"Ka-karena Kakak ingin ikut, kenapa tidak kita biarkan saja? Lagi pula aku memang merasa lebih baik kalau ada Kakak di sampingku. Aku …, merasa ada orang yang akan melakukan apa saja demi keselamatanku karena ada Kakak." Zhou Chuanyan menatapku dan tersenyum.

Sudahlah. Terserah katanya saja. Aku tidak peduli dia mau menganggapku apa. Yang penting aku harus menghadiri perjamuan itu.

Kalau ini masih kehidupan sebelumnya, aku akan tersenyum sambil merasa bangga mendengar kalimat yang seolah 'pujian' itu.

Tapi sekarang aku mengerti. Bagi Zhou Chuanyan, aku hanya seorang kakak yang bisa dimanfaatkan sesuka hatinya. Dan akan dibuang kalau sudah tidak berguna lagi.

Aku sudah kenyang mengalami hal buruk karena keegoisan Zhou Chuanyan. Jadi aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.

***

Perjamuan Bunga Musim Gugur.

Aku tidak menyangka akan menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan begitu tiba di tempat yang penuh kemewahan itu.

"Dasar bajingan tak tahu diri! Seharusnya kau tidak muncul di sini! Akan seperti apa pandangan para gadis bangsawan itu karena datang jauh-jauh tapi malah anak haram sepertimu yang menyambut mereka? Ye Qingyu, kau mulai berani membantah?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lie Xue Ie
Bukananak kandung mereka barangkali ya si zhou jing xi ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 253 : Terungkap

    Aku keluar dari paviliun, menggenggam erat lengan Ye Qingyu. Kunci tembaga itu terasa dingin di telapak tangan Ye Qingyu, tetapi menghangatkan keyakinan yang baru kutemukan. Ayah tidak meninggalkanku tanpa harapan. Dia meninggalkan peta.Biksu tua itu masih menyapu, gerakannya kini tampak lebih lambat, seolah bebannya baru saja digandakan."Biksu," panggilku, suaraku kini lebih tegas, tidak lagi dipenuhi keraguan. Aku menunjukkan kunci itu padanya. "Ayahku meninggalkan ini. Kunci ini bukan untuk paviliun, ini untuk tempat lain. Tolong, jangan sembunyikan lagi. Aku harus tahu di mana Ibu dimakamkan."Biksu itu berhenti menyapu, membalikkan badannya. Ia tidak menatap kunci itu, ia menatap mataku, mata yang ia katakan mirip dengan mata Ayahku."Tuan Yu… dia selalu khawatir," ujarnya, menghela napas yang dalam dan berdebu. "Dia tahu akan ada orang yang datang mencari. Dia sudah meramalkannya. Itu sebabnya dia menyembunyikan kunci itu begitu dalam. Tapi dia tidak pernah ingin kau datang, G

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 252 : Jejak Kenangan yang Tertinggal

    Perjalanan itu terasa seperti berbulan-bulan, bukan hanya hitungan hari. Setelah memacu kuda sejak fajar, akhirnya kami tiba di Kota Suzhou.Suzhou adalah antitesis sempurna dari kekacauan berdarah yang menjadi latar belakang kisah Ayah. Kanal-kanal airnya tenang, jembatan batunya melengkung anggun di atas perairan yang gelap, dan udara dipenuhi aroma lotus dan teh hijau. Ini adalah kota kedamaian, tempat yang terlalu indah untuk menjadi lokasi rahasia terburuk dalam hidupku."Ini adalah tempat terakhir mereka hidup tenang," bisikku pada Ye Qingyu saat kami berjalan kaki, menuntun kuda kami melalui gang-gang sempit.Ye Qingyu mengangguk. "Aku tahu kenapa beliau memilih tempat ini." Ketenangan yang alami, penduduk ramah, tempat-tempat yang mudah dikenang …. Tempat yang layak untuk menikmati hidup setelah terasingkan dari dunia yang ramai. Kami mencari Kuil Nan Yang, nama yang samar-samar kudengar disebut oleh salah satu pelancong yang kami temui di jalan. Setelah bertanya beberapa ka

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 251 : Perjalanan Panjang

    Kami meninggalkan Gerbang Kediaman Ye saat fajar masih merah jambu, udara pagi yang dingin mencengkeram jubah kami. Aku tahu kami telah membuat keputusan yang benar. Meninggalkan Zhaoyu memang menyakitkan,pelukan terakhirnya malam tadi terasa seperti merobek sedikit jiwaku, tetapi beban yang dibawa Yu Yan kini terasa seperti racun yang harus dikeluarkan sepenuhnya dari tubuhku agar aku bisa menjadi ibu dan istri yang utuh.Di sebelahku, Ye Qingyu berjalan tegap, memimpin kuda yang dia datangkan khusus dari perbatasan. Ia tidak pernah mengeluh. Di hadapannya, jarak lima sampai tujuh hari menuju Suzhou hanyalah angka, ia hanya melihat tujuannya, yaitu kedamaian hatiku.Hari pertama adalah tentang transisi, meninggalkan kenyamanan Kota Beizhou, menyesuaikan diri dengan pelana yang keras, dan membiarkan diri kami diselimuti oleh alam. Kami memiliki dua kuda yang kuat, tetapi kami memilih untuk bergantian berjalan kaki sesekali untuk mengistirahatkan punggung kami dan berbagi keheningan.

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 250 : Petunjuk Baru

    Keheningan malam di ruang baca terasa berat, jauh lebih dingin dari udara yang menyusup dari jendela. Surat-surat yang ditinggalkan Yu Yan terhampar, bukan lagi sebagai peninggalan, melainkan sebagai peta yang penuh lubang hitam, lubang-lubang yang menelan jawaban atas kelahiran dan pengkhianatan. Aku bersandar pada kursi kayu, melamunkan sesuatu yang tidak jelas. Aku telah menemukan banyak hal, masa kecil Ayahki yang tertekan, pengkhianatan takhta, dan kesetiaan Ibunya, Xiao Yu. Namun, detail yang paling penting, tragedi yang memicu dendam gila Ayah, sengaja dihilangkan. Atau memang sejak awal memang tidak pernah dituliskan. Bagian yang menjelaskan bagaimana aku dilahirkan? Bagaimana aku berakhir di Keluarga Zhou? Mengapa Ayah meninggalkanku? Aku tahu, Kuil di Kota Suzhou adalah lokasi terakhir yang damai sebelum kehancuran, satu-satunya tempat yang mungkin menyimpan jejak fisik yang gagal dimusnahkan oleh Ayahku. Tidak, aku lebih yakin dia memang meninggalkan sesuatu di san

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 249 : Surat-surat Masa Lalu

    Saat sedang sendirian, aku mulai membuka isi surat itu satu-persatu. Dia menceritakan banyak hal, sepertinya beberapa hal dianggap penting atau dia menganggap semua yang tertulis di sini harus disampaikan padaku. Seperti bagaimana masa kecilnya, saat ia tiba-tiba ditunjuk sebagai putra mahkota pengganti dan mempertaruhkan kesehatannya demi menjalankan tugas-tugas berat selama kehidupan masa kecilnya. Yu Yan tidak terobsesi dengan kekuasaan. Ibunya, dalam hal ini nenekku, selalu mengajarinya untuk selalu menerima apa pun yang diberikan padanya meski itu terasa tidak memuaskan. Tapi setelah mengetahui bahwa Pangeran Pertama mengidap suatu penyakit yang tidak memungkinkannya untuk mewarisi takhta di masa depan karena masa hidupnya yang singkat, Kaisar pada saat itu langsung menunjuknya sebagai putra mahkota pengganti. Dan bahkan melimpahkan tugas-tugas yang lebih banyak dari yang biasanya diterima seorang putra mahkota. Ayahku menuliskan bahwa saat itu dia merasa mungkin Kaisar hanya

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 248 : Zhaoyu …, Putri Kami

    Senja sudah hampir tenggelam ketika aku pulang dari kediaman Chuanyan. Angin dingin dari pegunungan menyelinap dari sela-sela pintu begitu aku melangkah masuk. Di tangan kiriku, setumpuk amplop itu terasa berat, bukan karena jumlahnya, tapi karena segala sesuatu yang mungkin menunggu di dalamnya. Entah apa yang ayah tulis …, entah rahasia apa yang dia tinggalkan.Namun belum sempat aku menyimpan napas panjang, suara tangis melengking terdengar dari dalam kamarku."Uwaaah …, waaahh …!!!"Aku dan Ye Qingyu langsung memutar tubuh. "Zhaoyu?"Suaranya makin keras. Menembus dinding-dinding kediaman seperti jeritan kecil yang menuntut dunia berputar hanya untuk dirinya.Ye Xuanqing muncul dari balik tirai ruang dalam, wajahnya lesu tapi tetap lembut seperti biasa. "Dia sudah begitu sejak tadi. Dari sebelum kau pulang. Mungkin merasa kau lama sekali …." Dia menghela napas sambil menggaruk kepala yang jelas-jelas tidak gatal. "Atau mungkin aku yang tidak pandai menenangkannya."Ye Qingyu mende

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status