Share

Bab 4 : Nikahi Aku!

Author: Xiao Chuhe
last update Last Updated: 2025-05-19 11:34:40

Kereta kuda merapat di halaman luas Kediaman Jenderal Ye. Rupanya kami bukan yang pertama kali datang.

Karena ada tiga kereta lain yang sudah tiba lebih dulu. Zhou Chuanyan dengan hati-hati menurunkan kakinya dan menginjak tanah.

Pelayannya segera membantunya berdiri. Aku menatapnya dengan iba.

Aku tidak tahu kenapa Zhou Chuanyan bisa memiliki tubuh selemah itu. Katanya penyakit bawaan lahir memang sulit disembuhkan.

Karena itulah aku jadi menghabiskan seluruh hidupku untuk merawatnya di kehidupanku sebelumnya. Karena saat itu aku merasa sangat kasihan padanya.

Bagaimana pun, memangnya siapa yang ingin terlahir dengan tubuh penyakitan begitu? Hal itu pasti menyakitkan Zhou Chuanyan sejak kecil. Jadi aku ingin membantunya sebisaku.

Tapi ternyata Zhou Chuanyan menyalahartikan rasa peduliku padanya. Dan mulai memanfaatkanku untuk kepentingannya sendiri.

Bahkan gadis sepolos dan selembut bunga mawar ini ternyata menyembunyikan durinya dengan baik. Dan menusuk di saat yang tak terduga.

"Kakak, bisakah kau jangan mempermalukan keluargamu saat masuk ke dalam nanti?" Zhou Chuanyan menyamai langkahku dan membisikkan kalimat itu.

Aku meliriknya dengan ekor mataku, "Memangnya kau pikir aku seburuk apa?"

"Apa?!" Zhou Chuanyan terlihat bingung, "A-apa maksud Kakak?"

"Apa kau pikir aku akan diam saja dimanfaatkan seperti itu olehmu? Zhou Chuanyan, aku hanya akan mengatakannya satu kali. Jadi kau dengarkan dengan baik." Aku mendekatkan mulutku ke telinganya.

"Aku, Zhou Jingxi, bukan anjing yang bisa kau suruh-suruh sesuka hatimu. Dan aku, bukan orang yang akan tunduk begitu saja pada orang lemah sepertimu."

Zhou Chuanyan menghentikan langkahnya dengan kikuk. Aku yakin sekarang dia gemetar ketakutan.

Orang yang selama ini dengan mudah dibodohinya, tiba-tiba mengancamnya seperti itu. Memangnya siapa yang tidak akan terkejut?

Tapi terserahlah. Aku datang ke sini bukan untuk berurusan dengan Zhou Chuanyan juga. Jadi aku akan segera masuk dan mencari keberadaan Ye Qingyu.

Namun, begitu masuk ke kediaman itu, aku justru melihat pemandangan tak terduga yang amat mengejutkan.

"Dasar bajingan tak tahu diri! Seharusnya kau tidak muncul di sini! Akan seperti apa pandangan para gadis bangsawan itu ketika datang jauh-jauh tapi malah anak haram sepertimu yang menyambut mereka?"

Aku menutup mulutku saking terkejutnya. Anak haram katanya? Siapa anak haram di Kediaman Jenderal Ye? Apakah ada hal seperti itu di kehidupan sebelumnya?

Tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan seseorang di sisi taman bunga ini—untuk mencari Ye Qingyu, aku memisahkan diri dari para gadis itu.

Tapi aku malah menemukan sesuatu yang tidak seharusnya kulihat!

"Aku menerima perintah dari Kakak Pertama!" seruan lain terdengar.

"Ye Qingyu, kau mulai berani membantah?"

BUGH!

Astaga. Aku segera berlari mendekat untuk memastikannya setelah mendengar nama itu disebut.

Ye Qingyu katanya?

Mataku membulat sempurna saat melihat seorang pria sedang memukuli pria lainnya. Pria yang dipukul tampak sudah babak belur, tapi dia memakai pakaian rapi yang sepertinya dipakai untuk menyambut tamu perjamuan bunga ini.

Jadi dia itu Ye Qingyu, ya?

Meski beberapa titik di wajahnya tampak lebam, dia memiliki wajah yang tampan. Garis rahangnya terlihat indah, alis tebal dan matanya yang tajam itu ….

Memang orang yang akan menjadi jenderal besar di masa depan. Penampilannya tidak diragukan lagi.

Orang-orang mungkin tidak akan menyangka karena tidak pernah melihatnya sebelumnya.

Bahwa meskipun Ye Tinghan sangat hebat dan Ye Xuanqing sangat berbakat, tapi Ye Qingyu-lah yang akan menjadi Jenderal Besar Ye selanjutnya. Dia ahli strategi perang terbaik sepuluh tahun ke depan.

Karena itulah aku mengincar pria ini untuk merubah nasibku sebagai putri yang hidup hanya untuk merawat adiknya yang sakit.

Aku ingin mendekat dan menyelamatkannya, tapi aku tidak punya keberanian sebesar itu untuk berurusan dengan Ye Xuanqing yang terkenal sombong dan kejam itu.

Aku mohon maaf padamu karena tidak menyelamatkanmu, Ye Qingyu …. Tapi aku akan mati lagi kalau ikut campur sekarang, kan?

"Oh?" aku bergumam pelan, Ye Xuanqing pergi dari tempat itu setelah membuat Ye Qingyu kesusahan berdiri karena luka-lukanya.

Aku segera berlari menghampiri pria itu. Kalau tidak salah, seharusnya dia berusia dua puluh tahun sekarang, kan? Karena usianya saat mencapai kesuksesan saat itu adalah dua puluh tujuh tahun. Selisih di antara kami adalah lima tahun.

"Kau baik-baik saja?" Aku mengulurkan tanganku.

Ye Qingyu mendongak dengan wajah datar.

Ah …, sampai kapan aku akan mengulurkan tanganku? Dia terlihat termenung tanpa meraih tanganku sama sekali.

Atau dia malah tidak berniat berdiri?

Yasudah kalau begitu, aku kembali menarik tanganku dan berjongkok di depannya.

Aku mengambil langkah berani dengan memeriksa luka berdarah di lengannya. Sepertinya dia tergores karena terjatuh menghantam pohon, ya …. Pasti sakit sekali.

Aku segera mengeluarkan bubuk luka—untuk meredakan sakit saat terluka. Aku membawanya untuk berjaga-jaga karena sudah mengira akan ada kejadian semacam ini.

Aku membuka botol kecil ini untuk mengobati Ye Qingyu, "Tolong ulurkan tanganmu yang satunya, apakah ada lukanya juga?"

Tapi yang benar saja?! Dia diam saja meski aku mengajaknya bicara!

Ah, sial …

Kalau begitu aku bergerak sendiri saja. Menarik tangan kirinya dan memeriksanya sendiri.

Ah, rupanya tangan kirinya baik-baik saja, selain ada goresan luka lain yang sudah kering dan hampir sembuh.

"Omong-omong, kau ini Tuan Muda Ketiga Ye, kan? Kenapa kau bisa berada di sini?"

"Cih." Ye Qingyu baru bersuara. Berdecih seolah-olah aku sangat mengganggu baginya.

"Maksud pertanyaanku adalah, ini kan perjamuan bunga untuk wanita, jadi ini bukan tempat yang wajar untuk seorang pria." Aku mengoreksi kalimatku, siapa tahu dia mau jawab?

....

Ye Qingyu diam saja.

Tapi biarkan saja. Perlahan aku pasti bisa melunakkan hatinya.

"Kenalkan, namaku Zhou Jingxi. Seseorang yang tinggal di Kediaman Adipati Agung Zhou …."

"Setahuku Tuan Adipati Agung tidak memiliki anak perempuan yang sepertimu." Ye Qingyu memotong kalimatku.

Sudah kuduga dia tidak mengenalku. Aku terlalu mengurung diri di kamar untuk merawat adikku yang sakit. Bagaimana mungkin Ye Qingyu tahu kalau aku adalah putri adipati?

Aku tersenyum, "Aku juga baru tahu kalau ada orang sepertimu di Kediaman Jenderal Ye."

Ye Qingyu melotot, "Kamu—"

"Kenapa?"

Ye Qingyu membuang wajah untuk menghindari tatapanku.

"Kau menolak bantuanku karena aku mengaku-ngaku sebagai Putri Adipati Agung? Atau karena aku memang Putri Adipati Agung?"

"Bicara apa sih."

"Hei, hei …, apakah punggungmu berdarah? Sepertinya pakaianmu basah, permisi dulu." Aku menyentuh punggungnya.

Jemariku yang menyentuh pakaian basah itu berwarna merah. Aku terkejut, "K-kau berdarah!"

Ye Qingyu merebut botol obat dari tanganku. "Terima kasih. Jangan ikut campur lagi." Lalu dia berdiri dan meninggalkanku begitu saja.

Ah …. Tidak bisa. Kalau sekarang gagal, aku mungkin tidak akan punya kesempatan untuk bicara dengannya lagi.

Aku tidak mau menahannya meski hanya beberapa hari saja. Setidaknya aku harus menyampaikan tujuanku menemuinya. Aku harus berhasil hari ini!

Aku berlari ke arahnya dan menarik tangannya dengan kencang. Ye Qingyu berbalik sambil menatapku tajam. "Kau mau apa lagi?!" geramnya.

Walaupun nanti dia akan mengira aku adalah gadis 17 tahun yang gila …. Tapi aku memang gila, kenapa tidak kukatakan sekarang saja?

"Ye Qingyu, nikahi aku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 108 : Kalau Bertemu Lagi

    Saat matahari akhirnya bersembunyi di balik atap-atap berlapis salju, aku dan Xin Jian kembali ke kediaman lewat jalur samping. Angin mulai menggigit lebih dalam, dan jalanan pelan-pelan disapu bayangan malam.Begitu tiba, langkah kami terhenti mendadak ketika melihat seseorang duduk tenang di atas kudanya, tepat di depan pintu gerbang kecil kediamanku.Ye Xuanqing.Jubah perangnya rapi, rambutnya diikat tinggi. Kuda perbatasannya yang berbulu hitam pekat tampak gelisah menjejak tanah, seolah tahu bahwa pemiliknya akan pergi jauh sekali.Xin Jian mengembuskan napas panjang. "Oh. Dia masih di sini."Aku menatap mereka secara bergantian. "Xin Jian, kurasa kau harus—""Aku tidak akan menahannya kalau dia memang ingin pergi." Potong Xin Jian sambil tetap berjalan. Tapi baru lima langkah, suara langkah kuda berhenti, dan Ye Xuanqing turun.Langkahnya mantap. Pandangannya langsung menatap lurus ke arah Xin Jian."Aku ingin bicara sebentar."Aku memilih menahan diri untuk tidak ikut campur.

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 107 : Monster

    Langit Beizhou siang ini cerah dan nyaris terlalu biru untuk musim dingin. Salju yang masih tersisa di atap-atap rumah tampak memantulkan cahaya lembut, menyilaukan mata. Aku menyipitkan pandangan saat keluar dari kediaman, mengenakan mantel panjang dengan kerah berbulu rubah putih. Di belakangku, suara langkah kaki cepat terdengar, berisik seperti itik masuk pasar."Menungguiku sejak kapan?" tanyaku malas, tidak perlu menoleh pun aku sudah tahu siapa pelakunya."Sejak sebelum matahari naik," jawab Xin Jian, melangkah setengah berlari ke sampingku sambil menepuk-nepuk kedua tangannya yang tampak membeku. "Aku pikir kita akan pergi pagi-pagi sekali untuk berburu sarapan legendaris di Kota Beizhou, tapi nyatanya kau bahkan sempat minum dua cangkir teh dan menyisir rambutmu sebanyak lima kali!""Berburu sarapan?" Aku mengangkat alis. "Kupikir kau hanya ingin mencari keberadaan Ye Xuanqing yang katanya 'kabur karena rasa malu akibat kelelahan'.""Dia tidak kabur," bantah Xin Jian sambil

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 106 : Mengobrol Dengan Mertua

    Setelah bermalas-malasan satu hari di kamar sambil memulihkan diri, aku tidak bisa lagi menahan kebosanan ini. Pagi-pagi sekali, aku mempersiapkan diri untuk pergi ke Aula Utama dan menyapa Ayah dan Ibu. Chunhua membawa nampan berisi teh osmanthus yang biasa dia seduhkan untukku. Sesampainya di Aula Utama, aku tersenyum hangat dan sedikit menekuk lutut. "Zhou Jingxi memberi salam untuk Ayah dan Ibu Mertua."Ibu Mertua tersenyum, mempersilakanku duduk. Aku menatap Chunhua, dia berjalan ke depan dan meletakkan teko itu di atas meja di antara Ayah dan Ibu Mertua. Ayah mencium harumnya, lantas menceletuk, "Aroma osmanthus yang harum." Aku tersenyum. "Aku melihat Ayah dan Ibu Mertua juga kelelahan selama berada di rumah dan tidak beristirahat dengan baik. Aku mendapat kesempatan untuk beristirahat seharian penuh, tapi Ayah dan Ibu Mertua masih disibukkan dengan pekerjaan militer." "Aku merasa harus menunjukkan bakti di saat seperti ini. Teh ini dibuat oleh pelayanku, Chunhua. Semoga A

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 105 : Beberapa Menit Sebelum Tidur

    Saat suara-suara terakhir dari aula besar mulai menghilang, langkah kakiku menyusuri koridor menuju kamar terasa jauh lebih ringan daripada saat aku datang. Langkah kemenangan memang tidak pernah berat. Chunhua membukakan pintu, aku berjalan masuk dan melepaskan jubah buluku, Chunhua mengambilnya, lalu membungkuk kecil sambil berkata, "Saya akan menyiapkan air hangat untuk mencuci kaki, Nyonya Musa.”Aku hanya mengangguk pelan, lalu mengambil posisi duduk di tepi ranjang. Suasana kamar telah ditata ulang. Lampu gantung dimatikan, digantikan cahaya lembut dari lampu minyak di sudut ruangan. Aromanya harum dan tenang, aroma dupa yang hanya digunakan saat aku hendak tidur.Tanganku mengangkat lapisan luar pakaianku, membuka kancing pita emas di bahu dan membiarkannya jatuh separuh. Kulit bahuku terbuka, terkena dingin sebentar, lalu perlahan terbiasa.Saat terdengar langkah kaki di lorong, aku menoleh ke arah pintu, Chunhua sudah mau datang, aku meluruskan kaki dan memejamkan mata. Pi

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 104 : Hadiah di Tangan, Kehancuran di Dada

    Setelah suara musik terakhir berhenti berdenting dan kudapan manis terakhir diletakkan di atas piring giok, para tamu mulai bersiap untuk meninggalkan aula. Namun, sesuai tradisi keluarga bangsawan, tak seorang pun diperkenankan pergi sebelum satu sesi terakhir diumumkan—pembacaan daftar hadiah, simbol pertautan rasa dan kekuasaan.Bibi Chun, selaku Kepala Pelayan Kediaman Ye, melangkah maju ke panggung kecil di sisi kanan aula. Gaunnya menjuntai rapi, suara langkahnya tenang, namun tegas. Di tangannya, ia membawa gulungan kain merah berbordir bunga lotus keemasan—samar berkilau di bawah cahaya lampu gantung di atasnya, seperti bunga suci yang tumbuh dalam bisu.'Sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan untuk mencatat silaturahmi yang terjalin malam ini," ucapnya lantang, suaranya jernih dan datar namun memuat otoritas bertahun-tahun dalam mengatur ritus keluarga, "berikut adalah daftar hadiah yang diterima oleh Nyonya Muda keluarga Ye dari para tamu undangan yang terhormat."

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 103 : Akar Tumbuh Menjadi Duri

    Saat penari-penari mulai masuk dan melenggak-lenggok anggun di tengah aula, Chunhua menuangkan teh di cangkirnya, tapi setelah itu tidak menyentuhnya sama sekali.Zhou Chenxi meletakkan teko berisi arak dengan sedikit tenaga, dia melirikku dengan tatapan tajam. "Aku tak menyangka kau bisa menyusun pesta sebesar ini. Bahkan aku mendengar dari kepala pelayanmu bahwa tamu yang hadir hampir melebihi pesta ulang tahun Adipati Agung dua tahun lalu."Zhou Chenxi. Suaranya tenang, tapi tidak bisa menyembunyikan kegetiran.Aku menoleh padanya, senyumku lembut seperti gula. "Ah, benar. Mungkin karena tamu-tamuku kali ini datang bukan karena kewajiban …, melainkan karena ingin."Tawa kecil dari kalangan tamu terdengar, halus tapi menampar."Aku yakin semua ini hasil kerja kerasmu," ibuku akhirnya bicara. "Kau memang selalu punya bakat menyenangkan orang lain."Aku tersenyum padanya. "Ibu terlalu memuji. Tapi memang, menyenangkan orang lain itu lebih baik daripada menghancurkan mereka, bukan?"Ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status