Home / Romansa / Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku / Bab 5 : Datanglah dan Lamar Aku

Share

Bab 5 : Datanglah dan Lamar Aku

Author: Xiao Chuhe
last update Last Updated: 2025-05-19 11:36:19

Begitu sadar diriku seperti kelepasan bicara, aku segera menutup mulutku dan menghindari tatapannya.

Sialnya lagi, pemuda itu mendengar jelas seruanku dan berjalan mendekat dengan tatapan tajam dan dinginnya itu.

Apa-apaan? Padahal ini sesuai dengan rencanaku, tapi aku malah dibuat sangat ketakutan olehnya?

Aku melangkah mundur secara refleks, dan mencari apa pun yang bisa kujadikan pegangan tangan.

"Dasar orang gila." Ye Qingyu mengataiku.

Aku menelan ludah. Dia bukan orang yang bisa didekati sembarangan. Bagaimana?

Bagaimana caranya agar aku bisa menjelaskan maksud ajakanku itu? Dia bahkan tidak bisa diajak bicara baik-baik.

Aku tertunduk dalam. Aku terlalu ceroboh. Kalau sudah seperti ini, sepertinya Ye Qingyu malah akan membenciku.

Dia pasti akan membenciku.

Satu-satunya orang yang bisa membawaku keluar dari lubang gelap ini …, dia tidak boleh sampai membenciku.

Aku menatapnya yang sudah pergi menjauh lagi. Tidak boleh. Tidak boleh pergi.

Aku melangkahkan kakiku mengejar kepergiannya. Perlahan, semakin cepat, semakin lebar, semakin pasti.

"Ye Qingyu," panggilku lagi.

Pemuda itu enggan menoleh.

"Aku bisa membuatmu tidak diabaikan lagi," aku segera mengungkapkan maksud kedatanganku.

Aku tidak boleh menunda apapun lagi. Orang ini, harus bisa kudapatkan hari ini juga.

Tapi dia bahkan seperti orang yang tidak tertarik diperhatikan. Benarkah dia Ye Qingyu yang itu?

"Aku bisa membuatmu diakui Jenderal Ye! Aku bisa membuatmu mendapatkan kesuksesanmu lebih awal. Ye Qingyu, berhentilah dan dengarkan aku!"

"Aku bukan orang yang diabaikan."

Langkahku terhenti. Bukan orang yang diabaikan?

Ye Qingyu segera menjauh, aku tidak bisa menyerah hanya karena satu perkataan itu. "Ye Qingyu!"

"Haah …."

Terdengar helaan napas berat dari mulutnya. Aku tertegun, refleks berhenti bicara. Pemuda itu berbalik dan menatapku.

"Pergilah," ucapnya.

"Eh?" aku menatap tidak mengerti.

"Kubilang, pergi dari sini."

"Ta-tapi aku serius!"

"Tidak ada perempuan yang akan mengatakan ‘nikahi aku’ di depan pria yang tak dikenal." Ye Qingyu berjalan menuju kursi dan meja kecil yang ada di sudut taman.

Maksudnya, aku adalah wanita paling tidak tahu malu yang gila di antara semua wanita yang pernah dikenalnya, kan?

Aku mengikutinya. "Tolong bicaralah denganku sebentar."

"Kalau mau bicara omong kosong lagi, sebaiknya kau pergi saja."

"Tidak, aku benar-benar serius," bantahku.

Ye Qingyu menatapku dari bawah hingga ke atas, "Kenapa gadis yang datang untuk perjamuan malah berkata ingin bicara denganku?"

Maksudnya mungkin adalah, ‘Kenapa kau mendekatiku? Mencurigakan!’

Aku menelan ludah, menjawab, "Ya. Aku datang ke sini untukmu. Bukan untuk perjamuan tidak penting itu."

Ye Qingyu menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya dia banyak mempertimbangkan sesuatu. "Dari mana kau tahu namaku?" tanya Ye Qingyu, "Lalu, berasal dari mana keyakinanmu itu?"

"Eh?" Aku mengernyit heran.

Tidak mungkin aku mengaku telah terlahir kembali, kan? Jenaka sekali kalau dia sampai percaya. Hal tidak mungkin yang aku pun sulit sekali memercayainya, tidak mungkin bisa dipercaya dengan mudah.

Aku tertunduk pelan untuk mencari jawabannya.

"Pertanyaanku sangat sederhana, tapi kau tidak bisa menjawabnya?" Ye Qingyu mendengus.

Astaga. Sepertinya dia kesal?

"Cepat katakan."

Aku menahan napas sejenak, "Aku tidak akan menceritakan apapun padamu sebelum kau bersedia bekerjasama denganku!" lalu berseru seperti itu.

Ye Qingyu menatap jijik, "Apa-apaan kau?!"

"Dengarkan aku, Ye Qingyu, kau bisa menjadi orang paling berjasa di Beizhou tahun ini hanya jika kau mendengarkanku," aku menatapnya dengan serius.

"Ini berkaitan dengan nasib seluruh Beizhou." Aku memukul meja dengan semangat.

Ya …, seharusnya dia terpancing kalau aku memasang wajah seperti ini, kan?

"Memangnya apa yang begitu penting sampai berkaitan dengan seluruh Beizhou?"

Responnya mengatakan bahwa dia sangat tidak percaya padaku rupanya ….

"Pada awal musim dingin, suku barbar dari utara menyerang perbatasan kita untuk menguasai kota. Mereka akan datang dari gerbang timur, dan memusatkan penyerangan di sana."

"Tapi itu semua hanya untuk mengalihkan pasukan Perbatasan yang dipimpin Tuan Muda Kedua Ye dan ayahmu. Sementara mereka mengirim sekitar empat ratus prajurit untuk menyelinap melalui celah kecil di sekitar gerbang utara."

"Lalu masuk tanpa diketahui dan mencuri semua persediaan pangan di gudang kota. Penyerangan itu akan membuat seluruh Beizhou kelaparan pada musim dingin. Dan keluargamu bekerja sama dengan keluargaku untuk mengisi kekosongan gudang pangan itu sambil menunggu bantuan dari Ibukota yang terhambat di tengah perjalanan."

"Tapi, kalau kau membawa sedikitnya seratus prajurit ayahmu untuk menjaga lumbung padi dan gudang bahan pangan. Maka rencana mereka tidak akan berhasil."

Senyap.

Ye Qingyu mendengarkanku dengan serius meski wajahnya menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak memercayaiku.

Aku mengembuskan napas pasrah. "Aku harap kau percaya padaku."

Karena penyerangan itu benar-benar membuat Beizhou lumpuh sepanjang musim dingin. Banyak orang yang akan mati kelaparan.

Saat itu aku tidak terlalu mengerti dampak kerugiannya. Karena kediaman kami tidak pernah kekurangan makanan.

Tapi musim dingin tahun ini benar-benar musim dingin yang buruk. penyakit Zhou Chuanyan juga semakin parah saat memasuki musim dingin.

Dan aku benar-benar tidak punya waktu selain merawat Zhou Chuanyan setiap saat.

Di kehidupan sebelumnya Ye Xuanqing bertanggung jawab atas penyerangan itu dan berhasil melumpuhkan mereka.

Tapi gudang bahan pangan dan brankas kota berhasil dicuri oleh mereka secara diam-diam.

Setidaknya aku tahu hal itu akan terjadi, dan bisa terselamatkan kalau Ye Qingyu menempatkan diri di gerbang utara untuk melindungi lumbung padi dan gudang bahan pangan.

"Dari mana kau mendengar itu? Kau …, apakah kau memberontak?"

Heh? Aku melotot terkejut dengan tuduhan tak berdasar itu.

Setelah lama merenung, ternyata dia malah berpikir kalau aku bersekongkol dengan mereka?

"Ha …, haha …, hahaha." Aku tertawa tak bertenaga. "Kau sungguh keterlaluan, Ye Qingyu."

"Aku tidak akan percaya kalau kau tidak mengatakannya." Ye Qingyu melipat lengan di depan dada.

Sial …. Tidak mungkin aku mengatakan kalau aku mengatakan alasan yang sebenarnya, kan? Siapa juga yang akan memercayai hal yang tidak mungkin bisa dipercaya.

Aku tertunduk dalam, "Setiap orang pasti punya rahasia yang tidak ingin dikatakan pada siapa pun. Begitu juga denganku."

Ye Qingyu menaikkan sebelah alisnya.

"Tidak, tidak. Maksudku, kau tidak berhak bertanya apa pun padaku kalau kau tidak mau memercayaiku." Aku segera membenarkan kalimatku.

Ye Qingyu mendekatkan diri ke wajahku dengan tatapannya yang dingin dan datar itu.

Aku menelan ludah. Sial …, aku merasa takut.

"Aku tidak percaya," ucapnya.

Aku menggeram kesal. "Kalau perkataanku ini terbukti benar, kau harus segera pergi ke gerbang barat dan menyelamatkan gudang bahan pangan! Lalu kau harus mendatangiku dan melamarku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 104 : Hadiah di Tangan, Kehancuran di Dada

    Setelah suara musik terakhir berhenti berdenting dan kudapan manis terakhir diletakkan di atas piring giok, para tamu mulai bersiap untuk meninggalkan aula. Namun, sesuai tradisi keluarga bangsawan, tak seorang pun diperkenankan pergi sebelum satu sesi terakhir diumumkan—pembacaan daftar hadiah, simbol pertautan rasa dan kekuasaan.Bibi Chun, selaku Kepala Pelayan Kediaman Ye, melangkah maju ke panggung kecil di sisi kanan aula. Gaunnya menjuntai rapi, suara langkahnya tenang, namun tegas. Di tangannya, ia membawa gulungan kain merah berbordir bunga lotus keemasan—samar berkilau di bawah cahaya lampu gantung di atasnya, seperti bunga suci yang tumbuh dalam bisu.'Sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan untuk mencatat silaturahmi yang terjalin malam ini," ucapnya lantang, suaranya jernih dan datar namun memuat otoritas bertahun-tahun dalam mengatur ritus keluarga, "berikut adalah daftar hadiah yang diterima oleh Nyonya Muda keluarga Ye dari para tamu undangan yang terhormat."

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 103 : Akar Tumbuh Menjadi Duri

    Saat penari-penari mulai masuk dan melenggak-lenggok anggun di tengah aula, Chunhua menuangkan teh di cangkirnya, tapi setelah itu tidak menyentuhnya sama sekali.Zhou Chenxi meletakkan teko berisi arak dengan sedikit tenaga, dia melirikku dengan tatapan tajam. "Aku tak menyangka kau bisa menyusun pesta sebesar ini. Bahkan aku mendengar dari kepala pelayanmu bahwa tamu yang hadir hampir melebihi pesta ulang tahun Adipati Agung dua tahun lalu."Zhou Chenxi. Suaranya tenang, tapi tidak bisa menyembunyikan kegetiran.Aku menoleh padanya, senyumku lembut seperti gula. "Ah, benar. Mungkin karena tamu-tamuku kali ini datang bukan karena kewajiban …, melainkan karena ingin."Tawa kecil dari kalangan tamu terdengar, halus tapi menampar."Aku yakin semua ini hasil kerja kerasmu," ibuku akhirnya bicara. "Kau memang selalu punya bakat menyenangkan orang lain."Aku tersenyum padanya. "Ibu terlalu memuji. Tapi memang, menyenangkan orang lain itu lebih baik daripada menghancurkan mereka, bukan?"Ma

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 102 : Lidah yang Tajam dan Wajah Seribu Ekspresi

    "Betul," sahut Bibi Chun dengan suara cukup lantang. "Resep khusus dari dapur Istana Dinasti Dayu. Dikirim langsung sebagai bentuk penghormatan untuk Nyonya Muda Ye."Terdengar gumaman tak percaya dari berbagai sudut ruangan. Semua mata kini padaku.Aku tersenyum hangat. "Semuanya berkat Ayah dan Ibu Mertua yang sangat menyayangiku, sehingga sempat memberikan hadiah yang sangat bagus ini untuk tamu-tamuku." "Padahal beliau baru kembali dari inspeksi di perbatasan. Saya sungguh mengucapkan terima kasih yang berkali-kali lipat untuk Ayah dan Ibu Mertua saya." Aku membungkuk di depan Nyonya Besar Ye yang selalu berdiri di dekatku. "Tidak perlu formalitas seperti itu, Nak. Ibu membantumu karena kamu sudah banyak membantu Ayah dan Ibu. Nasihat untukmu di tahun yang baru ini, tetaplah menjadi istri yang berbakti pada suami, dan menjadi menantu yang menghormati orang tua suami."Aku mengangguk senang. "Terima kasih atas kebaikan hati Ibu Mertua."Bisik-bisik kembali terdengar. "Padahal sel

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 101 : Menyulut Api

    Ketika matanya kembali bertemu dengan mataku, seberkas cemooh muncul dari sorot matanya, begitu cepat, hanya satu detik, tapi cukup untuk membuatku ingin menertawakannya keras-keras di hadapan semua orang."Sepertinya Kakak sudah tidak bisa menjawab lagi, ya …," ucap Chuanyan lembut, tapi nadanya mengiris. "Tapi mari melupakan dendan masa lalu. Sudah lama kita tidak bertemu dalam suasana bahagia, kan?"Aku tersenyum sopan. "Tentu. Rasanya seperti mimpi bisa menyambutmu …, dengan posisi yang terbalik."Chuanyan memiringkan kepala. "Maksudmu?""Aku yang berdiri di atas pelaminan," jawabku ringan. "Dan kau yang menjadi tamu undangan."Senyumnya menegang sesaat, tapi ia segera terkekeh pelan. "Tentu saja. Dan aku harap kau menikmatinya, karena tidak semua mimpi indah berlangsung lama."Sungguh, jika bukan karena aturan etiket, aku ingin melemparkan bunga giok dari meja persembahan ke wajahnya.Aku memperhatikan Chuanyan yang berjalan ringan di atas permadani merah dengan sikap yang dibuat

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 100 : Malam Perayaan Tahun Baru

    Malam Perayaan.Musik petik bersenandung lembut di udara yang mulai dipenuhi wangi lilin bunga persik. Langit Beizhou menjingga, dan aula utama kediaman Jenderal Ye telah bersolek sepenuhnya, lampion-lampion merah digantung rendah, taburan bunga liar menghiasi pilar, serta hiasan emas dan hijau giok menyelubungi meja persembahan di pusat aula.Aku berdiri di sisi aula dengan gaun merah yang menonjolkan keanggunan khas seorang Nyonya Muda, menyambut para tamu yang akan berdatangan dengan iringan suara petasan dan denting lonceng kecil di setiap sudut."Pesta ini terlihat lebih megah dari semua pesta yang pernah digelar di Beizhou," komentar Bibi Chun lirih di sampingku.Aku hanya tersenyum. "Aku tidak ingin mengecewakan siapa pun malam ini.""Ini pertama kalinya Kediaman Jenderal Ye mengadakan perayaan yang semeriah ini. Saya senang sekali dengan kehadiran Nyonya Muda." Bibi Chun tak habis-habisnya memujiku, aku jadi hanya bisa tersenyum canggung menanggapinya. Dan tepat saat itu, su

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 99 : Kehangatan Keluarga

    Dua belas jam sebelum perjamuan.Langit Beizhou masih diselimuti embun pagi ketika aroma wangi dupa merah muda perlahan memenuhi halaman depan kediaman Jenderal Ye. Pelayan-pelayan tampak sibuk menyiapkan penyambutan sederhana—bunga plum digantung di depan aula utama, dan teko-teko teh baru dipanaskan di dapur barat.Aku sudah berdiri di depan pintu aula utama sejak matahari mulai naik. Gaun sederhanaku bergoyang pelan tertiup angin, dan Chunhua membenarkan selendang tipisku sambil berbisik, "Nyonya Muda terlihat sangat anggun hari ini."Aku tersenyum, gugup. Ini pertama kalinya aku akan menyambut langsung Ibu dan Ayah Mertua setelah resmi menjadi bagian keluarga ini."Apakah aku terlalu mencolok?" tanyaku pada Ye Qingyu yang berdiri tak jauh dariku, dengan jubah hitamnya yang rapi dan rambut diikat tinggi."Sedikit," sahutnya pelan, "tapi Ibu pasti suka. Beliau suka warna merah marun. Kau tampak seperti menantu teladan."Aku mencibir kecil, "Kau bisa memuji lebih manis lagi, Tuan Mu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status