Bab 9Tanggung Jawab "Aku sudah bilang sama bos kamu agar hari ini izin tidak masuk kerja, karena harus mencari tempat tinggal baru," ucap Mas Ibra membuka pembicaraan setelah keheningan tercipta selama sekian menit kami berdua di dalam mobil ini."Benarkah?" Aku menoleh ke samping. Sama sekali tidak terpikir di benakku untuk menghubungi Icha ataupun Mas Dicky. Tadi malam aku benar-benar kalut."Ya. Aku sudah menghubungi Mas Dicky tadi malam. Jadi jangan khawatir ya."Mobil yang dikemudikan oleh Mas Ibra akhirnya berhenti di halaman sebuah rumah mungil bertipe minimalis."Nah, kita sudah sampai. Ini tempat tinggalmu sekarang. Lingkungan di sekitar sini pun juga lebih baik. Kamu bisa lihat sendiri." Pria itu membukakan pintu mobil, lalu memintaku keluar.Aku menatap sekeliling tempat ini. Saking asyiknya melamun, aku sampai tidak menyadari jika kini aku tengah berada di sebuah kompleks perumahan."Lingkungan sekitar sini orang-orangnya acuh tak acuh, tapi itu lebih baik daripada tempa
Bab 10Perhatian KhususDia tidak mungkin memberitahu Kayla secepat ini atau Kayla akan lari darinya. Dari awal Ibra tertarik dengan Kayla karena paketnya. Bayi mungil bernama Keisha itu begitu menggemaskan. Dia bahkan ingin mengadopsinya andai boleh. Tapi tentu saja tidak boleh. Kayla pasti tidak akan merelakan bayinya untuk diasuh oleh siapapun. Jalan satu-satunya untuk bisa menjadi ayah Keisha adalah menikahi ibunya. Pria itu tersenyum samar, lalu bangkit dari kursi kebesarannya, keluar dari ruang rapat itu. Ya, Ibra keluar paling akhir bersama dengan Evan. "Kenapa Tuan tidak menempatkan Nona Kayla di ruangan terbaik kita di hotel ini?" usik Evan. Saat ini mereka telah berpindah masuk ke dalam ruang kerja Ibra."Karena aku tidak mau membuat wanita itu curiga. Dia belum boleh tahu siapa sebenarnya aku, Evan.""Tapi seandainya Nona Kayla tahu siapa Tuan, pasti dia akan senang sekali karena disukai oleh lelaki sehebat Tuan," sahut Evan.Namun Ibra justru menggeleng."Jika wanita lai
Bab 11Nggak Suka Barang BekasIcha terkekeh. Suara derai tawanya sontak mengalihkan perhatian dua bayi kami. Dua pasang mata bulat dan bening itu menatap Icha. Mungkin mereka kebingungan karena melihat ibu dan tantenya tertawa-tawa. Gaya berbicara Icha memang ceplas-ceplos, tapi itu tak masalah buatku. Icha tipe perempuan yang hangat. Dia pun selalu tanggap menghadapi keluh kesahku."Aku tidak sedang berasumsi, Kay, tapi biasanya dugaanku ini menjadi kenyataan. Aku berani taruhan deh, Mas Ibra memang menaruh hati kepadamu. Hanya saja aku melihatnya kok seperti ragu-ragu gitu." Kali ini suara Icha dipelankan. Mungkin tak mau suaranya kembali menarik perhatian Keisha dan Gian."Kok ragu-ragu? Dilihat dari sisi mana yang membuat kamu menduga seperti itu?" Terus terang saja, di cafe aku memang jarang berbicara panjang lebar dengan mas Ibra. Interaksi kami hanya terjadi saat Mas Ibra akan membayar tagihan makanan dan minumannya. Selebihnya Mas Ibra lebih sering mengajak Keisha ngobrol.
Bab 12Jangan Coba-coba Mengguruiku! "Enggak, Kay. Tapi aku punya keponakan. Namanya Eva. Dia anak Kak Elif. Kak Elif itu saudara tiriku. Dia adalah anak dari ayah tiriku dengan mantan istri pertamanya."Meski mas Ibra menjelaskan secara perlahan, tapi kepalaku pusing dibuatnya. Aku hanya bisa mengangguk dan tak bertanya lagi. Tidak etis rasanya menanyakan soal kehidupan pribadi pria di dekatku ini secara mendetail. Kami belum terlalu dekat dan hubungan kami hanya sebatas karyawan cafe dengan pengunjung. Kebetulan saja dia memang terlihat menyukai Keisha. Namun bukan berarti dia menyukai ibunya, kan?Analisa Icha memang ngawur!Aku selalu mensugesti diriku bahwa mas Ibra memang menyukai anak kecil, sehingga dia pun menyukai Keisha yang memang tiap hari aku bawa dan ada di cafe ini. Bukan cuma mas Ibra, tetapi para pengunjung lain pun juga terlihat menyukai Keisha yang memang cantik dan menggemaskan. Aku patut bersyukur, meskipun ayah kandungnya tidak peduli, tetapi Keisha menerima
Bab 13Ke Kantor Pengacara Pemikiran macam apa ini? Bahkan aku sangsi, apakah mantan suamiku ini masih waras atau tidak. Dia yang seenaknya menceraikanku dan seenaknya pula mengajakku kembali. Memangnya aku barang, yang bisa seenaknya di buang, lalu dipungut kembali?! Aku mengupat dalam hati sembari menatap horor pria yang pernah menghalalkanku atas nama Tuhan itu. "Mas pikir aku mau menerima ajakan Mas?! Mas pikir aku bisa menerima perselingkuhanmu dengan Anggi?! Bahkan Mas dengan gampangnya bilang akan bersikap adil. Keadilan macam apa yang ada di dalam versi Mas? Ini bukan poligami, Mas. Ini perselingkuhan, perzinahan, dan kalaupun Mas menikahi Anggi, tetap saja apa yang Mas lakukan sebelum menikahi Anggi adalah sebuah kesalahan besar. " Tenggorokanku terasa tercekat. Namun kalimat-kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutku."Kamu benar-benar nggak bisa di ajak baik-baik, Kayla. Aku bilang pulang ke rumah, ya pulang!" Pria itu maju selangkah demi selangkah, kian mendekat. Ta
Bab 14Selangkah Lebih Maju "Nikah sama Om ganteng. Ehem ehem...."Aku memukul pelan lengan sahabatku. Aku tahu siapa yang dimaksud oleh Icha. Kedekatanku dengan mas Ibra membuat sahabatku ini berpikiran yang berbeda. Padahal aku meyakini jika mas Ibra hanya menyukai Keisha. Mas Ibra adalah penyuka anak kecil. Aku pun menceritakan pada Icha bahwa pria itu sudah terbiasa mengurus keponakannya, satu-satunya informasi yang aku dapat dan itu menguatkan dugaanku, bahwa Mas Ibra tidak menyukaiku. Dia hanya menyukai Keisha."Kamu itu terlalu polos, Kay. Tapi tidak apa-apa. Suatu saat kamu akan mengerti." Wanita muda itu setengah bergumam. Namun suaranya masih bisa aku dengar. Icha hanya bersuara pelan lantaran melihat pak Ricky beserta seorang asistennya tengah berjalan menghampiri kami.Urusan dengan pengacaraku berlangsung dengan cepat. Aku hanya perlu menyerahkan berkas-berkas yang sudah ada padaku. Berkas-berkas dari mas Gilang akan diambil sendiri oleh pihak pengacaraku, karena aku men
Bab 15Ajakan Makan MalamSetelah mengantar Kayla dan Keisha kembali ke rumah, Ibra langsung tancap gas menuju kantornya, Almeera Hotel. Evan sudah menghubunginya sejak tadi, karena siang ini dia harus mengadakan pertemuan dengan orang-orang kepercayaannya untuk membahas soal persiapan hotelnya dalam menyambut tamu-tamu agung yang akan membooking hotelnya. Sebulan lagi akan diadakan konferensi tingkat dunia dan dihadiri oleh para petinggi negara masing-masing. Almeera Hotel mendapat kepercayaan menjadi salah satu tempat menginap para petinggi negara. Tentu sudah terbayang keuntungan yang akan didapat. Namun bukan berarti tidak ada kerja keras yang harus mereka tunaikan.Mereka juga harus mentaati standar yang sudah dibuat oleh sistem protokoler. Tidak mudah. Namun bukan berarti mustahil. Maka untuk memastikan kesiapan itu, siang ini Ibra akan memimpin rapat."Semua orang sudah hadir di ruangan, Tuan. Kami tinggal menunggu Tuan untuk memulai rapat," ujar Evan sembari membungkukkan se
Bab 16Ajakan Makan Malam (2)Klien?Dibenakku seketika menari-nari bayangan tentang jamuan makan malam resmi dengan busana yang serba wah. Apalagi mas Ibra harus berhadapan dengan orang-orang yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja."Rasanya aku nggak pantas menemani Mas. Sebaiknya Mas cari wanita lain saja deh. Aku mungkin nanti akan memalukan Mas Ibra saja di sana." Aku menggeleng sembari mengamati penampilanku. Saat ini aku hanya mengenakan celana panjang lebar dengan atasan kaos berlengan panjang.Aku tidak terlalu suka berdandan, apalagi menggunakan make-up. Sehari-hari aku hanya mengenakan pakaian yang memang nyaman kukenakan. Celana atau rok panjang dengan blouse berlengan panjang pula. Tak lupa, jilbab instan melekat di kepalaku.Jujur, aku merasa inscure."Apanya yang nggak pantas sih, Kay?" Mas Ibra menyahut."Jika aku mengajakmu, berarti aku menganggap kamu pantas. Kamu nggak perlu takut. Ini hanya jamuan makan malam biasa dan kebetulan pertemuannya diad