Share

Bab 5. Stella digrebek

Penulis: Eka Sa'diyah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-08 13:22:13

[Rin, Stella digrebek satpol PP]

[Yang bener, Mbak?] Balasku kepada Mbak Mira.

[Nih, orang-orang banyak menjadi saksi saat Stella digrebek bersama seorang lelaki seusia Ayah mertuamu]

Aku terkejut dengan sebuah pesan yang dikirimkan oleh Mbak Mira. Semakin tidak percaya dengan kabar dari Mbak Mira. Tidak percaya itupun salah, percaya juga aku tidak tahu kejadiannya. Entah, sekarang aku jadi bingung karena situasi sedang gawat dan aku sendiri sedang bersandiwara. Terpaksa aku mulai bangun dari tidurku alias selesai bersandiwara. Aku membuka pintu kamarku pelan-pelan untuk menemui Ibu mertuaku.

"Kamu sudah sadar, Rin?" Mas Angga menatapku berjalan sambil memegang kepala bagian belakang. Tadinya nyeri, namun sekarang sudah tidak lagi. Tetap berusaha pura-pura sakit di depan mereka.

"Mas, Stella kena grebek satpol PP."

"Apa?" Ibu mertua histeris mendengar anak tersayangnya digrebek. Pastinya nanti akan menjadi berita utama Ibu-Ibu komplek.

"Dari mana kamu tahu?" Mas Angga menatapku curiga.

"Dari Mbak Mira, Mas!"

"Mira? Bahaya jika Mira sampai tahu. Jika Mira tahu, pasti berita ini sudah menyebar ke penjuru komplek. Apalagi warung Mira menjadi tempat idola Ibu-ibu berghibah!" Ibu mertua geram dan kesal bercampur aduk. Ditambah lagi kasus Stella yang mengkhawatirkan.

"Kita ke kantornya saja, Bu!" Ibu mertua mengangguk cepat.

"Rin, ini uang untukmu. Belilah makan malam untukmu!" Benar saja, dia meletakkan selembar uang dua puluh ribu di meja untukku. Lumayan, uang segitu bisa kubuat membeli nasi goreng yang mangkal di warung Mbak Mira.

Aku meraih uang tersebut sebelum aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Apalagi sedang datang bulan begini aroma badan rasanya agak lain.

Usai membersihkan diri, aku beranjak ke warung Mbak Mira dan pastinya aku melihat beberapa Ibu-ibu asik bergosip ria. Begitulah kira-kira jika hidup berdampingan.

"Eh, Mba Arin!" Sapa Bu Endang, wanita yang selalu berpenampilan sempurna dengan membuat jambul di pucuk kepalanya mirip salah satu artis ternama. Terkadang nada bicaranya sengaja dibuat mirip artis berjambul trunami tersebut.

"Iya, Bu Endang. Bagaimana kabarnya?" Aku berbasa basi menyapa mereka.

"Mbak Arin. Em, bagaimana Stella tadi. Kok bisa kena grebek," aku duduk di kursi dekat Pak Trisno penjual nasi goreng.

"Waduh, mana saya tahu, Bu Endang. Saya aja di rumah terus, jadi urusan di luar jangan tanyakan ke saya. Mending besok atau lusa bisa wawancara sama Ibu mertua saya!"

Sebenarnya aku ingin tahu juga atas kasus Stella, tetapi tidak mungkin aku menyalakan api di saat sedang ada bara. Bu Endang menatapku sinis dan aku tidak peduli. Aku memesan nasi goreng dibungkus untuk dibawa pulang. Jika hanya ada Mbak Mira pasti aku makan di tempat, banyak Ibu-ibu di sana sedang mengobrol membuatku risih.

Aku menikmati nasi goreng di depan televisi ditemani segelas teh hangat. Sungguh nikmat tidak tergantikan. Sementara aku mengabaikan urusan Stella dan keluarganya sejenak. Percuma saja jika aku ikutan mengkhawatirkan mereka. Toh, mereka juga tidak akan menghargai aku.

Menjelang pukul sepuluh malam, deru motor Mas Angga sudah sampai di halaman. Gegas aku membukanya dan hanya melihat Mas Angga sendirian. Tak berselang lama, sebuah taksi online datang membawa Stella dan Ibu mertua. Aku terkejut saat melihat Stella keluar dari mobil. Penampilannya sungguh mirip mak lampir. Bagaimana tidak, eyeliner yang digunakan meleleh sampai ke pipi mengikuti air mata yang mengalir. Bisa saja saat menangis, eye liner ikutan luntur. Rambutnya bahkan acak-acakan dan bajunya juga menurutku tidak pantas dipakai untuk seorang anak yang masih sekolah. Baju ketat dan pendek hampir memperlihatkan pusar.

"Arin, cepat ambilkan air minum!" Aku gegas mengambil air minum untuk Stella. Aku lihat Stella menangis sesenggukan di pelukan Ibu mertua, namun berbeda dengan ekpresi Mas Angga.

"Lain kali, pilih lelaki yang seumuran denganmu, Stella. Bukan lelaki bau tanah yang kamu pacarin!" Kedua mataku membola sempurna mendengar ucapan Mas Angga. Jadi benar yang dikatakan Mbak Mira jika Stella digrebek bersama pacarnya yang seusia ayah mertuaku alias aki-aki.

Sungguh tragis sekali, seorang gadis remaja yang cantik memiliki selera lelaki berusia matang. Bahkan terlalu kematangan menurutku. Bagaimana jika sampai mereka menikah dan hidup dengan cucu-cucunya. Ah, aku tidak boleh berpikiran seperti ini pada adik iparku.

"Mas, Mas Pri punya usaha tambang batu bara. Jadi bisa dibayangkan jika aku bisa bersamanya, aku bisa mendapatkan apapun yang aku mau."

Benar-benar anak ini otaknya miring ke belakang atau miring sebelah. Demi kekayaan dia rela berpacaran dengan seorang kakek-kakek. Andai dia adik kandungku, sudah pasti aku kurung di rumah tak kuperbolehkan keluar. Bila perlu di ruqyah sekalian supaya setan penghasut cinta pada kakek-kakek hilang.

"Ya ampun, Stella. Apa kamu sudah tidak waras. Jika saja dia menipumu bagaimana?" Stella tetap diam sambil sesenggukan di pelukan Ibunya.

"Mas Pri tidak menipuku, Mas. Aku memiliki berlian mahal di lemariku!" Aku terkejut mendengar ucapan Stella. Bahkan lelali tua itu sudah memberikan barang mahal untuk Stella. Sungguh di luar nalar.

"Putuskan lelaki itu, jangan pernah lagi berhubungan dengannya!" Sangat terlihat sekali Mas Angga marah dan kesal pada Stella.

"Tidak bisa, Mas. Stella mencintainya!" Perdebatan yang cukup sulit. Stella benar-benar mencintai aki-aki itu.

"Stella, harusnya kamu mencintai anak atau cucunya yang seusia denganmu. Bukan dengan Bapak atau Kakeknya!" Akhirnya Ibu mertua angkat bicara setelah diam memperhatikan kemarahan Angga.

"Mereka sudah memiliki istri, Bu. Mas Pri ini duda dan kaya!" Kepalaku semakin pusing mendengar sikap Stella yang tetap membela pujaan hatinya.

Sepertinya Stella marah dan berlalu menuju ke kamarnya. Stella mengunci pintu kamarnya dari dalam. Beberapa kali Ibu mertua mengetuk, Stella hanya berteriak ingin sendirian.

"Lihat karena ulahmu, Ngga! Stella jadi begini!"

"Harusnya Ibu juga menasehati dia. Masa seorang gadis belum lulus SMA berpacaran dengan kakek-kakek!"

"Ibu juga malu, Ngga. Tapi bagaimana nanti kalau Stella mengamuk dan mengancam bunuh diri?" Pikiran Ibu mertua terlalu lebay menurutku.

"Tidak mungkin. Mau bunuh diri bagaimana, Bu? Ketusuk jarum aja dia nangis, apalagi sampai bunuh diri!" Mas Angga memilih masuk ke kamar dan aku juga mengekor di belakangnya. Aku ikut merebahkan bobot tubuhkundi samping Mas Angga.

Aku meraih ponselku dan melihat berita-berita di grub PKK hari ini. Beberapa Ibu-ibu mengirim video penggerebekan Stella. Aku penasaran dan terpaksa memutar video tersebut. Terlihat sekali, Stella meronta saat dibawa ke mobil satpol PP. Dan lelaki itu juga terlihat memakai masker saat naik ke mobil satpol PP. Kulihat lokasi berada di depan sebuah home stay.

"Ah masa sih, lelaki ini pemilik tambang batu bara? Masa bos batu bara tidak bisa menyewa hotel yang sudah pasti aman dari penggerebekan?" Aku mulai menduga dan tidak percaya sama sekali jika lelaki ini adalah pemilik tambang batu bara.

Ting

Ting

Ting

Semakin malam semakin ramai grub PKK membahas soal penggerebekan Stella. Malu sebenarnya, tapi bagaimana lagi. Mau tidak mau harus dihadapi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 51. Hadiah Terindah

    Hampir satu tahun pernikahan, kehidupan rumah tanggaku nyaris sempurna. Rizky begitu perhatian dan memberiku banyak cinta. Meski sampai sekarang aku belum mendapatkan tanda-tanda kehamilan, Rizky tidak pernah menanyakan atau membahas buah hati. Disini kami hanya berusaha dan berikhtiar. Urusan buah hati, mutlak kuasa Allah.Usaha Rizky semakin hari semakin berkembamg pesat. Penginapan dan restoran hampir tidak pernah sepi. Sekarang dia membuka usaha baru berupa minimarket."Melamun aja," lagi-lagi dia melingkarkan kedua tangannya di perutku ketika aku sedang menatap indahnya pagi hati di balkon. Meski usaha bertambah, tetapi untuk tempat tinggal kami masih sama. Hanya ada renovasi sedikit membuat area balkon di teras rumah. Balkon untuk tempat aku bertanam. Aku menyibukkan diri dengan bertanam sayur di balkon selain membuat asinan buah andalanku."Kok sudah pulang, Mas?" Hendak aku lepaskan kedua tangannya yang melingkar di perutku, tetapi dia malah mengeratkan pelukannya."Aku bosnya

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 50. Kedatangan Bu Marni

    Baru saja Stella tenang, kami kembali dikejutkan dengan keramaian warga di depan rumah. Kami semua keluar rumah kecuali Pak Hadi yang menjaga Stella di dalam kamarnya."Dia menculik Stella dari rumah sakit!" "Hadi gila!" Brak brak brakBu Marni benar-benar tidak beretika sama sekali. Harusnya dia masuk dan bicara baik-baik. Malah sebaliknya, berteriak di luar seperti orang kesetanan ditambah pakaiannya yang compang camping. Masih terlihat bekas kecelakaan di kepalanya. "Bu Marni, apa yang anda lakukan disini?" Terpaksa aku bertanya atas tujuannya datang kemari."Lihatlah! Dua orang wanita ini adalah selingkuhan Hadi. Dan dua lelaki di sampingnya adalah anak buah Hadi. Hahahahah!" Aku merasa ada yang aneh dengan keadaan Bu Marni saat ini. Mas Anton meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. Entah siapa yang akan dihubungi."Bu Marni yang cantik dan baik hati!" Seketika senyum Bu Marni mengembang karena rayuan Mas Anton. "Kita duduk dulu disana yuk! Kita minum teh bareng!" Bu Marni

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 49. Hampir Bunuh Diri

    Hari ini hari minggu bertepatan dengan jadwalnya kepulangan Stella dari rumah sakit. Aku dan Mbak Mira sudah berencana untuk mengantar makanan matang saat mereka bertiga sampai di rumahnya supaya Bu Asti tidak lagi memasak makanan sepulang dari rumah sakit. Sejak subuh aku sudah berkutat dengan beberapa menu makanan. Ada sayur lodeh, bakwan jagung dan ayam goreng. Menu inilah yang nantinya akan aku bawa ke rumah Pak Hadi. Sedangkan Mbak Mira bertugas membuat jajanan pasar atau cemilan lainnya."Sayang!" Selalu saja mengejutkanku dari belakang dengan kedua tangan yang melingkar di perutku."Ada apa? Aku sedang masak, jadi belum bisa diganggu!" Sahutku sambil mengaduk sayur lodeh yang mulai mendidih."Nggak ada apa-apa. Seneng aja peluk kamu dari belakang!" Sesekali dia mencium leher jenjangku jika sudah seperti ini."Sudah nanti aja cium-ciumnya. Duduk saja di kursi, biar semua masakan ini cepat selesai!" Akhirnya dia duduk di kursi. Desain dapur mirip seperti mini bar membuatku selal

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 48. Mulut Bu Marni

    Bu Endang kembali pulang, namun mulutnya tidak berhenti menggerutu karena gagal mendapat info dari kami. Aku lihat sesekali dia merapikan jambul kebanggaannya ketika berpapasan dengan warga. Begitulah sosok Bu Endang di kampung kami yang mirip sekali dengan wartawan."Akhirnya si Nenek gayung pulang juga!" Celetuk Mbak Mira melihat Bu Endang yang pergi meninggalkan warung Mbak Mira. "Iya, pengen aku lurusin aja itu jambulnya!" "Jadi apa nanti kalau jambulnya lurus!" Kami semua tertawa usai melihat aksi Bu Endang. Kami menikmati sajian makan siang dari Mbak Mira. Sungguh, ini sangat enak sekali. Aku lihat, Rizky juga sangat menikmati gulai nangka muda buatan Mbak Mira, sama seperti Mas Anton. Lauk apapun akan enak rasanya asalkan ada gulai nangka. Sepertinya aku harus belajar resep ini pada Mbak Mira supaya aku bisa memuaskan perut Rizky."Mbak juga sudah siapkan di rantang untuk kalian bawa pulang!" Ternyata di sampingku sudah ada rantang berisi gulai nangka."Ah, terima kasih Mbak

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 47. Kabar Baik

    Sesuai dengan rencana kami sebelumnya, Rizky mengantar aku, Mbak Mira dan juga Bu Asti ke rumah sakit sebelum bekerja. Awalnya dia berencana untuk tetap ambil cuti, hanya saja ada pertemuan penting dengan salah satu rekannya hari ini. Terpaksa Rizky mengurungkan niatnya menemani kami semua. Mbak Mira dan Bu Asti membawakan baju ganti kepada Mas Anton dan juga Pak Hadi. Tidak lupa makanan juga sudah disiapkan para istri dari rumah. Kami menikmati sarapan di ruang tunggu kecuali Pak Hadi yang memilih sarapan di dalam ruang rawat inap."Apakah semalam Stella sudah sadar, Mas?" Tanyaku pada Mas Anton. "Sudah, tetapi hanya sebentar saja setelah itu kembali tertidur!" Sahut Mas Anton. Pasti Pak Hadi merasa terpukul melihat kondisi anaknya saat ini."Semalam Stella bahkan menangis dan meminta maaf kepada ayahnya!" Berita ini benar-benar cukup membahagiakan. Apalagi Stella meminta maaf kepada Ayahnya. Selama ini jarak Stella dengan Pak Hadi cukup jauh. Itulah sebabnya Stella sering membanta

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 46. Pengangkatan Rahim

    Keesokan harinya, Rizky sudah kembali bekerja di salah satu restoran miliknya. Sedangkan aku, menikmati kegiatanku membuat asinan sebagai kesibukanku di rumah. Rencana nanti sore, aku dan Rizky akan berkunjung ke warung Mbak Mira sekalian mengirim asinan buatanku.Sore sepulang kerja, aku dan Rizky berkunjung ke warung Mbak Mira. Kami menggunakan motor matic karena lokasi tidak terlalu jauh. Kedatangan kami disambut hangat oleh Mas Anton, Pak Hadi dan Mbak Mira. Aku melihat rumah mantan suamiku sudah terlihat bersih. Mungkin sudah laku oleh pembelinya."Pengantin baru, jalan-jalan pakai motor biar tambah romantis!" Celetuk Mas Anton membuatku malu."Kau selalu menggodaku, Bang!" Sahut Rizky sambil melempar kulit kacang ke arah Mas Anton. Mereka berdua sudah seperti kakak adik."Mbak, ini ada tiga puluh bungkus!" Aku meletakkan semua asinan milikku di lemari es yang ada di warung. "Siap, Arin!" Sahut Mbak Mira tengah sibuk mengaduk teh.Tiba-tiba terdengar suara ramai dari salah satu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status