Bily datang ke rumah dengan tergesa-gesa. Ia memanggil istrinya berulang kali. Mira, yang tengah memasak bersama Miranda, segera menghampiri suaminya.
"Ada apa, Sayang? Kok kelihatannya gawat sekali?" tanya Mira kepada Bily.
"Bu, ayo kita segera menuju ke kantor. Ada hal yang ingin Ayah tunjukkan pada Ibu," ujar Bily.
"Iya, tapi aku ganti pakaian dulu," jawab Mira.
"Tidak perlu... Ayo sekarang juga ikut aku!" desak Bily.
Miranda, yang baru saja selesai memasak, mencoba menawarkan masakannya kepada kedua mertuanya. Namun, saat keluar dari dapur, Miranda tidak lagi melihat mereka. Hanya terdengar suara mobil yang melaju kencang.
"Ada apa ya? Kok buru-buru seperti itu? Padahal aku baru saja selesai memasak sop..." gumam Miranda heran.
Di perjalanan, kondisi jalan ramai oleh pengendara mobil maupun motor. Ditambah lagi, ayah mertua Miranda mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mira merasa gelisah dan berulang kali meminta suaminya memperlambat laju kendaraan. Namun, di tengah perjalanan, angin bertiup kencang dan tiba-tiba seekor kucing menyeberang di depan mereka. Bily spontan mengerem mendadak untuk menghindari kucing itu. Namun, tanpa sadar, mobilnya membelok ke kiri, menuju jurang dengan kedalaman beberapa meter. Mobil menabrak pagar pembatas, lalu terjun ke dalam jurang. Dalam hitungan detik, ledakan keras terdengar, menggetarkan pengendara lain yang melintas.Berita kecelakaan itu cepat menyebar. Polisi segera menuju rumah korban. Miranda, yang tengah mencuci perabotan, mendengar ketukan di pintu pagar rumah. Dengan cepat, ia menuju ke arah pintu depan dan membukanya. Ia terkejut melihat beberapa polisi berdiri di hadapannya.
"Permisi, apa benar ini rumah Bapak Bily?" tanya salah satu polisi.
Miranda mengangguk pelan, hatinya mulai berdebar. "Maaf, ada apa, Pak? Mengapa mencari mertua saya?"
Salah satu polisi menjelaskan bahwa telah terjadi kecelakaan yang menewaskan pasangan suami istri paruh baya bernama Bily dan Mira. Identitas mereka ditemukan di lokasi kejadian, di pinggir jurang.
"Tidak... Tidak mungkin!" seru Miranda, menolak percaya.
"Kalau tidak percaya, ini dompet dan identitas korban. Apa ini benar milik mertua Anda?" polisi itu menyerahkan barang bukti.
Miranda menerima dompet itu dan mengeceknya. Tubuhnya mendadak lemas. Ia tidak bisa berkata-kata, lalu pingsan. Beberapa tetangga segera membopongnya ke ruang tamu dan menidurkannya di sofa.
Saat sadar, Miranda langsung bertanya, "Pak Polisi, bagaimana keadaan kedua mertua saya? Mereka baik-baik saja?"
Polisi itu menundukkan kepala. "Maaf, mereka tewas di tempat."
Jantung Miranda terasa seakan tertusuk duri. Kesedihannya meledak. "Tidak mungkin! Tidak mungkin mertuaku meninggal dunia!" isaknya keras. Sementara itu, Kelvin dalam perjalanan pulang dari restoran. Entah kenapa, hatinya gelisah. Seperti ada firasat buruk yang menghantui, ingin menelpon orang tua, tetapi ponselnya mati kehabisan baterai. Ketika sampai di rumah, ia terkejut melihat banyak orang keluar masuk rumahnya. Kelvin turun dari mobil dan berjalan menuju pintu. Saat itu, Miranda melihatnya dan berlari menghampirinya. Tanpa sadar, Miranda memeluk Kelvin erat. Kelvin terbelalak, kaget dengan tindakan istrinya.
"Kelvin... Ibu dan Ayah telah meninggal!" tangis Miranda pecah.
Kelvin membeku. Tidak percaya. Namun, tatapan orang-orang di sekitarnya mengonfirmasi kabar duka itu. Seiring kedatangan jenazah kedua orang tuanya, kenyataan pahit semakin sulit ditolak.
Semua tetangga datang melayat, memenuhi rumah. Miranda duduk di samping Kelvin, menatap suaminya yang tampak linglung. "Aku tidak menyangka Ayah dan Ibu harus pergi secepat ini..." bisiknya.
Sementara itu, Desi, saudara ipar Kelvin, mendengar kabar duka ini. Namun, ia memilih tidak melayat karena lebih sibuk mengurus dagangannya. Beberapa tetangga menegurnya, tetapi Desi hanya menjawab santai, "Aku lebih fokus berjualan daripada hal-hal seperti itu."
Tetangga menggelengkan kepala, merasa Desi sudah lupa diri. Di tengah kesibukannya, seorang tetangga datang ke warung Desi dengan wajah lusuh. "Desi, bolehkah saya beli satu bungkus mi instan? Saya belum punya uang, tapi anak-anak saya belum makan..."
Desi mendelik. "Kalau nggak punya uang, jangan datang ke sini!"
"Tolonglah, anak-anak saya hanya makan kangkung liar dari kuburan..." pinta tetangganya dengan suara lirih.
Desi tertawa sinis dan mengusirnya. "Lah, situ yang menderita kok saya yang diajak repot. Cepat, Pergi dari sini!"
Tetangganya terdiam. "Dulu, saat kau masih susah, aku pernah memberimu makan... Tapi kini, kau sudah lupa?"
Desi hanya tertawa dan menyodorkan uang dua ribu rupiah dengan kasar. "Ambil ini dan pergi!"
_________________
Di pemakaman, Kelvin tidak mampu menahan kesedihannya. Ia berteriak sekuat tenaga saat kedua orang tuanya dimasukkan ke liang lahat. Miranda juga menangis, mencoba menenangkan suaminya.
"Mas, kamu harus ikhlas. Ini cobaan dari Tuhan..." ujar Miranda lembut.
Kelvin menghela napas panjang, berusaha menerima kenyataan. Setelah pemakaman selesai, orang-orang mulai meninggalkan tempat itu, hingga akhirnya hanya tersisa Kelvin dan Miranda.
Kelvin bersimpuh di depan nisan orang tuanya. Dengan suara parau, ia berbisik, "Mengapa Tuhan tega mengambil mereka...?"
Miranda mendekat, menatap suaminya dengan penuh iba. "Mas, ini takdir... Kita hanya bisa ikhlas."
Namun, tatapan Kelvin tiba-tiba berubah. Dalam pikirannya, Miranda adalah penyebab semua ini. Sejak kehadiran Miranda, hidupnya terasa berantakan. Dan kini, kedua orang tuanya pergi untuk selamanya.
Kelvin menatap Miranda dengan mata yang dipenuhi kemarahan. Miranda merasakan sesuatu yang tidak beres. Ia mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar.
"Kamu... Kamulah penyebab kematian Ayah dan Ibu!!!"
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung. Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika. “Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap. “Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika. “Lalu ka
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,