Share

Kecelakaan

Suami Mira datang ke rumah dengan tergesa-gesa. Ia memanggil istrinya secara berulang kali. Mira yang tengah memasak bersama Miranda mencoba menghampiri suaminya. “ada apa Sayang kok kelihatannya gawat sekali?” tanya Mira kepada Bily.

“Bu, ayo kita segera menuju ke kantor. Ada hal yang ingin Ayah tunjukkan pada Ibu” ujar Bily.

“Iya. Tapi aku mengganti pakaian dulu” ujar Mira.

“Tidak perlu... Ayo sekarang juga ikut aku” ujar Bily.

Miranda yang baru saja selesai memasak mencoba menawarkan masakannya tersebut kepada kedua mertuanya. Namun, saat keluar dari dapur Miranda sudah tidak melihat kedua mertuanya. Hanya terdengar suara mobil yang berasal dari mobil ayah mertuanya.

“Ada apa ya... Kok buru-buru seperti itu? Padahal aku baru saja selesai memasak SOP” ujar Miranda heran.

Kondisi jalan raya yang banyak pengendara baik mobil maupun sepeda motor ditambah ayah mertua Miranda mengendarai mobilnya dengan kecepatan kencang. Membuat hati Mira gelisah tidak karuan. Sesekali Mira mewanti-wanti suaminya dan menyuruhnya agar memelankan kecepatan mobil yang saat ini di kemudian Bily. Karena angin yang kencang ditambah mengebut mereka tidak sengaja melihat seekor kucing yang sedang menyebrang tepat di depan mobil mereka.

Hal itu membuat Bily mengerem secara mendadak hanya untuk mengindari kucing tersebut dan membelokkan mobilnya ke arah kiri yang ternyata tanpa mereka ketahui di sebelah kiri merupakan arah jurang dengan kedalaman mencapai beberapa meter. Mobil mereka pun menabrak pagar pelindung hingga merobohkannya sehingga mobil maupun mereka ikut terjatuh ke bawah jurang dan dalam hitungan detik mobil tersebut pun meledak dengan keras hingga membuat pengemudi lain yang ada disekitar sana terkejut.

Berita kecelakaan tersebut sudah cepat menyebar hingga beberapa polisi sudah berada di rumah korban. Miranda yang tengah mencuci perabotan merasa ada yang sedang mengetuk pintu pagar rumahnya. Dengan cepat Miranda menuju ke arah pintu depan dan mulai membukakan pintunya. Sampainya membuka pintu ia pun terkejut saat melihat beberapa polisi dengan tegap ada dihadapannya.

“Permisi, apa benar ini alamat rumah bapak Bily?” tanya salah satu polisi.

Miranda mengangguk pelan, hatinya merasa deg-degan. Ditengah kegelisahan itu, Miranda pun bertanya, “Maaf. Ada apa bapak polisi mencari mertua saja?”

Salah satu diantara polisi tersebut mulai menjelaskan kedatangan mereka. bahwa telah terjadi kecelakaan yang menewaskan dua sepasang suami istri paruh baya yang bernama Bily dan Mira. Hal itu mereka ketahui saat mereka menemukan dompet sekaligus indentitas yang terjadi di jalan raya tepat di samping jurang.

“Tidak... Tidak mungkin!” seru Miranda tidak percaya dengan penjelasan polisi.

“Kalau tidak percaya, ini dompet dan identitas korban. Apa ini benar milik mertua anda?” tanya polisi pada Miranda.

Miranda mengeceknya dan ia tidak dapat berkata-kata apa-apa lagi. Rasa syok pada dirinya sampai membuat Miranda jatuh pingsan. Beberapa tetangga ikut membopong tubuh Miranda dan membawanya ke ruang tamu lalu menidurkan Miranda ke sofa.

Mereka sangat kasihan melihat Miranda maupun keluarga korban yang harus kehilangan kedua orang sekaligus. Miranda berhasil disadarkan oleh minyak zaitun. Beberapa tetangga membantu Miranda untuk duduk. Miranda kembali mengingat kedua mertuanya dan Ia menanyakan keadaan mertuanya kepada polisi yang masih berada di rumahnya.

“Pak Polisi, bagaimana keadaan kedua mertua saya? Mereka baik-baik saja?”

Salah satu polisi mengatakan bahwa keduanya tewas ditempat. Jantung Miranda seakan sedang tertusuk duri. Terasa sangat Menyakitkan.... Bagaimana tidak? Mereka sangat menyayangi Miranda dan kini Miranda harus kehilangan mereka dengan begitu cepat!

“Tidak mungkin! Tidak mungkin mertuaku meninggal dunia hiks!” Isak tangis Miranda pun pecah.

Sementara itu, Kelvin yang sudah mengantar Yunita pulang kini giliran dirinya untuk pulang. Selama diperjalanan, entah perasaan Kelvin seakan gelisah. Seperti ia sedang merasakan sesuatu hal yang buruk. Hingga firasatnya pun telah menjadi nyata. Ketika sampai di rumah, Kelvin terkejut melihat ada banyak orang yang keluar masuk kedalam rumahnya.

Kelvin turun dari mobil dan berjalan hingga ke depan pintu. Miranda menengok dan melihat Kelvin. lalu ia berlari menghampiri Kelvin. Tiba-tiba saja Miranda memeluk Kelvin tanpa ia sadari. Sementara Kelvin terbelalak karena saking kagetnya.

“Kelvin... Ibu sama Ayah telah meninggal!”

Kelvin semakin terkejut mendengar perkataan Miranda. Ia tidak percaya namun apa daya, banyak orang telah menatapnya seakan mereka membenarkan perkataan Miranda. Kedua mayat mertua Miranda pun sudah tiba di rumah dan akan segera dimakamkan. Kelvin diam namun dibalik kerasnya hati tetap ia merasakan kehilangan yang amat menyakitkan. Tidak ada yang mengetahui seberapa sakit dan kehilangan kedua orang tua tidak bisa diprediksi oleh kasat mata.

Semua tetangga berbondong-bondong datang melayat dan hampir memenuhi ruangan Yeng luas tersebut. “Aku tidak menyangka Ayah sama Ibu harus pergi secepat ini” ujar Miranda yang duduk disamping kanan Kelvin.

Desi juga mendengar kabar kematian mertua Miranda. Namun ia memutuskan untuk tidak melayat karena sibuk berjualan. Beberapa tetangga menegurnya dan menanyakan mengapa Desi tidak datang melayat? Dengan enteng Desi mengatakan bahwa ia lebih fokus berjualan ketimbang hal apapun termasuk melayat.

Mereka menggelengkan kepalanya karena merasa Desi telah menjadi kacang lupa kulitnya. Desi tidak menghiraukan perkataan mereka dan sibuk menghitung uang yang begitu banyak. Setiap hari barang dagangannya selalu laris dan membuatnya semakin lupa diri. Salah satu tetangganya datang dengan berpakaian kucel ke warungnya. Desi juga sudah menduga maksud dan niat dari tetangga itu.

“Desi, saya boleh beli satu bungkus mie instan namun saya belum ada uang” ujarnya dengan lemas.

“Eh... Eh! Kalau merasa Kagak punya uang jangan kesini dong!” bentak Desi dengan galaknya.

“Saya dan anak-anak saya sudah seminggu lebih belum makan. Kami hanya makan sayur-sayuran rebus tanpa nasi itupun dapat sayuran kangkung di sekitar kuburan” ujarnya sembari menahan tangis.

“Eh... Kamu pikir saya bank apa apa harus memberikan keperluan? Cepat sana pergi!” teriak Desi.

“Saya mohon, satu mie instan saja” pintanya.

“Eh!!! Dasar rakyat jelata... Kamu bikin warung saya tidak enak dilihat orang!” bentak Desi sekali lagi.

“Kamu tega sekali Desi, Padahal dulu kamu juga sama merasakan hidup susah seperti saya. Dulu saya ingat, saya pernah melihatmu kelaparan di jalanan dan saya tidak tega melihatmu. Lalu saya dengan ikhlas membagi makanan nasi bungkus kepada kamu padahal saat itu anak-anak saya masih kelaparan. Tapi sekarang, kamu sudah sukses namun tidak ada sedikitpun rasa belas kasihan kepada saya?”

Desi tertawa terbahak-bahak seakan apa yang dikatakan tetangganya itu hanyalah lelucon. Lalu, Desi menyodorkan beberapa uang ke wajah tetangganya dan mengusirnya sambil berkata, “Ambil uang itu dan cepat pergi dari warung saya!”

Di kain sisi, saat sudah di pemakaman, Kelvin mulai menangis dan berteriak dengan sangat kencang saat melihat orang tuanya sudah dimasukan ke liang lahat yang berbeda. Miranda juga menangis dan tidak tega melihat proses pemakan Tersebut. Miranda mencoba untuk menenangkan suaminya walaupun dirinya juga ikut menangis.

“Mas, kamu harus ikhlas. Ini semua cobaan dari tuhan” ujar Miranda.

Sesekali Kelvin menghela nafasnya agar bisa mengikhlaskan kepergian dari kedua orang tuanya. Setelah proses pemakaman sudah selesai, orang-orang yang melayat mulai turut mendoakan. Hingga semuanya pun telah selesai dan satu persatu dari mereka mulai pergi hingga tinggalah hanya ada Kelvin dan Miranda.

Kelvin bersimpuh di batu nisan lalu berkata dengan suara keras, “Mengapa tuhan tega mengambil nyawa kedua orang tuaku!!!”

“Sabar Mas... Ini semua sudah takdir dari tuhan yang kuasa. Kita hanya bisa ikhlas menerima takdir” ujar Miranda.

Kelvin kembali mengingat kedatangan Miranda ke rumahnya. Kelvin mulai berpikiran bahwa penyebab kematian kedua orang tuanya adalah kesalahan Miranda. Baginya, kedatangan Miranda hanya membawa sial! Kelvin menatap wajah Miranda dengan tatapan mematikan. Miranda merasa Kelvin sedang kerasukan dan ia memilih untuk mundur beberapa langkah.

“Kamu... Kamulah yang menyebabkan kedua orang tuaku meninggal!!!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status