Share

Bawa Mantan

Penulis: Piki
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-06 00:11:14

Di bagian sebelumnya, Miranda dan Kelvin berada di pemakaman. Di sana, Kelvin menuduh Miranda sebagai penyebab kematian kedua orang tuanya. Miranda hanya bisa menangis, sementara Kelvin pergi meninggalkannya dalam keterpurukan.

Sambil menatap punggung Kelvin yang semakin menjauh, Miranda bergumam, "Mengapa aku yang disalahkan... hiks..."

Dalam kondisi emosi yang kacau, Kelvin mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Angin malam yang dingin menerpa wajahnya, namun amarah dalam dadanya jauh lebih membakar. Tangannya mencengkeram erat setang motor, matanya dipenuhi kemarahan dan luka yang tak kasat mata.

Kelvin semakin menambah kecepatan, memacu motornya menembus jalanan sepi. Lampu-lampu kota hanya terlihat seperti kilatan cahaya yang berlalu cepat. Ia tak peduli dengan kendaraan lain, tak peduli dengan bahaya yang mengintai di setiap tikungan. Di persimpangan, sebuah truk besar melaju dari arah berlawanan. Klaksonnya meraung keras, memperingatkan Kelvin yang hampir menabrak.

"Sial!" serunya sambil mengerem mendadak.

Ban motor berdecit kencang, tubuhnya hampir terlempar dari kendaraan. Namun, refleksnya yang cepat membuatnya berhasil mengendalikan motor itu tepat sebelum menabrak trotoar. Jantungnya berdebar keras, napasnya memburu. Namun, alih-alih berhenti, ia justru kembali memacu motornya.

Di sebuah tikungan tajam, Kelvin kehilangan kendali. Motor yang dikendarainya oleng, lalu...

BRUKK!

Kelvin terlempar ke aspal, tubuhnya terguling beberapa meter sebelum akhirnya berhenti di tepi jalan. Rasa perih menjalar di pergelangan tangannya, darah mengalir dari luka terbuka. Beberapa orang yang melihat kejadian itu segera menghampirinya.

"Bang, abang nggak apa-apa?" tanya seorang pria yang ikut membantu Kelvin berdiri.

"Maaf, Bang, saya tidak melihat Abang," ujar pria yang tak sengaja membuat Kelvin terjatuh.

"Santai saja, saya baik-baik saja," balas Kelvin, berusaha tetap tenang sambil kembali naik ke motornya.

"Sekali lagi saya minta maaf, Bang," kata pria itu penuh penyesalan.

Kelvin melanjutkan perjalanannya menuju rumah Yunita. Saat tiba, wajah Yunita langsung berubah drastis melihat kondisi Kelvin yang terluka. Namun, ia memilih untuk tidak menegurnya terlebih dahulu.

"Ayo duduk dulu," ujar Yunita dengan ramah.

Kelvin terlihat murung, matanya memerah. Dalam keadaan kacau, ia menceritakan semuanya kepada Yunita. Wanita itu terkejut mendengar apa yang terjadi pada keluarga Kelvin.

"Yunita, aku benar-benar tidak tahu apakah aku bisa melewatinya... Aku kehilangan kedua orang tuaku dengan cara seperti ini," ucap Kelvin dengan suara bergetar.

"Ini semua sudah takdir, Kelvin. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Kamu harus kuat dan jangan menyerah," ujar Yunita, meski tak tahu harus berkata apa lagi.

Kelvin menatap Yunita. "Hanya kamu yang bisa mengerti aku. Aku sangat berhutang budi sama kamu," ucapnya lirih.

Yunita tersenyum, lalu tiba-tiba menyentuh luka di tangan Kelvin. Kelvin tersentak kesakitan dan menatapnya heran.

"Kenapa kamu menyentuh lukaku?" tanya Kelvin.

Yunita menghela napas sebelum bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu sampai terluka begini?"

Dengan wajah lesu, Kelvin mengaku bahwa ia baru saja mengalami kecelakaan.

DRETTT!

"Siapa itu? Kenapa tidak kamu angkat?" tanya Yunita.

Kelvin menatap layar ponselnya dengan tatapan dingin. "Telepon dari orang yang telah menyebabkan kedua orang tuaku meninggal! Aku tidak sudi bicara dengannya!" serunya penuh amarah.

Yunita hanya mengangguk, menyadari bahwa Kelvin masih dalam masa berkabung. Ia tidak ingin memperkeruh suasana. Di sisi lain, ini menjadi kesempatannya untuk semakin mendekati Kelvin. Apalagi, kini kedua orang tua Kelvin yang selama ini menjadi penghalang baginya sudah tiada.

Malam itu, Miranda merasa kesepian. Rumah besar yang sebelumnya terasa hangat kini begitu sunyi. Kelvin tak kunjung pulang, meskipun malam sudah semakin larut. Berulang kali ia mencoba menghubungi suaminya, tetapi tak ada satu pun panggilannya yang dijawab. Dalam kesendirian, Miranda hanya bisa berharap Kelvin segera pulang.

Tak lama kemudian, suara mobil terdengar di parkiran. Miranda bergegas turun dari lantai dua menuju pintu depan.

“Mobil siapa itu?” gumam Miranda dalam hati.

Sesemudian, Kelvin keluar dari mobil, yang hampir membuat Miranda mendekat, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat seseorang turun dari pintu mobil sebelahnya. Seorang wanita cantik, berpenampilan glamor dengan tas mewah, kacamata hitam, dan sepatu hak tinggi. Miranda menatapnya penuh tanya. Wanita itu tampak anggun, percaya diri, dan begitu mempesona. Dibandingkan dengan dirinya yang sederhana, Miranda tiba-tiba merasa rendah diri.

"Kamu siapa?" tanya Miranda, suaranya mengandung ketidakyakinan.

Sebelum wanita itu sempat menjawab, Kelvin lebih dulu angkat bicara. "Dia psikologku, yang akan menangani perasaanku." Nada suaranya dingin dan penuh ketegasan.

Wanita itu tersenyum lalu mengulurkan tangan. "Hai, perkenalkan, aku Yunita."

Miranda ragu-ragu sebelum akhirnya menyambut uluran tangan itu. "Aku... Miranda."

Kelvin melipat tangan di dadanya. "Mulai sekarang, Yunita akan tinggal di sini. Kamu harus melayaninya juga. Masak untuk kami, urus kebutuhan kami."

Miranda terkejut. "Ta… Tapi mengapa harus tinggal di rumah ini? Apalagi kita masih dalam keadaan berduka"

Kelvin menghela napas panjang, lalu mendengus kesal. "Kamu ini cerewet sekali! Sana minggir!" katanya sambil mendorong bahu Miranda.

Miranda hanya bisa diam saat Kelvin menggandeng tangan Yunita masuk ke dalam rumah, meninggalkannya.

Di dalam rumah, Kelvin mengajak Yunita memilih kamar tidur. "Kamu boleh memilih kamar tidur yang paling kamu suka"

Yunita tersenyum tipis, “Aku mau kamar tidur yang sering aku pilih” sembari menoleh kearah yang di tuju, ya... Kamar tidur dari suami Miranda.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketulusan Hati Istri Yang Tersakiti    Akan Dikenang Sepanjang masa

    Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung. Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika. “Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap. “Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika. “Lalu ka

  • Ketulusan Hati Istri Yang Tersakiti    Masuk Penjara

    “Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak

  • Ketulusan Hati Istri Yang Tersakiti    Menjadi Buronan

    Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap

  • Ketulusan Hati Istri Yang Tersakiti    Dapatkah Terbebas?

    “Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y

  • Ketulusan Hati Istri Yang Tersakiti    Pernikahan Yang Tidak Diinginkan

    “Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k

  • Ketulusan Hati Istri Yang Tersakiti    Terkurung Di Satu Ruangan

    “Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status