Menceritakan seorang wanita cantik yang bernama Miranda. Miranda memiliki seorang kekasih yang bernama Cleo yang sudah tinggal seatap namun belum berstatus menikah. Hubungan mereka harus kandas saat Ibunya Miranda yang bernama Desi menyuruhnya untuk menikah dengan Pria tampan yang kaya raya bernama Kelvin. Hal itu terjadi karena kedua orang tua Kelvin merasa kewalahan mendidik putranya yang tergolong berandal dan tempramental. Hingga Bagi mereka, mencarikan seorang istri yang lembut dan baik akan menuntun putranya untuk berubah menjadi lebih baik. Namun sayangnya pernikahan Miranda dan Kelvin sangat jauh dari kata harmonis. Kelvin sangat membenci Miranda dan tidak tertarik dengan istrinya tersebut. Suatu hari tragedi sedang menimpa keluarga Kelvin. Tragedi kecelakaan tersebut menghilangkan nyawa kedua orang tua Kelvin. Padahal, sewaktu menikah... Kedua orang tua Kelvin lah yang sangat menyayangi Miranda seperti anaknya sendiri. Lantas, bagaimanakah nasib Miranda ketika ditinggal pergi untuk selamanya oleh kedua mertuanya? Apakah Miranda akan diceraikan oleh Kelvin?
view more“Aku tidak mau menikah dengan lelaki yang tidak aku cintai!” teriak Miranda, air matanya mengalir deras di pipinya yang mulai kemerahan.
Di hadapannya, sang ibu, Desi, menatapnya dengan wajah penuh kelelahan. “Miranda, kamu seharusnya bersyukur mendapat restu dari keluarga mereka. Kamu tahu, mereka sudah banyak membantu kita! Ibu bekerja sebagai pembantu di rumah mereka, dan majikan Ibu sangat menghormati Ibu. Sekarang, mereka ingin menjadikanmu menantu. Apa salahnya membalas kebaikan mereka?” “Tapi kenapa harus aku yang dikorbankan, Bu? Aku sudah punya seseorang yang sangat aku cintai,” isaknya, tubuhnya gemetar menahan gejolak di dadanya. Bayangan Cleo, kekasihnya, memenuhi pikirannya, dan ia merasa dadanya semakin sesak. Desi mendesah panjang. “Ibu mohon... Tolong terima permintaan ini. Lihatlah ayahmu yang terbaring lemah di rumah sakit. Kamu pikir orang miskin seperti kita bisa membayar biaya pengobatan selama berhari-hari? Kalau bukan karena majikan Ibu yang menanggung semuanya, entah bagaimana nasib ayahmu sekarang.” Miranda terdiam. Hatinya terasa tercabik saat membayangkan ayahnya yang sakit-sakitan, menahan lapar dan kesakitan karena tak memiliki uang. Ia sangat mencintai kedua orang tuanya dan tak sanggup kehilangan ayahnya. Dengan berat hati, ia mengangguk, menyetujui perjodohan yang terasa seperti hukuman baginya. Desi tersenyum lega, lalu mendekap putrinya erat. Miranda membalas pelukan itu, meski hatinya berteriak menolak. Perlahan, ibunya berbisik, “Cepat putuskan hubunganmu dengan Cleo dan bawa semua barangmu ke rumah ini.” “Ibu... Bolehkah aku menghabiskan waktu bersama Cleo untuk terakhir kalinya? Aku tidak sanggup pergi mendadak seperti ini,” pinta Miranda dengan suara bergetar. Desi berpikir sejenak. Melihat putrinya memohon dengan tatapan penuh harap, akhirnya ia mengangguk. “Ibu beri kamu waktu satu hari. Setelah itu, kamu harus pulang dengan membawa semua barang-barangmu.” Miranda mengangguk lemah. “Iya, Bu. Aku janji.” Sementara itu, Cleo sedang berada di sebuah toko bunga. Ia tahu betul bahwa Miranda sangat menyukai bunga. Matanya tertuju pada setangkai bunga matahari yang cerah, mengingatkannya pada senyum Miranda yang selalu menghangatkan hatinya. “Bunga matahari ini pasti akan disukai Miranda,” gumamnya seraya mengambil seikat bunga tersebut. Saat kembali ke rumah, Cleo dikejutkan oleh kehadiran Miranda yang duduk termenung di teras. Wajah kekasihnya terlihat pucat dan tanpa semangat. Cleo tersenyum, mencoba mencairkan suasana. “Hai, kekasih hatiku.” Namun, sebelum ia sempat mendekat, kakinya tersandung dan hampir terjatuh. Miranda refleks mundur beberapa langkah, tetapi segera menghampiri Cleo dengan cemas. “Kamu nggak apa-apa?” tanyanya khawatir. Cleo tertawa kecil, mencoba meredakan ketegangan. “Aku baik-baik saja.” Miranda menghela napas lega. Cleo kemudian mengulurkan bunga matahari ke arahnya. “Jaga bunga ini seperti kamu menjaga hatimu untukku.” Tanpa bisa menahan emosinya, air mata Miranda kembali jatuh. Cleo terkekeh. “Wah, sampai terharu begini? Aku makin sayang sama kamu.” Miranda menatap bunga di tangannya, lalu menatap Cleo. Dengan cepat, ia memeluk kekasihnya erat, seakan ingin menyimpan momen itu selamanya. Cleo tersenyum, mengusap lembut punggungnya. Keesokan paginya, Cleo terbangun dan mendapati Miranda sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas besar. Dahinya berkerut. “Sayang, kamu ngapain pagi-pagi sudah sibuk beres-beres?” Miranda terdiam. Ia menarik napas panjang, mencoba mencari keberanian. Setelah beberapa detik hening, akhirnya ia berkata dengan suara lirih, “Maafkan aku, Cleo.” Cleo mendekat, tatapannya penuh kebingungan. “Kamu ada masalah?” Tiba-tiba, Miranda menangis sejadi-jadinya dan kembali memeluk Cleo. “Aku dipaksa menikah dengan pria lain. Aku harus membalas kebaikan majikan Ibu dengan menikahi putra mereka.” DEG. Seolah tersambar petir, Cleo merasakan dunianya runtuh. Tidak mungkin. Tidak mungkin Miranda, wanita yang sangat ia cintai, akan dinikahkan dengan pria lain. Dengan air mata yang mulai menggenang di matanya, ia menggelengkan kepala, menolak kenyataan itu. “Aku tidak mau kamu pergi!” Cleo berlutut di hadapan Miranda, menggenggam tangannya erat. “Aku sangat mencintaimu, Sayang. Tidak ada wanita lain yang bisa menggantikanmu di hatiku.” Miranda ingin membalas genggaman itu, tapi sebelum ia sempat melakukannya, seseorang menerobos masuk ke dalam rumah. “Lepaskan dia!” Desi berdiri di depan pintu, wajahnya penuh amarah. Dengan kasar, ia menarik Miranda dari Cleo dan mendorong tubuh pria itu hingga tersungkur. “Jangan berani-berani mendekati calon istri orang!” bentaknya. Cleo bangkit, matanya penuh amarah dan kesedihan. “Bu, tolong. Kami saling mencintai. Miranda juga mencintai saya. Tolong batalkan perjodohan ini.” PLAK! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Miranda. “Kamu sudah berjanji akan memutuskan hubungan dengan dia!” suara Desi bergetar, namun penuh ketegasan. Desi menyeret Miranda ke luar rumah. Cleo berusaha mengejar, tetapi seorang ajudan majikan keluarga Miranda mencegatnya dan mulai memukulnya dengan brutal. Miranda berteriak histeris. “Jangan pukul dia! Aku mohon!” Namun, Desi hanya menutup telinganya, mendorong putrinya ke dalam mobil dengan paksa. “Aaahh!” Miranda menjerit saat tubuhnya terhempas ke dalam mobil. Dari percakapan ibunya dan ajudan itu, Miranda mengetahui bahwa Cleo telah pingsan akibat pukulan brutal tersebut. Matanya memburam oleh air mata. Ia ingin keluar, ingin menolong kekasihnya, tetapi Desi sudah menyuruh ajudan untuk segera melajukan mobil menuju rumah majikan mereka. Saat tiba di sana, rumah itu sudah dipenuhi tamu undangan. Miranda kembali diseret oleh Desi, kali ini dengan rambutnya yang berantakan. Tatapan para tamu tertuju pada mereka. Kelvin, pria yang akan menjadi suaminya, memandangnya dengan jijik. “Apa gembel ini yang akan menjadi istriku?” Miranda hanya bisa menggigit bibirnya, menahan isak yang ingin pecah. Hatinya berteriak meminta pertolongan, tetapi tidak ada seorang pun yang peduli. “Saya nikahkan..." Seketika semua berubah dalam sekejap~Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung. Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika. “Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap. “Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika. “Lalu ka
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments