“Diam sebentar, Kiara!” kata Anita yang sedang fokus mewarnai kaki Kiara. Dia sedang sibuk membuat Henna di kaki Kiara, dia sudah memakan waktu 3 jam hanya untuk membuat Henna.
“Aku minta maaf, Anita!” Kiara meminta maaf untuk beberapa kali pada pagi itu. Dia mulai merasakan kecemasan, dia tidak menyadari kakinya sejak tadi tetap bergerak-gerak. Otaknya mulai berpikir tentang Jay mulai marah padanya, entah kesekian kalinya Kiara mulai memikirkan lelaki yang dibencinya sepanjang malam hingga pagi. Dia takut pada Jay akankah dia mengecewakan dirinya? Apakah ucapan yang diucapkan oleh Jay tadi malam benar-benar serius. Kiara mulai khawatir dan kebingungan.“Kiara, apa kamu baik-baik saja?” Anita bangkit, dengan ekspresi kekalahan yang terlihat di mata cokelatnya.
“Kakimu dari tadi tidak berhenti bergerak. Saya merasa kamu memiliki masalah yang menyebabkan kamu khawatir?” matanya mulai menatap mata Kiara.
Apakah dia harus memberitahu Anita yang sesungguhnya? Apakah dia bisa mengerti? Tapi dia tidak bisa menyimpan pikiran yang membuat dirinya terganggu, beban ini terlalu berat untuk diberikan kepadanya. Kiara tahu dia bisa mempercayai Anita, tetapi tidak untuk hal ini. Mereka sudah menghabiskan beberapa tahun untuk menjadi seorang saudara perempuan. Anita adalah kakak perempuannya tetapi dia seperti seumuran bagi Kiara. “Itu normal untuk khawatir terhadap masalah,” Anita mulai meletakkan tangannya di bahu adiknya, Kiara. “Tapi aku yakin semuanya akan baik-baik saja.”“Dari mana kamu tahu?” Airmata Kiara mulai membasahi matanya. “Jay bilang dia tidak ingin menikah denganku.” Airmata Kiara mulai membasahi wajahnya kembali, riasan wajah Kiara perlahan-lahan akan memudar. Anita mulai sedikit membungkuk dan mulai mengusap wajah Kiara yang penuh airmata dengan menggunakan saputangan. “Jay terlihat sangat marah padaku, Anita. Lihat saja saat kemarin dia menemuiku, tak ada perilaku baik yang ditunjukkan oleh dirinya. Dan rasanya ingin sekali aku memberitahu ayah tapi aku tak bisa..”“Tentu saja tidak! Ayah bisa marah kalau mendengar hal ini. Kamu harus kuat, Kiara. Pernikahan memang tidak mudah tetapi jika ada cinta semuanya akan lebih mudah,”Kiara mempercayai ucapan kakaknya, Anita. Jikalau dia mencintai pria itu, dia menginginkannya. Tetapi masalahnya adalah dia sama sekali tidak memiliki perasaan kepada pria itu lalu bagaimana mereka saling mencintai satu sama lain. Bahkan Jay sendiri selalu mengatakan tidak akan bisa jatuh cinta dengan Kiara. Dia hanya mengangguk dan berusaha tegar dalam kondisi apapun.Adline tak tega melihat anaknya menangis hingga mengeluarkan orangtua, ia berusaha untuk memeluk tubuh anaknya yang mulai gemetaran. Walaupun berkali-kali airmata putrinya kembali menetes, Adline berkali-kali mengusap di wajah puterinya. Dia ingin anaknya tetap Kuat, dia tidak ingin melihat Kiara yang lemah seperti ini. Apalagi dia harus kehilangan puterinya karena ingin menikah dengan Jay. Adline hanya bisa berharap semoga pernikahan yang akan dijalankan oleh Kiara dan Jay tidak akan berakhir seperti pernikahannya. 25 tahun, Adline bersama dengan pria yang tidak dicintainya itu adalah sebuah siksaan yang amat berat. Menjalani pernikahan seperti ini sama saja seperti berjalan diatas duri yang tajam. Ia tak berdaya dan tidak bisa merasakan cinta. Sampai akhirnya dia memiliki anak bernama Kiara, Kiara lah satu-satunya alasannya masih hidup sampai saat ini. Sejak Kiara lahir, Adline mulai merasakan kebahagiaan yang tiada Tara dalam hidupnya. Dia memeluknya dengan erat
Kiara mulai mencengkeram tangannya yang mulai dingin, kakinya mulai membuat suara hingga mengetuk lantai marmer yang gak terkendali. Napasnya mulai tak beraturan, dia mulai gugup saat melihat pandangan di rumah Jay. Rumah yang asing, disini tidak ada satupun orang yang mengenalinya, ini bukan dunianya.Dia tahu betul apa yang diharapkan orang-orang setelah ada pengantin baru Jay. Ibu Jay telah mempersiapkan kamar ini sebaik-baiknya tapi kenyataannya harapannya tidak sesuai dengan yang ia dapatkan. Hanya dalam sekejap statusnya berubah dari Puteri seorang miliarder hingga sekarang berstatus sebagai istri orang lain. Bahkan dia merasa asing dengan kamar Jay, tempat tidur hingga suasana yang masih asing. Seorang pria yang saat itu tidak ingin menikahinya malah datang dengan tiba-tiba. Seumur hidupnya, dia tidak ingin menikah dengan laki-laki yang amat membencinya. Selama pernikahan, Jay tidak pernah menengok atau sekedar menatap matanya, kalaupun dia mau menatap Kiara i
Pelayan muda itu mulai melangkahkan kakinya ke kamar Kiara, dia tampak duduk sendirian disana dan bersiap-siap untuk sarapan.“Selamat pagi, Bu."Kiara memberikan senyuman manis kepada pelayan itu, dia tahu betul rumah ini begitu asing baginya. Baginya ada hal misteri yang ada di rumah ini.“Hei,” Kiara bangkit dari tempat tidurnya, dia berusaha memperbaiki lipatan pada sarinya.“Bu Aliya mengirim saya untuk membantu kamu untuk bersiap-siap. Tetapi sepertinya saya telat datang.” kata Pelayan itu, tapi Kiara hanya menatap pada lantai saja.“Kamu tidak perlu sering melihat lantai,” Pelayan itu berusaha meyakinkan Kiara. “Aku tidak menggigit.Kiara mulai mengangkat kepalanya perlahan-lahan, dia mulai melihat seorang Gadis yang seumuran dengan saudaranya. Penampilan dia mirip sekali dengan saudaranya, mulai dari warna rambut hitam dan wajah ovalnya. Matanya pun mulai berbinar.Kiara mulai tersen
Aditya duduk di tempat kerjanya, dia mulai menatap jam dindingnya di setiap detik. Jay benar-benar tidak mengerti, jika Aditya membiarkan anaknya tetap seperti ini. Jelas-jelas dia bukan memperlakukan Kiara sebagai seorang istri melainkan sebagai orang asing.Kiara adalah segalanya, dia adalah satu-satunya pewaris dari perusahaan milik ayahnya, dan hanya Kiara yang berhak memiliki itu. Jay menikahi Kiara hanya karena ingin mendapatkan ahli waris milik ayahnya. Tapi apakah Jay memahami faktanya? Tentu saja tidak! Tentu saja Jay tidak mengerti tentang hal ini, Jay malah bersikap biasa saja kepada Kiara. Seolah tidak ada apapun yang terjadi padanya. Bahkan dia sempat memberontak dan tak ingin menikahi Kiara.Pintu ke kantornya tiba-tiba terbuka, Jay datang dengan wajah yang tidak menyenangkan. Aliya memarahi anaknya, Jay bisa-bisanya dia datang ke kantor dengan kaos denim berwarna biru.“Apa ini?” mata Ayahnya melotot ke arah Jay.
Jay merasa muak dengan jiwanya saat dia berdiri di sana, wajah sombong ayahnya tepat di depan matanya. Di sini Jay berdiri, merencanakan kematian seorang wanita yang tidak dia pedulikan. Namun, pemikiran tentang alasan kematiannya membuatnya merasa seperti hewan yang tercela.Tidak! Jay ingin berteriak. Jay tidak terlalu menyukai Kiara tapi dia tidak tahan melihatnya mati, bukan?Apakah itu pembunuhan? Dia bukan orang yang mengganti obat-obatannya dan selain itu, kematiannya akan membuatnya bebas dari perangkap pernikahan konyol ini dan kebebasan untuk bersama Angela, wanita yang dia cintai secara nyata.Apakah dia benar-benar memikirkan ini, membunuh istrinya?"Begitu dia meninggal, kamu bebas pergi."Dia menatap ayahnya, monster itu dia. Selama ini, dia telah menjadi pion dalam rencana lelaki tua itu untuk mengakhiri hidup seorang gadis lugu yang kejahatannya hanya menjadi kaya.Tiba-tiba, dorongan yang luar biasa untuk melindunginya, menyapu
Ishita meniru koreo yang dipelajarinya dari sebuah film, membuat Kiara tertawa dan terengah-engah saat kaki dan lengan gadis muda itu mengayun di udara, membuatnya tampak seperti menderita kelainan saraf versi aneh.“Ishita, kakimu harus istirahat.” Kiara mendesak.Ishita tertawa, duduk di sampingnya di kursi taman. Kiara telah belajar dalam waktu kurang dari satu jam dengan Ishita bahwa dia adalah seorang yang banyak bicara dan monyet sosial yang tidak sabar untuk melemparkan celemeknya ke udara sambil berlari melalui ladang, telanjang. Dia tertawa. Dan itu persis kata-kata Ishita.Ishita bertanggung jawab atas semua yang berkaitan dengan Kiara mengambil peran yang pernah dimiliki sudaranya."Bagaimana tentang.."Kiara!Dia menoleh dengan tajam saat mendengar namanya.Kiara! Jay sedang berjalan melalui jalan pendek dari rumah ke taman mewah yang berdiri di belakang gedung.Dia bangkit berdiri saat melihat dia, tang
Jay berpikir panjang dan keras tentang dilema yang tiba-tiba dia alami. Terjebak. Itu adalah situasi yang tidak bisa dia ramalkan dalam sejuta tahun, namun, itu adalah situasi yang tidak bisa dia hindari hanya karena itu bisa menyebabkan wanita yang dia benci, hidupnya.Itu semakin memperumit masalah fakta bahwa dia membencinya, namun, dia tidak bisa pergi. Tidak jika dia ingin menjaga hati nuraninya. Ketika sampai pada hal itu, entah itu kebebasannya dari pernikahan yang tidak pernah dia setujui atau hati nuraninya. Dia sangat berharap dia bisa menjaga mereka berdua.Kiara adalah wanita yang tidak banyak bicara, mata cokelatnya tampak diam seperti bibirnya. Jari-jarinya gelisah hanya dengan melihatnya dan kehadirannya membuat seluruh tubuhnya gemetar ketakutan. Bahkan sekarang, saat dia menatapnya, dia gemetar. Dia tidak pernah bisa memahaminya. Dia tidak bisa memahami ketakutannya terhadap dia atau penarikan dirinya. Bukannya dia ingin dia mendekat-sebali
Saat Jay mulai keluar dari kamarnya, Kiara malah memarahi dan memaki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mengucapkan kata itu, menuduh Jay untuk takut kepadanya. Tetapi ucapan itu sudah didengar Jay, Kiara hanya sia-sia saja jika masih memarahi dirinya sendiri. Terlihat Jay marah dengan ucapan Kiara, Kiara merasa serba salah dengan suaminya.Dia menatap gelas ditangannya, berusaha untuk melupakan pikiran yang selalu ada di benaknya tentang Jay. Terutama saat Jay menyerahkan obat Kiara setiap pagi.Itu bukan pekerjannya.Mengapa dia melakukan hal ini?Merasa ada yang janggal disini.Tapi, mungkin ada alasan lain mengapa Jay berbuat seperti itu. Mungkin saja Jay hanya sekedar lewat dan tak sengaja memberikan Kiara obatnya. Bisa jadi, kan? Bukannya setiap suami harus menjadi suami siaga saat istrinya sedang sakit.Kiara masih ingat jelas apa yang dikatakan ibunya saat malam pernikahan. Ibunya mengatakan kalau K