Share

Eight

~Menjadi orang tuli itu ada baiknya. Kamu tidak perlu mendengar apa yang seharusnya tidak kamu dengar♡

Pagi ini, sama seperti biasanya, Cornell berjalan kaki untuk menuju ke sekolah. Jam masih menunjukkan pukul 06.30. Cornell memang terbiasa berangkat pagi, karena dia bukan tipe siswa yang suka terlambat.

Saat sedang berjalan, Cornell merasa ada yang mengikuti langkahnya. Tapi dia berusaha untuk tetap tenang dan tidak cemas. Tiba-tiba, ada sebuah mobil yang berhenti tepat di sampingnya. Cornell pun menghentikan langkahnya.

Keluarlah seorang laki-laki setengah baya dari mobil itu. Dia kemudian berjalan mendekat ke arah Cornell.

"Kamu pegawai restoran yang waktu itu ya?" tanya laki-laki itu.

"A-ah mungkin pak, saya tidak terlalu ingat" jawab Cornell ragu.

"Saya masih ingat wajah kamu. Ngomong-ngomong kamu mau berangkat sekolah? Dimana sekolahmu?" tanya laki-laki itu. 

"Saya sekolah di ASR High School" jawab Cornell seadanya. 

"Waah kebetulan sekali, saya juga mau ke sana. Kalau begitu kamu berangkat sama bapak saja" ucap laki-laki itu.

Cornell hanya diam sambil berfikir. Ada rasa tidak enak jika menolak. Namun, dia juga tidak mengenal bapak itu. Cornell jadi semakin bingung saat ini.

"Nak, bapak tidak akan macam-macam padamu. Bapak ke sekolahmu karena ada urusan tersendiri. Jadi, mau pergi bersama?" ucap laki-laki itu meyakinkan.

"Ba-baiklah pak, terimakasih sudah mengizinkan saya menumpang" ucap Cornell.

"Jangan sungkan, ayo pergi" ajak laki-laki itu kemudian pergi bersama Cornell.

Di dalam mobil, laki-laki itu tidak sungkan mengajak Cornell berbincang. Dan Cornell pun tak segan untuk menjawabnya.

"Nak" panggil laki-laki itu. Tentu saja Cornell tidak merespon, karena dia tak bisa mendengarnya.

"Nak" panggil laki-laki itu lagi sambil menepuk pundak Cornell.

"E-eh maaf pak, saya tidak bisa mendengar perkataan bapak" ucap Cornell refleks.

"Maksud kamu?" 

"Saya tuli"

Deg. Laki-laki itu lagi-lagi terkejut mendengar pengakuan dari Cornell. Sungguh tidak mengira akan seperti ini. Apa ini hanya kebetulan? Tapi, kenapa semirip ini? 

"Ka-kamu tuli?" tanya laki-laki itu tidak percaya.

"Iya pak, saya tuli sejak lahir" 

Lagi-lagi kebenaran ini mampu membuat laki-laki itu diam seribu bahasa. Dia tak mampu berkata-kata saat ini. Ada rasa senang dan tidak menyangka ini semua akan terjadi. 

"Apa benar anak ini?" batin laki-laki itu.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5 menit, kini Cornell dan laki-laki tadi sudah sampai di depan gerbang ASR High School. 

"Terimakasih pak sudah memberi tumpangan pada saya" ucap Cornell sopan.

"Iya nak, jangan sungkan" balas laki-laki itu.

"Oh iya, siapa namamu?" 

"Nama saya-"

"King!" 

Tiba-tiba, Vlo datang dan memanggil Cornell sambil menepuk pundaknya dari arah belakang. Hal itu sontak membuat Cornell kaget dan menghentikan ucapannya.

"Kenapa datang-datang langsung mengagetkanku? Mau membuatku serangan jantung?" ucap Cornell kesal.

"Hehe maaf King. Kenapa masih di sini? Ayo ke kelas" ucap Vlo dengan tampang muka tak bersalah.

"Sebentar" 

"Sekali lagi terimakasih pak. Saya permisi ke kelas dulu" ucap Cornell pada laki-laki itu.

Dia kemudian masuk bersama Vlo untuk menuju ke kelas. Sedangkan laki-laki itu, dia masih setia berdiri dengan fikirannya. Tak lama kemudian, laki-laki itu ikut masuk ke dalam kawasan ASR High School.

Jam pelajaran pertama di mulai. Seluruh siswa di kelas XII A2 mengikuti pelajaran dengan tenang tanpa suara. Tiba-tiba, ada seorang siswa masuk ke kelas mereka.

"Permisi pak, saya di perintahkan oleh pak Ramzi untuk memanggil Cornellio King Smart" ucap siswa itu to the point.

Seketika seluruh mata tertuju ke arah Cornell. Cornell yang tak sadar pun masih tetap berkutik dengan bukunya. Kemudian Vlo menepuk pundak Cornell untuk menyadarkannya.

"King, kamu di suruh ke ruang kepala sekolah" ucap Vlo.

"Untuk apa?" tanya Cornell bingung.

"Aku tidak tau. Lebih baik kamu cepat pergi" saran Vlo.

Cornell pun langsung berdiri dari tempat duduknya dan pergi menuju ruang kepala sekolah. Ada rasa tegang dalam dirinya, karena tidak biasanya pak Ramzi memanggilnya. 

Kini, Cornell sudah ada di depan pintu ruang kepala sekolah. Dia langsung membuka pintu itu. Dan ternyata, di ruangan itu tidak hanya ada pak Ramzi. Tetapi juga ada Vero, Vano, dan dua laki-laki setengah baya yang tidak Cornell kenal. Tunggu, Cornell mengenal salah satu laki-laki itu. Yups, laki-laki itu tidak lain adalah orang yang memberi tumpangan pada Cornell tadi pagi.

"Silahkan duduk nak" ucap pak Ramzi.

Kini, Cornell sudah duduk di sebuah sofa yang dekat dengan pak Ramzi. Suasana menjadi semakin tegang dan canggung. Perasaan Cornell mulai tidak enak. Apa yang sebenarnya terjadi? Itulah yang selalu ada di benak Cornell.

"Sebelumnya saya ucapkan terimakasih karena telah mengindahkan undangan saya ini. Ada hal penting yang harus saya sampaikan" ucap pak Ramzi.

"Cornell, apa kamu mengenal mereka?" tanya pak Ramzi sambil menunjuk ke arah 2 laki-laki setengah baya yang ada di depannya.

"Tidak pak, saya tidak mengenal bapak-bapak ini" jawab Cornell sopan.

"Baiklah, akan bapak beritahu. Orang yang ada di depan kamu adalah kedua donatur terbesar di sekolah kita, yang tidak lain adalah pak Devan dan pak Satya. Dan mereka berdua juga adalah ayah dari Vero dan Vano" 

Cornell sedikit terkejut dengan penjelasan pak Ramzi. Jadi, sekarang Cornell sedang di hadapkan dengan dua donatur terbesar di sekolahnya? Dan laki-laki yang memberi tumpangan padanya adalah ayah Vero? Cornell sungguh tidak menyangka dengan semua ini.

"Saya mengundang kalian karena perintah dari pemilik sekolah ini yaitu pak Bramando. Beliau mendapat kabar dari anaknya bahwa di sekolah kita terjadi kasus pembullyan yang pelakunya tidak lain adalah Vero dan Vano. Serta korbannya adalah Cornellio King Smart" 

"Sekarang saya tanya pada Vero dan Vano, apa benar kalian membully Cornell?" 

Vero dan Vano pun seketika menciut. Mereka berdua saling menatap satu sama lain.

"Gimana Ver?" bisik Vano.

"Sesuai rencana Lo" jawab Vero mantap. Dia kemudian memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan pak Ramzi.

"Iya pak, kami mengaku telah membully Cornell dan kami menyesali perbuatan kami" ucap Vero.

"Baiklah jika kalian mengakuinya. Sebagai hukumannya, kalian berdua harus meminta maaf pada Cornell dan kalian bapak skors selama dua hari!" tegas pak Ramzi.

"Baik pak, kami siap menjalankan hukuman yang bapak berikan" ucap Vero.

"Cornell, kami berdua minta maaf kalau sering bully Lo, kami menyesal ngelakuin itu ke Lo. Lo maukan maafin kami?" ucap Vero.

Cornell yang melihat Vero seperti itu pun merasa iba. Tapi, dia masih belum bisa percaya dengan ucapan Vero. Dia merasa kalau ini hanya sandiwara semata.

"Aku sudah memaafkan kalian dari dulu" balas Cornell sambil tersenyum.

Ada sepasang mata yang memperhatikan Cornell sedari tadi. Dan orang itu tidak lain adalah Devan, ayah Vero. 

"Kenapa aku semakin yakin kalau dia adalah orang yang selama ini aku cari?" batin Devan.

Setelah semuanya selesai, Cornell dan yang lainnya pun keluar dari ruang kepala sekolah. Saat ingin kembali ke kelas, ada sebuah tangan yang menghentikan langkahnya.

"Nak" ucap Devan dengan suara beratnya. Cornell pun berbalik badan.

"Siapa namamu tadi?" tanya Devan.

"Cornellio King Smart, pak" jawab Cornell.

"Dimana orang tuamu? Apa mereka bersamamu?" tanya Devan yang semakin menjadi.

"Maaf pak, ada keperluan apa bapak dengan orang tua saya?" tanya Cornell heran.

"Jawab saja nak, bapak butuh jawaban kamu" ucap Devan. Akhirnya Cornell pun memberitahu Devan.

"Orang tua saya, mereka tidak ada di sisi saya. Ibu saya sudah meninggal, dan ayah saya..." ucap Cornell menggantung.

"Saya tidak tau dia dimana"

Deg. Rasa sakit tiba-tiba di rasakan oleh Devan. Dugaannya benar. Cornell adalah orang yang selama ini dia cari.

"Nak, jika bapak bilang kalau bapak adalah ayahmu, apa kamu akan percaya?" tanya Devan yang sontak membuat Cornell terkejut.

"Ma-maksud bapak?" 

"Bapak adalah ayah kamu, ayah kandung kamu! Kamu adalah anak bapak yang selama ini bapak cari!" tegas Devan.

"Ti-tidak mu-mungkin"

                     Part 8 selesai:)

            Tinggalkan jejak kakak♡‿♡

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status