Mayla menatap kesal pada pria di hadapannya. Yang sedari tadi bersikap jutek dan seolah sengaja memancing kemarahan Mayla. Wirya~pria dengan aura intimidasi yang kuat itu seakan memiliki dendam pribadi pada Mayla. Padahal mereka beberapa kali ketemu secara tidak sengaja dan sepertinya Mayla tidak merasa melakukan kesalahan apapun pada pria jangkung itu."Ternyata kamu bisa tegas juga ya," ujar Wirya tertawa kecil."Tentu saja saya bisa tegas, kalau anda memiliki masalah pribadi, saya mohon jangan dibawa- bawa kesini dan jangan dilampiaskan ke saya. Sikap anda itu seolah ingin meremehkan saya," balas Mayla."Ya baiklah kita akan bicara terkait kasus penggelapan uang perusahaan ini. Setelah saya lihat, penjelasan yang kamu buat pada data laporan ini sudah sangat jelas. Saya bisa memahaminya." Wirya membolak balik lembaran laporan data keuangan perusahaan itu."Kalau begitu urusan saya disini sudah selesai, saya permisi dulu. Saya harap ini kali terakhir kita bertemu Pak Wirya," ucap May
Mayla memandangi sekeliling ruangan rumah yang sudah kurang lebih 6 tahun ini menyisakan kenangan manis saat ia berumah tangga dengan Adam.Rumah ini mereka bangun dari hasil jerih payah mereka berdua saat masih sama-sama bekerja.Namun setelah resmi bercerai nanti, rumah ini termasuk harta gono gini yang harus dibagi dua dengan Adam."Non, sudah mau berangkat?" tanya Bik Atun."Iya Bik, nanti dari pengadilan, aku langsung pergi ke sekolah Alex buat jemput dia," jawab Mayla."Semangat ya Non, yang kuat demi Den Alex.""Makasih Bik, Mayla pergi dulu." Mayla bergegas memasuki mobilnya dan segera meluncur ke pengadilan.Sebenarnya Mayla enggan untuk datang ke sidang perceraiannya dengan Adam, tapi demi memperjuangkan hak asuh Alex, Mayla harus datang. Jangan sampai Adam dan Arumi merebut hak asuh Alex.Sesampainya di pengadilan, Mayla melihat Adam sudah berdiri diluar ruang sidang, sepertinya sengaja menunggu kedatangan Mayla."Datang juga kamu May, aku sudah nunggu dari tadi loh," ujar
"May! Tunggu May!" seru Adam mengejar Mayla yang baru saja ingin masuk ke mobilnya."Apalagi Mas? Belum puas kamu dan teman pengacaramu itu memfitnah aku di persidangan tadi? Benar-benar keterlaluan ya kamu Mas! Pantas saja temanmu itu sikapnya selalu jutek kalau bertemu denganku. Ternyata gara-gara mulut lemesmu itu," geram Mayla."Tapi kan aku tidak bohong, memang kamu sekarang sedang dekat dengan Hilman 'kan?" ujar Adam membela diri."Sembarangan kamu Mas! Mas Hilman hanya rekan kerjaku, tidak lebih! Jadi jangan kamu coba-coba mau memutar balikkan fakta. Kalau kamu sampai melakukan hal ini lagi, aku akan sebarkan video saat aku menggerebek kamu dan Arumi di hotel. Kita lihat siapa yang akan menang!" tantang Mayla.Adam terkejut mendengar Mayla memiliki video penggerebekan dirinya saat mesum di hotel dengan Arumi. "Beneran kamu punya videonya May?""Iya, mau aku berikan ke Pak hakim sekarang?" tantang Mayla lagi."Jangan May aku mohon," Adam memelas."Mengapa tidak boleh? Kamu dan A
Mayla tersenyum puas, rasanya ia senang sekali bisa membuat Adam menjadi panik setengah mati. Padahal kalau boleh jujur, Mayla sebenarnya sama sekali tidak mempunyai video saat ia dulu memergoki Adam dan Arumi berbuat mesum di hotel.Saat itu, jangankan sempat untuk merekam, kaki dan tangan Mayla saja terasa bagai jelly yang bergetar. Bisa menahan emosi untuk tidak membunuh keduanya saat itu saja sudah merupakan suatu anugrah buat Mayla.Tapi Mayla sangat tahu bagaimana isi di kepala Adam dan Arumi yang licik dan culas itu. Mereka yang dasarnya memang culas pasti akan berusaha supaya Mayla tidak mendapatkan apapun setelah bercerai dari Adam nanti. Makanya mereka memutar balikkan fakta di persidangan. Menuding Mayla yang berselingkuh dari Adam.Untung saja Mayla cerdas, ia terus berpikir terkait hal apa yang bisa membuat Adam menyerah pada dirinya, dan terbukti sekarang Mayla berhasil.Mayla menghentikan mobilnya di sebuah cafe. Perutnya sudah terasa lapar sekali dan minta diisi. Tadi
Mayla sangat panik saat mengetahui Alex tidak ada di tempat biasa dimana dia menunggu Mayla menjemputnya. Mayla memang sedikit terlambat menjemput karena meeting dengan klien penting dari Kalimantan lumayan memakan waktu lama."Pak, lihat Alex nggak? Kok dia nggak ada di tempat biasa saya menunggunya?" tanya Mayla pada penjaga sekolah."Wah, saya nggak tahu Bu, tadi Alex masih nungguin disini kok sama 2 temannya yang juga belum dijemput. Karena perut saya sakit, saya tinggal mereka ke toilet sebentar, lah kok nggak ada ya?" jawab penjaga sekolah bingung.Semakin cemaslah Mayla dibuatnya, "Duh, kemana Alex ya Pak?""Tenang Bu Mayla, biar saya cari dulu ya Bu, siapa tahu Alex pergi ke kantin beli minuman," ujar penjaga sekolah.Mayla mengangguk, "Iya Pak, saya juga akan mencarinya di lapangan, siapa tahu Alex bermain disana."Mayla bergegas menyusuri koridor sekolah, berjalan ke sebelah kanan tempat lapangan olahraga berada. Namun tak nampak jagoan kecilnya itu disana.Mayla kembali berj
"Loh ini kan Pak Wirya, keponakan pemilik yayasan ini," seru Bu Mulyani."Wi-Wirya," lirih Mayla. Di layar komputer itu jelas terlihat kalau Alex yang terlihat lesu tampak gembira saat melihat kehadiran Wirya, mereka bercanda sebentar sampai akhirnya Wirya menggendong Alex dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.Dengan cepat Mayla membuat panggilan dengan Waluyo~Bosnya. Mayla ingin menanyakan terkait nomor ponsel Wirya. Entah apa maksud pengacara itu membawa Alex bersamanya."Halo Pak!""Iya Mayla, ada apa?""Boleh saya tahu nomor pengacara Bapak yang bernama Wirya Sasongko itu. Ada yang ingin saya bicarakan dengannya Pak," ujar Mayla."Oh boleh May, sebentar ya, nah ini nomornya, 08124555****," jawab Waluyo."Baik Pak terima kasih.""Sama-sama Mayla."Tak ingin membuang waktu, Mayla langsung membuat panggilan ke nomor yang sudah diberikan oleh Waluyo tadi. Nomor Wirya, pengacara yang sudah membawa Alex pergi bersamanya."Halo," suara Wirya terdengar."Halo, ini aku Mayla Mas. Aku ma
"Mas, aku telat dapet lagi bulan ini," sungut Arumi seraya menghempaskan tubuhnya ke kasur. Menenggelamkan wajahnya ke atas bantal."Ya sudah, coba kamu beli testpack dulu Sayang. Mudah-mudahan kamu tidak hamil," respon Adam sambil terus memperhatikan gambar design proyek yang sedang ia kerjakan."Kalau aku hamil gimana?""Ya nggak apa-apa, kan aku tanggung jawab, toh sebentar lagi juga kita akan menikah.""Memangnya kapan kita akan menikah?" tanya Arumi lagi."Segera setelah perceraianku dan Mayla resmi disahkan pengadilan Sayang.""Emm masih lama nggak itu?""Nggak kok, paling beberapa minggu lagi, sabar ya Sayang.""Memangnya Mas sudah bilang sama orangtua Mas di Surabaya kalau Mas sudah bercerai dengan Mayla dan akan segera menikah denganku?"Adam terdiam sejenak. Hal itulah yang menjadi salah satu beban pikirannya sekarang. Bagaimana cara memberitahu orangtuanya kalau ia dan Mayla sedang proses perceraian.Mayla merupakan menantu kesayangan Ibunya Adam. Di mata Ibunya, Mayla soso
Mayla menatap sedih pada jemari mungil yang kini harus terpasang jarum infus. Perlahan mata bocah kecil yang menjadi penyemangat hidup Mayla itu terbuka. Alex tampak memaksakan senyum meski tubuhnya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. "Mommy, where am I?" Bola mata hazel itu mengerjap lucu."Kamu sekarang sedang ada di rumah sakit Sayang. Are u okey?" tanya Mayla."Kepalaku pusing Mommy, aku haus," jawab Alex."Sebentar ya mama ambilkan minum. Nah ini minumnya Sayang." Mayla memberikan satu botol kecil air mineral pada Alex."Where's Daddy? I Miss Him," ujar Alex.Mayla terdiam, sejujurnya ia merasa sedih, di usia sekecil Alex, ia harus mengalami hal yang bahkan belum bisa ia mengerti. Kedua orang tuanya bercerai. Awalnya Mayla mencoba untuk tidak egois, ada setitik rasa ingin memilih bertahan. Tapi ternyata Mayla tidak sekuat itu, ia tidak bisa menahan rasa sakit dikhianati oleh orang yang selama ini dipercaya dan sangat ia cintai.Mayla menyerah, ia hanya bisa berdoa semoga b