Share

3. Nona Plak

Banyak orang ingin viral supaya terkenal. Mereka rela melakukan hal-hal konyol demi meraih semua itu. Bahkan ada yang melakukan settingan. Bagi Aira menjadi viral bukan hal baik karena dia tidak suka kegaduhan. Akan tetapi tamparan maut ke Bayu merubah segalanya. Kejadian itu direkam. Video itu viral. Sekarang dia terkenal. 

Kesialan demi kesialan mulai terjadi. Ketika berada di dekat lapangan basket, anggota tim basket membuat Aira gusar. Tiga kali kepalanya ditimpuk bola basket oleh mereka.

"Maaf tidak sengaja." Selalu begitu alasan mereka ketika mengambil bola.

Ketika duduk di kantin, Aira menduduki permen karen. Sore hari ketika hendak pulang ban motor Vespa Aira gembos. Terpaksa dia mendorong sepeda bongsor menuju tempat tambal ban. Dia mendapati seutas kertas terselip di belakang jok.

'Buat video minta maaf, akui jika kamu cuma pansos.'

Ia merobek kertas membuang ke tepi jalan. Wajah Aira perlahan memerah oleh amarah. Kertas itu menjadi menjadi petunjuk siapa identitas para pem-bully. 

"Sabar, paling besok juga berhenti sendiri," ujar Mei, setia duduk di jok motor-matik menemani Aira yang menunggu tambal ban.  

"Youtuber banci, beraninya menyuruh orang buat mem-bully."

"Belum tentu juga dia yang menyuruh mereka, kan?" 

"Bela terus, bela artis idola."

Mei menghela napas ketika mendapati wajah Aira muram, cemberut seperti kambing belum diberi makan. "Ya tidak membela, cuma jangan asal menuduh orang nanti kena pasal pencemaran nama baik."

Di kost-an Aira pun ketiban sial. Ketika sedang memasak, lampu dapur mati. Ketika mandi, pintu terkunci. Fans Bayu ada di mana-mana.

Hari berganti dan pem-bully-an berlanjut. 

Aira mencoba tabah dengan tidak terlalu peduli pada kejahilan para fans Bayu. Sekarang teman-teman Aira pun mulai memanggilnya dengan Nona Plak.

Ketika pergantian jam mata kuliah, Aira dan teman-teman berkumpul memakan rujak pedas. 

"Aira, aku punya video baru nih," ujar Efendi, pamer video di hp, duduk di sebelah Aira. Sengaja dia membiarkan Aira menonton. Isi video itu kejadian Aira menampar Bayu, tapi diedit menjadi Aira menampar kerbau, menampar spongebob, menampar kingkong dan ditutup dengan Aira menampar Aira. 

Diah tertawa paling kencang melihat video itu. Lambat laun Aira mulai terbiasa, dan sekarang dia tidak marah malah tertawa bersama teman-teman. Bisa apa dia? Mau marah? Kalah jumlah.

Jika tidak bisa melawan lawan yang lebih kuat, maka bergabung lah dengan mereka. Aira memakai prinsip ini dengan harapan semua akan berakhir.

"Ra, mending buat video minta maaf," saran Mei.

"Bener Ra, dari pada kamu kena bully terus," sambung Diah, mengecup jempolnya yang penuh sambal.

Wajah Aira melipat-lipat, membuat teman-teman terdiam. Mereka takut Aira naik pitam. "Aduh, perutku sakit. Aku ke WC dulu ya."

Mereka pun tertawa lega, membiarkan Aira pergi sendiri.

Di sana Aira berusaha membuang sampah. Aneh, toilet sepi sekali.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan. "Keluar kamu!"

Aira mana tahu siapa yang dipanggil. Matanya bergerak ke kiri dan kanan. Karena teriakan itu sakit dalam perut hilang tanpa jejak. 

"Aira, kan namamu? Keluar!" Suara gadis itu begitu keras, menggema dalam ruang. "Sebelum kita buka paksa pintu bilik, mending keluar!"

"Iya iya, sebentar!" Aira keluar tanpa tahu apa-apa, memandang sebal tiga gadis di hadapannya. "Kalau mau pakai, pakai bilik sebelah kan kosong? Ada empat tuh."

"Banyak bacot nih cewek!"

Tanpa aba-aba gadis berbadan gempal menjambak rambut Aira, menyeret menuju wastafel. Gadis itu tertawa melihat pantulan wajah mereka di cermin.

Aira meronta, berusaha melepaskan diri dari dominasi. "Eh, ini apaan sih? Lepas! Kalian mau apa?"

"Mau menghakimi kamu!" sahut gadis gendut.

Seorang gadis kurus menghampiri. "Tahu diri dong! Kamu tuh jelek, burik, berani-beraninya menampar pangeran Bayu!" Gadis berwajah sinis itu mulai menepuk-nepuk pipi kanan Aira. "Sekarang, siap-siap!"

"Kalian mau ngapain?" tanya Aira. "Jangan main-main atau kalian bakal menyesal!"

"Kamu yang bakal menyesal," ujar gadis dengan rambut kuncir kepang dua, memutar kran wastafel. 

Aira panik meronta berusaha melepaskan diri dari dominasi ketiga gadis, tapi gagal.

Gadis gendut terbahak kencang sampai perut yang bergelambir bergerak-gerak. "Mending sekarang buat video pernyataan minta maaf, mengaku kalau cuma PANSOS. Sebelum semua basah."

"Basah?" Aira memandang ketiganya bergantian. "Kalian mau apa?"

Gadis berkuncir kepang dua menyumbat lubang wastafel pakai tisu. Air tertampung sampai meluber tumpah.

Ketiga gadis bekerjasama mendorong kepala Aira masuk ke wastafel. Cukup lama mereka merendam wajah Aira, lalu menarik kepala itu mundur. 

"Enak keramas siang?" tanya gadis jangkung. "Kalau sudah segar, sekarang buat video pernyataan minta maaf."

Aira terengah, menggeleng pelan. Rambut, wajah, kerah pakaian basah, tapi dia tetap kokoh dalam pendirian. "Aku tidak salah, kenapa harus minta maaf?"

"Kurang lama direndam kepalanya," keluh si kepang dua. Kedua temannya kembali memasukkan kepala Aira ke dalam wastafel.

Aira menggeleng, meronta, tapi tiada hasil. Suara kelelep, gelembung-gelembung kecil berisi oksigen keluar dari hidung. Ia memejamkan. Kembali dia dijambak mundur. 

"Bagaimana? Mending membuat video pernyataan, biar tidak usah begini terus," ujar gadis berkepang dua.

"Mending lepas sekarang, sebelum kalian menyesal," sela Aira, malah tersenyum kecil sembari mengatur napas.

Gadis gendut menarik kasar rambut Aira, sampai gadis itu mendongak. "Nih cewek tidak tau situasi dan kondisi apa gimana? Eh--"

Kepala Aira menabrak kepala gadis gendut di belakangnya. Hidung gadis itu mimisan dan cengkeraman lepas. 

"Kentung! Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya gadis jangkung, menolong temannya. Ia hendak menjambak Aira. "Dasar jalang! Berani melawan kamu, ya--"

Aira menendang perut si kurus sampai dia mundur masuk bilik. Aira mendorongnya dengan kencang. 

Bokong tepos si kurus masuk ke toilet. Ia berusaha menarik badan, tapi gagal. Kakinya bergerak-gerak liar ke udara. "Eh! Tolong! Tolong! Tidak bisa lepas ini, tolong!"

Kentung mulai sadar. Darah segar mengalir dari lubang hidung menetes di dada juga perut yang menonjol. Ia hendak menyerang Aira dari depan. "Dasar kunyuk!"

Dengan cekatan Aira meninju tiga kali perut empuk di depannya, lalu melakukan pukulan uppercut, sebuah pukulan maut yang menghantam dagu lawan dari bawah. Sontak kepala Kentung mendongak, berjalan mundur beberapa langkah lalu badannya oleng, ambruk terlentang tak sadarkan diri. 

Aira jago tinju. Bapaknya yang seorang tentara rajin melatih dulu, untuk jaga diri jika kelak bertemu lelaki hidung belang. Siapa sangka, ilmu itu malah dipakai menghajar gadis berengsek seperti mereka.

Aira menyumpal mulut gadis kurus yang terjebak di toilet pakai sabun batangan. Ia menoleh ke arah gadis terakhir. 

Kaki gadis berambut kepang dua bergetar. Ia menggigiti kuku jari. "A-ampun Mbak, ampun. S-saya tidak bakal mengulangi lagi, Mbak. J-jangan sakiti saya, ya. Akan saya beri apapun yang Mbak minta."

"Ampun? Mbak? Sejak kapan kamu jadi ramah, hmm?"

Aira cekikikan menjambak rambut si kepang, dengan sadis ia mendorong kepala gadis itu masuk ke wastafel yang penuh air, lalu dia tarik, dan dorong lagi sampai puas.

"Dengar! Aku tidak bakal membuat video klarifikasi apapun. Sebaiknya kalian jangan mencoba mem-bully-ku lagi, beri tahu orang-orang untuk stop mem-bully. Dan pastikan, jangan mengadu ke siapapun, karena kalian juga yang mulai duluan, mengerti?"

Setelah membersihkan wajah Aira membuka kunci pintu toilet. Banyak orang menanti di depan toilet. Mereka kaget melihat apa yang terjadi. Mungkin mereka mengira Aira bakal keluar dengan wajah bergelimang air mata. Mereka bertambah kaget melihat kondisi ketiga gadis di dalam toilet. Tanpa diminta kerumunan membuka jalan untuk Aira.   

"Aira!" teriak Mei. "Gawat Aira! Tim rempong mau mem-bully kamu. Teman mereka bilang ...." Mei menoleh ke toilet. "Tim rempong? Kamu apakan mereka?"

"Entah. Lagipula bawa info telat. Sudah selesai baru datang." Langkah Aira terhenti di muka tangga, mendapati Bayu berjalan sendiri keluar dari gedung. Ia mengepal tangan, memukul rill tangga.

Mei paham pikiran gadis itu, segera dia menarik tangannya. "Aira jangan, nanti kamu tambah di bully, sudah Aira, jangan diladeni!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aililea (din din)
Aira kok dilawan😌😌
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status