Baru beberapa langkah keluar dari gedung kampus, suara teriakan seorang gadis membuat kaki Bayu terasa berat. Suara itu membuat telinganya panas.
"Youtuber abal-abal, stop!"
Bayu menoleh, mendapati Aira mendekat. Dengan kasar gadis itu mendorong hingga Bayu mundur beberapa langkah.
"Pengecut! Kalau berani ayo by one!" Tantang Aira, meninju angin.
Bayu tertawa kecil melihat seorang gadis berlagak menjadi Muhammad Ali. "Lo kalau ngomong yang jelas."
Aira meninju badan Bayu, tapi pemuda itu meloncat mundur. "Kamu sengaja menyuruh fans-mu mem-bully-ku, kan? Ayo ngaku!"
"Mau pansos lagi?" tanya Bayu. "Uang kemarin belum cukup?"
"Siapa yang butuh uangmu?"
"Ya sini, kembalikan."
"Dasar cowok tidak bermoral, suka menjilat liur sendiri!" Aira mengambil uang lembaran sepuluh ribuan dan lima ribuan lecek, melempar ke muka Bayu. "Nih ambil!"
"Apaan nih? Lima puluh ribu aja tidak ada, bego!" sentak Bayu. "Lo kalau pansos, jangan begini caranya. Apa Ibu lo tidak pernah mengajari sopan santun? Pasti dia tidak jauh hina seperti lo, kan?"
Sebuah tamparan menghantam pipi kanan Bayu sampai memaksa kepala menoleh ke kiri. Sakitnya tamparan sama seperti tempo hari hanya saja sekarang lebih memalukan karena lebih banyak mata melihat.
"A-Aira, ya Allah, kamu kenapa menampar Bayu lagi?" Mei memandang keduanya bergantian, dia bingung harus apa.
"Dengar," ujar Aira, menunjuk hidung Bayu. "Jangan menghina Ibuku, mengerti?"
Bayu menepis jari di depan hidungnya. Ia mengepal sampai urat-urat lengan terlihat jelas di pergelangan tangan. "Untung lo cewek, kalau cowok udah gue kirim ke UGD."
"Kamu yang salah--"
Secepat kilat Bayu menepis jari Aira sebelum mampu menunjuk hidungnya lagi. "Gue tidak pernah salah. Lo yang salah. Lo yang mulai. Dari awal bertemu, lo ngatain gue duluan. Ibu lo goblok, tidak bisa mendidik anaknya."
"Udah, ngapain main drama di sini?" Kevin mendorong Bayu dan Aira saling menjauh.
Aira menunjuk Bayu, memandang sebal Kevin. "Nasehati tuh si lambe-turah! Jaga ucapannya sebelum aku tonjok!"
Mei menarik Aira mundur. "Sudah, tenang. Nanti jadi viral lagi--"
"Peduli setan!" bentak Aira, memandang jengah Bayu. "Awas kalau kamu menyuruh orang mem-bully lagi--"
"Eh cewek barbar," jawab Bayu. "Gue tidak pernah menyuruh orang mem-bully lo. Muka lo kali, yang mengundang orang buat mem-bully!"
"Udah cukup!" keluh Kevin, menarik tangan Bayu menuju gazebo. "Bubar bubar!"
Sesekali Bayu menoleh ke belakang. Siapa sangka gadis itu bakal melakukan hal seperti tadi. Amarahnya semakin panas membakar jiwa.
Gazebo di pinggir taman sejuk, menjadi tempat langganan Kevin tidur. Di gazebo ini aura badan pemuda itu tercium kental. Terdapat bantal berbentuk bola di salah satu kursi kayu. Ia memperlakukan tempat ini seperti milik sendiri dan semua penghuni kampus tak ada yang berani mengusik.
Kevin duduk di sana menarik Bayu duduk ke kursi sebelah.
"Kamu kenapa ribut di depan umum?" tanya Kevin. "Nanti lama-lama orang bakal mengira kalau keributan ini settingan. Namamu bakal tercemar."
"Gue tidak salah." Bayu berselonjor Kaki di kursi panjang kayu, menendang bantal sampai jatuh. Ia bersangga kening di pagar gazebo. "Tuh cewek emang ingin pansos. Dia menyalahkan gue, memfitnah di depan umum. Sumpah kalau bukan cewek, udah gue injak mukanya."
"Sudah, tidak usah diladeni, anggap saja angin kentut lewat."
"Ya tidak bisa gitu dong. Gue, seorang Bayu, artis terkenal, masak diperlakukan begini sama cewek kampungan macam dia."
Bayu serius dalam ucapan. Sekarang semua menjadi personal. Ini kali pertama seorang gadis berani membentak, menunjuk mukanya dari dekat, menampar dua kali dalam seminggu.
"Aku dengar setelah kejadian tamparan di kelas tempo hari, dia sering di-bully orang," ujar Kevin dengan nada naik turun. "Mungkin bukan maksud dia pansos, cuma kebetulan saja kamu lewat terus dia marah-marah."
Bayu menghela napas. Benar apa kata Kevin. Para fans mungkin tersulut karena Aira menampar Bayu. Mungkin para fans mem-bully Aira hingga gadis itu berpikir semua karena perintah Bayu.
Suara Bayu melunak. "Tapi gue tidak menyuruh orang, Vin."
"Iya aku paham. Cuma yang namanya fans punya otak dan kemauan masing-masing. Kita tidak bisa mengontrol mereka. Mungkin besok kita buat video menyuruh mereka berhenti, bagaimana?"
"Ogah. Dengan membuat video, kita ngaku dong kalau kita yang menyuruh."
"Lagipula kamu kenapa ke kampus? Tumben. Biasanya cuma sekali seminggu."
Bayu teringat akan masalah inti yang ingin dia tanyakan pada Kevin yang merupakan sahabat lama Cecil jauh sebelum Bayu mengenal gadis itu. Kevin pasti lebih mengenal Cecil.
"Gue bingung mau cerita dari mana. Menurut lo Cecil tuh cewek yang bagaimana?"
Kevin terkekeh. "Ealah, kan kamu pacarnya, kok malah tanya begitu?"
"Ya kan lo sahabatnya sejak lama."
"Kenapa emang?" Kevin tersenyum nakal. "Nah, aku tahu, kamu pasti kena married syndrome, kan?"
"Ngomong sok pakai bahasa Inggris, Nasionalis dong! Pakai bahasa Indonesia!"
"Eh, kamu pakai sendiri Lo Gue! Dah lah, sebenarnya ada apa?"
Bayu menoleh ke kiri dan kanan juga ke belakang. Ketika keadaan dirasa aman, baru dia berani bicara, "Kemarin gue menemukan alat test kehamilan di dalam tasnya."
"Kalian selama pacaran ngentot, tidak?"
Bayu mengangguk. Nyaris setiap malam minggu dia melakukan hal itu bersama Cecil. Kemolekan tubuh peragawati membuat gampang lepas kendali, terlebih gadis itu selalu menggoda seperti minta jatah, jadi bukan seratus persen kesalahan Bayu. Ibarat kucing ada ikan tongkol di depan mata, ya diembat.
"Nah, kalau memang pernah, mungkin itu buat meng-test kehamilan dia Bro," sahut Kevin.
"Masalahnya selama ini gue pakai kondom. Doi juga minum obat supaya tidak hamil."
Situasi mendadak sunyi sampai kicau burung terdengar dengan jelas. Bayu tenggelam dalam nestapa sementara Kevin berusaha mencerna ucapan barusan.
"Kamu yakin dia hamil?" tanya Kevin.
Bayu mengangguk. "Gue udah browsing, tanda dua garis biru itu hamil, kan? Gue tidak mau nikah sama cewek yang hamil bukan mengandung anak gue. Sumpah gue tidak mau."
"Kamu cinta tidak sama Cecil?"
"Ya cinta, tapi tetap tidak mau. Lo tahu kan, ibu gue menentang hubungan ini. Bagaimana kalau beliau tahu? Ibu sudah tua, bisa spot jantung."
"Yakin tidak mau nikah sama Cecil?"
Bayu mengangguk. "Makannya gue tanya, Cecil cewek yang bagaimana? Hati gue masih belum percaya kalau doi berani selingkuh di belakang--"
"Emang kalau dia tidak selingkuh, tapi diperkosa sampai hamil, kamu mau menikahi?"
Bayu menggeleng.
"Terus ngapain nanya-nanya? Ya sudah tinggal batalkan saja apa susahnya?
"Gue ingin tahu, supaya pikiran gue bisa plong gitu. Tadi malam gue tidak bisa tidur memikirkan masalah ini."
Kevin menghela napas panjang. "Gimana ya, setahuku Cecil cewek elit, tidak mau berhubungan sama orang kasta bawah, jadi kesempatan buat selingkuh minim banget, tapi dari dulu emang matre, mungkin ya ... mungkin sih, yah, dia selingkuh. Cuma sebaiknya tanya langsung ke orangnya--
Bayu menggeleng. "Tidak perlu. Gue sadar doi punya kemampuan buat merayu gue. Kalau gue ngomong langsung, pasti doi berhasil merubah keputusan gue."
"Itu tandanya kamu masih cinta sama dia. Yakin nih tidak mau mencari kebenaran akan masalah ini dulu?"
Bayu menghela napas memandang lepas ke taman penuh tanaman hias hijau. Memang tak adil bagi Cecil jika pernikahan batal sepihak. Lagi pula dia belum tahu apa kontrak dari promotor bisa dibatalkan atau diundur.
"Mungkin gue bakal memundurkan hari pernikahan, sampai semua clear."
"Nah gitu dong, jangan langsung batal. Kalau diundur kan dia tidak rugi, kamu juga tidak rugi. Cuma mengingatkan nih, kamu sudah tanda tangan kontrak, kan? Kalau memang mau batal menikah di tanggal itu, mending beritahu pihak Genrecorps, dari pada jadi masalah di kemudian hari."
Bayu mengusap wajah. "Apa bisa kontrak dirubah?"
"Ya tidak tahu. Kenapa tidak tanya mereka saja? Aku yakin pasti ada jalan keluar untuk masalah ini."
"Ternyata mau menikah tuh ribet, ya."
Kevin menggeleng. "Kamu saja yang membuat semua jadi ribet."
Bayu duduk bersama Kevin menunggu di lobby gedung Genrecorps. Bayu mengenang masa lalu tentang bagaimana pertama kali dia mengenal Cecil. Mereka bertemu di sebuah pesta kala masih SMA. Mereka masih bocah biasa, belum terkenal. Kevin yang memperkenalkan mereka karena Kevin mengenal lebih lama Cecil.Gadis itu langsung tertarik pada Bayu ketika melihat Bayu dijemput dua mobil Pajero. Setelah kejadian itu mereka jadian. Sekarang ketika ada masalah besar, Bayu menjadikan Kevin sebagai kambing hitam. "Kalau lo tidak mengenalkan gue ke Cecil, semua ini tidak mungkin terjadi. Gue tidak perlu mengeluarkan banyak duit, tidak perlu ribut sama Ibu, dan sekarang tidak perlu repot-repot datang kemari hanya untuk bertanya tentang kontrak." "Lah enak banget ya kalau ngomong!" keluh Kevin. "Eh Bro. Kamu sendiri yang naksir. Ingat tidak?" Bayu mengangguk, "Ok gue yang minta, tapi kan lo sebagai sahabat, harusnya memberi tahu dong kalau cewek itu cewek
Aira memetik gitar yang dia pangku, menyanyi diiringi lantunan gitar merdu. Suaranya begitu mendayu penuh perasaan hingga membuat para pengunjung fokus kepadanya. Lagu Donna Donna milik Joan Baez yang dia bawakan merupakan kenangan bersama Ibu. Lagu ini menjadi lagu perpisahan beliau dengan Aira, lagu terakhir yang Ibu ajarkan sebelum beliau pergi ke surga. Tadi Aira sangat marah pada Bayu karena dia menghina sang Ibu, yang bagi Aira adalah sosok idola, sosok yang sangat dia cinta juga merindu. Beginilah kegiatan Aira. Setiap hari Kamis dan Jumat dia sering manggung di kafe. Setiap bulan dia mendapat uang tiga ratus ribu, lumayan untuk uang jajan.Dia melakukan semua ini karena kondisi perekonomian keluarga serba pas-pasan. Uang kiriman Bapak yang bekerja sebagai seorang tentara hanya cukup untuk biaya kost dan kuliah, sisanya Aira mencari sendiri. Di penghujung acara, dia melihat sosok misterius itu. Sosok pria tampan keturunan
Beberapa hari berlalu. Aira melesat keluar kelas dengan cara jalan seperti Giant di film Doraemon. Dan seperti Suneo, Mei mengiringi langkahnya. "Tunggu, Aira Tenang dulu," ujar Mei. "Jangan gegabah. Apa buktinya kalau Bayu yang mencuri uang tabungan?" "Kalau bukan dia, pasti fans yang dia suruh." " Ra, nanti kalau kamu main labrak, malah kena getahnya. Kamu bisa dilaporkan ke polisi karena melakukan tindakan tidak mengenakkan, juga pencemaran nama baik." "Apa yang mau dicemarkan? Lah nama dia memang tidak baik." Aira tahu Mei fans si youtuber kampret. Ucapannya demi kebaikan sang idola. Namun, jika dipikir lagi memang dia belum mempunyai bukti. Langkah mereka terpaku, melihat Bayu dan Kevin sedang bersantai di gazebo. Dengan gemas Aira beranjak menuju ke sana. Mei berusaha menarik tangannya, tapi gagal. Tenaga Aira terlampau kuat. Gadis Tionghoa itu malah terseret seperti kerbau. "Youtuber kurang kerjaan!" keluh Aira, me
Seorang gadis gelandangan menarik lengan kemeja Cecil. "Mbak, jadi tidak bagi-bagi hadiah?" "Sabar, ya." Cecil mengambil beberapa kantung plastik besar di dalam kardus, memandang sekitar. Setelah yakin di dalam mobil Avanza itu ada kamera, dia pun mendadak ramah pada gerombolan gelandangan di bawah jembatan layang. "Maaf ya, kelamaan, takut kalau ada kamera. Aku tidak mau disorot kamera ketika beramal." Setelah membagikan banyak kantung plastik berisi beras dan amplop uang pada para gelandangan, Cecil melambai ramah pada mereka. Ketika berbalik badan, dia pura-pura kaget mengelus dada, karena melihat seorang gadis wartawan menghampiri sambil membawa mic. Di belakang gadis itu, seorang kameraman dan beberapa kru mengikuti. "Kak Cecil sering melakukan hal ini? Tempat ini kan kotor? Kenapa melakukan hal ini?" "Tempat ini memang kotor, tapi lihatlah. Banyak senyum indah yang menanti. Masih banyak orang membutuhkan uluran tangan. Bagi kita barang-barang it
Rencana pernikahan tersebar luas di dunia maya. Bahkan sering muncul di TV, iklan tentang acara keluarga Bayu. Aira menjadi buah bibir di tempatnya nge-kost. "Wah, bakal jadi istri orang kaya nih, uang kontraknya dinaikkan tidak, ya?" goda induk semang, seorang wanita tua ramah berbadan gendut. "Jangan Bi," sahut Aira tertawa kecil memberi amplop berisi uang untuk Bibi. "Satu tahun lagi saya akan kembali. Ini uang sewa saya untuk dua tahun ke depan, sekalian ada uang hadiah untuk Bibi, permisi." Bibi bingung dengan tutur kata Aira, dia bengong seperti kodok melihat hujan. Beberapa hari berlalu. Hari pernikahan Aira dan Bayu tiba. Acara diadakan dalam ballroom luas hotel bintang lima di kawasan kota Surabaya. Tentu ini hari super spesial bagi Aira juga Bayu. Sekarang Mei dan Diah menemani Aira di ruang dandan. "Tidak sangka, dulu kalian saling benci," ujar Diah. "Eh, sekarang malah nikah." Mei mewakili Aira untuk menjawab, "Seng
"Pokoknya tidak sah! Pernikahan ini harus batal!" Suara itu semakin jelas terdengar hingga memaksa kerumunan tamu, perlahan membuka jalan untuk gadis itu menuju panggung ijab kobul. Aira dan Bayu berdiri sembari berbisik-bisik mengamati hal ini. Aira sedikit berjinjit supaya bibir bisa mendekati telinga Bayu. "Ini settingan, bukan?" "Maksud lo, apa?" "Ya seperti jaman OSPEK, settingan. Semua kejadian sudah diatur sama senior, tapi para junior tidak ada yang tahu." "Gue tidak merasa mengadakan settingan. Lo kali, sengaja pansos." "Be the way, nikah kita sah tidak?" "Sah lah, kan sudah ijab kobul. Anggap aja yang teriak tidak sah orang gila." Dari dalam kerumunan Cecil dikawal puluhan pria berpakaian safari hitam mulai mendaki anak tangga hingga sampai ke panggung.Bayu maju mencengkeram kedua pergelangan tangan Cecil. "Ayo turun," bisik Bayu pada Cecil "Malu dilihat banyak orang."
Bayu bertumpu satu lutut mengelus perut yang seperti ditabrak mobil. Pukulan Aira tadi benar-benar membuatnya jatuh telak. Ia berhasil berdiri menekan tembok, melangkah gontai menuju kamar. "Dasar cewek barbar, aduh ya Tuhan, semoga lambungku tidak bocor." Langkah Bayu terhenti karena pintu kamar di depannya dibuka dari dalam. "Loh, Kak, Kakak tidak apa-apa?" tanya seorang gadis yang baru keluar dari kamar bersama seorang pemuda, menghampiri Bayu. Dia dan temannya berusaha membantu Bayu. "Ada apa, Kak?" Mau menggeleng, tersenyum ramah menjaga image. "Tidak apa-apa, kok, ini tadi kebanyakan makan jadi mules." Keduanya masih membantu Bayu untuk melangkah menuju kamar. Sang Gadis mengamati dari dekat wajah Bayu, hingga ia menyadari sesuatu. "Loh, Kakak ini Bayu, kan? Youtuber itu?" Gadis itu mengambil HP, selfie bersama Bayu dan teman lelakinya. "Butuh dipanggilkan dokter, Kak?" Bayu tersenyum kecut sambil menggeleng. "Cuma
Aira berusaha mengatur napas, terlentang di kasur empuk memandang langit-langit kamar. Apa yang baru terjadi? Ternyata Bayu memiliki tenaga untuk mendorongnya. Youtuber kurang ajar itu tak terlalu lemah seperti yang dia bayangkan. Dan wajahnya tadi begitu dekat hingga terasa hangat deruh napasnya pada kulit wajah Aira. Cara Bayu memandang pun membuat dadanya berdebar kencang. Kenapa bisa seperti ini? Aira memejam, mencoba mencerna semua yang telah terjadi. "Kau apakan menantuku, hmm? Dasar anak tak berguna." Suara itu membuat Aira duduk di kasur. Dia mendapati Ibu mertua masuk ke kamar, tentu dia tergesa-gesa menghampiri beliau, menyambut dengan senyum dan salaman hangat. Ibu tak ingin hanya bersalaman. Beliau menarik menantunya masuk dalam rangkul erat nan hangat, sambil menepuk-nepuk punggung. "Menantuku yang paling cantik. Katakan, kenapa berteriak-teriak? Ibu tidak salah dengar, kan, kamu teriak diperkosa? Kenapa? Apa Bayu bertindak semena-men