Share

5. Sebuah Ide

Bayu duduk bersama Kevin menunggu di lobby gedung Genrecorps. Bayu mengenang masa lalu tentang bagaimana pertama kali dia mengenal Cecil. 

Mereka bertemu di sebuah pesta kala masih SMA. Mereka masih bocah biasa, belum terkenal. Kevin yang memperkenalkan mereka karena Kevin mengenal lebih lama Cecil. Gadis itu langsung tertarik pada Bayu ketika melihat Bayu dijemput dua mobil Pajero. Setelah kejadian itu mereka jadian. Sekarang ketika ada masalah besar, Bayu menjadikan Kevin sebagai kambing hitam.

"Kalau lo tidak mengenalkan gue ke Cecil, semua ini tidak mungkin terjadi. Gue tidak perlu mengeluarkan banyak  duit, tidak perlu ribut sama Ibu, dan sekarang tidak perlu repot-repot datang kemari hanya untuk bertanya tentang kontrak."

"Lah enak banget ya kalau ngomong!" keluh Kevin. "Eh Bro. Kamu sendiri yang naksir. Ingat tidak?"

Bayu mengangguk, "Ok gue yang minta, tapi kan lo sebagai sahabat, harusnya memberi tahu dong kalau cewek itu cewek tidak benar. Sekarang mau nikah, baru kelihatan belangnya."

"Eh, beberapa tahun pacaran sama Cecil, kamu bahagia kan?"

Benar kata Kevin. Selama pacaran dia memang bagai hidup di surga dunia bersama seorang bidadari pemuas syahwat. 

Kevin lanjut bicara, "Sekarang pikir kontrak saja. Bisa batal, diundur atau kamu harus nikah--"

"Gue tidak mau punya anak yang bukan darah daging gue. Lo aja yang nikah sama doi."

"Dih, dikira tong sampah, menampung begituan."

Bayu menghela napas berat, bersandar sofa dengan kedua tangan berada di atas sandaran. Ia mendongak. Andai tidak menggeledah tas lengan milik pacarnya, mungkin kelak dia akan punya anak berwajah mirip pria lain.

Mirip Kevin misalnya. Ia memandang sahabatnya dengan geram. Bisa jadi Kevin yang menghamili Cecil karena memang mereka sering bertemu di belakang layar. Bayu bersumpah dalam hati, kelak jika punya istri, tidak akan membiarkan istrinya keluar dengan sahabat-sahabat cowok. 

"Kak, silakan masuk ke ruang Pak Direktur. Dia sudah selesai rapat," tegur sekretaris. 

Kevin dan Bayu naik lift menuju lantai teratas, tempat Raul berada. Baru saja hendak mengetuk pintu, pintu dibuka dari dalam.

Kedua gadis bermandi peluh dengan rambut acak-acakan keluar dari sana. Bau sisa senggama menusuk hidung Bayu dan Kevin. 

Bayu dan Kevin bertukar pandang. Pikiran mereka ke mana-mana. Rapat apa sampai tiga jam dengan dua gadis dalam ruang? Keduanya menaik-turunkan pundak, melangkah masuk ke ruang CEO mendapati Raul sibuk mengancing kemeja. 

"Oh, kalian, maaf menunggu lama," ujar Raul. "Duduk, ayo duduk dulu di sana."

Kevin enggan duduk di sofa, terlebih melihat kondom berisi cairan di sana, tapi duduk juga ketika ditarik paksa oleh sahabatnya yang sudah duduk dari tadi. Sialnya benda dia menduduki benda tadi.

"Sialan," keluh Kevin, melempar benda itu ke muka Bayu.

"Jambret!" Kesal Bayu melempar benda itu ke sudut ruangan. 

"Ada perlu apa?" tanya Raul, duduk di sofa lain. 

"Begini Pak," sahut Bayu. "Masalah kontrak--"

"Tidak ada perubahan tanggal pernikahan, kan?" tanya Raul, mendapati raut wajah Bayu dan Kevin masih saja aneh. "Ada apa? Apa ada masalah?"

"Apa bisa pernikahan dibatalkan?" tanya Bayu.

"Bisa kok, bisa."

Jawaban itu membuat dada Bayu terasa plong. Dia mendorong badan ke belakang dengan penuh kelegaan. Dia bahkan bersalaman dengan Raul. 

"Sesuai perjanjian, denda dua Milyar," lanjut Raul.

Sontak Bayu melotot memandang Raul sambil meremas paha Kevin. "D-dua Milyar? Kok denda dua kali lipat dari kontrak sih, Pak?"

"B-Bro, sakit, pahaku, Bro, lepas," keluh Kevin, meringis, tapi tidak ada yang peduli padanya.

"Iya dua Milyar. Sebentar ya." Raul bangkit melongo keluar ruang. "Sayang--Novi maksudku, ambil kopian kontrak dengan pihak Bayu, ya. Tentang Konten Marriage."

Ia kembali duduk kembali, tersenyum sejuk kepada Kevin dan Bayu. "Sabar ya, sedang diambil."

"Bagaimana kalau diundur?" tanya Kevin. 

"Tidak bisa diundur. Karena kami sudah mempersiapkan semua. Kalau diundur tanpa alasan jelas, kami yang malu. Nanti dikira kami belum siap. Kalau dibatalkan, itu pihak kalian yang menanggung malu, bukan kami. Karena alasan pembatalan hanya bisa berasal dari kalian."

"Bilang saja karena duit," celetuk Kevin.

Raul bertepuk satu kali sambil tertawa lepas. "Pintar!"

Gadis sekretaris datang menaruh kertas ke meja kaca. Dai sempat memandang genit pada Raul sebelum pergi.

Kevin dan Bayu membaca ulang setiap pasal di sana dan memang dikatakan jika ada pihak yang membatalkan kontrak, kena denda dua Milyar. Bayu memang kaya, tapi semua itu uang orang tua. Sementara dirinya hanya punya beberapa ratus juta. 

"Kalau misalnya mau ganti pasangan bisa?"  tanya Kevin.

Direktur mengangguk. "Yang penting ada Bayu."

Bayu dan Kevin membisu pamit, keluar dari sana dengan lemas. Melangkah lunglai menuju mobil seperti belum makan selama lima hari.  

"Gimana nih. Dua milyar tidak dikit, bro," keluh Bayu.

"Iya paham. Kamu sih, harusnya sebelum menandatangani sesuatu baca dulu, jangan asal. Begini kan, jadinya."

"Ya kan dibayar satu Milyar. Duit segitu banyak, bisa beli rumah, mobil, keliling dunia, masih sisa beratus juta," ujar Bayu, lalu dia lemas. "Sekarang denda dua Milyar. Duit dari mana coba?"

"Sebenarnya ini bukan masalahku. Kan kamu yang tandatangan, jadi kamu dong yang bayar."

"Bukan masalah lo gimana?" Bayu duduk di kursi mobil, menanti Kevin duduk di kursi kemudi lalu lanjut bicara.

"Kalau gue kena, gue pastikan lo, Lukman, sama Kai, ikut jatuh, ngerti? Gue yang membesarkan kanal youtube. Gue! Tanpa gue, lo semua bukan siapa-siapa, ingat itu!" Suaranya meninggi sambil menepuk dada sendiri. 

"Iya, gitu saja mengamuk." 

Kevin memacu mobil pergi dari sana. Mereka terjebak kemacetan di jalan raya. Sesekali mobil bergerak lambat seperti siput. Kemacetan memberi kesempatan bagi keduanya untuk memutar otak mencari jalan keluar dari masalah. 

"Menurut aku, kamu tetap nikah."

"Gue udah bilang berapa kali, ogah!"

"Ya tidak usah teriak juga kali. Maksudku nikah sama cewek lain."

Bayu mulai tertarik dengan ide itu. "Maksud lo?"

"Ya kamu kan seorang Bayu yang terkenal. Tinggal tunjuk cewek saja, pasti pada mau nikah sama kamu, Bro."

Bayu terdiam sejenak, lalu menggeleng. "Cinta tuh tidak bisa dibuat dalam semalam. Lagipula lo pikir kedua orang tua gue bakal setuju?"

"Ya mau gimana lagi?" Kevin mengendarai mobil dengan lambat, hingga kembali berhenti. "Jadi maumu bagaimana?"

"Ya oke lah nikah, tapi nikah yang tidak nikah beneran."

Kali ini Kevin bingung dengan jawaban itu. "Maksudmu?"

"Ya nikah, sesuai kontrak, buat konten tentang rumah tangga. Cuma nikah yang palsu, bisa gue cerai setelah kontrak selesai."

"Kawin kontrak?" sahut Kevin, sesekali menoleh ke arah Bayu dengan raut wajah bingung.

Bayu mengangguk. "Tapi siapa yang bisa gue kontrak?"

"Banyak. Cewek fans--"

"Ogah," sela Bayu. "Gue tidak mau nikah sama mereka. Pasti mereka ogah dicerai. Tidak mungkin juga kelak gue buka-bukaan tentang kawin kontrak ke publik, kan? Maksud gue tuh, kawin sama cewek yang bisa dicerai tanpa berharap lebih seperti minta harta gono-gini dan kalau bisa tuh cewek tidak bakal jatuh cinta ama gue. Kalau bisa yang manis, yang cantik, yang bisa diajak buat konten."

Kevin terkekeh. "Susah bro, kamu kan idolanya banyak wanita, mereka setelah nikah pasti ingin stay in power. Mana mau dicerai. Tunggu dulu. Aku rasa ada deh, cewek yang cocok buat kamu."

Sontak Bayu bersemangat. "Siapa?"

"Kamu kenal kok, siapa dia. Yang jelas dia tidak mungkin suka sama kamu, dia cantik, manis, periang, dan pasti bisa buat diajak bikin konten menarik." 

"Siapa siapa? Cewek yang gue kenal banyak."

Kevin menampar pipi Bayu dengan pelan.

"Heh!" sentak Bayu.  "Lo gila, ya? Ngapain menampar gue!"

Kevin menampar lagi lebih keras. "Masak tidak kenal siapa yang kumaksud?"

Bayu terdiam sejenak, lalu terkekeh kecil sambil menggeleng. "Tidak. Lo tidak mungkin menyarankan hal gila itu."

"Kenapa tidak? Semua kriteria masuk ke dia, hanya mau tidak dia dikontrak nikah?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aililea (din din)
wlwkwkw suruh sama Aira, Kevin pinter🤣🤣🤣
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status