Share

6. Pengagum Rahasia

Aira memetik gitar yang dia pangku, menyanyi diiringi lantunan gitar merdu. Suaranya begitu mendayu penuh perasaan hingga membuat para pengunjung fokus kepadanya. 

Lagu Donna Donna milik Joan Baez yang dia bawakan merupakan kenangan bersama Ibu. Lagu ini menjadi lagu perpisahan beliau dengan Aira, lagu terakhir yang Ibu ajarkan sebelum beliau pergi ke surga. 

Tadi Aira sangat marah pada Bayu karena dia menghina sang Ibu, yang bagi Aira adalah sosok idola, sosok yang sangat dia cinta juga merindu.

Beginilah kegiatan Aira. Setiap hari Kamis dan Jumat dia sering manggung di kafe. Setiap bulan dia mendapat uang tiga ratus ribu, lumayan untuk uang jajan. Dia melakukan semua ini karena kondisi perekonomian keluarga serba pas-pasan. Uang kiriman Bapak yang bekerja sebagai seorang tentara hanya cukup untuk biaya kost dan kuliah, sisanya Aira mencari sendiri. 

Di penghujung acara, dia melihat sosok misterius itu. Sosok pria tampan keturunan Russia dan Jepang. Dia selalu duduk di kursi bar dekat jendela, mengamati Aira dari jauh. Hari ini Aira bertekat akan berkenalan dengannya. Tadi malam dia sudah menghapal beberapa kalimat perkenalan Russia, Jepang, China, bahkan Korea. Semua demi untuk mengenal sosok tampan itu.

Selesai bermain gitar, pengunjung bertepuk tangan mengiringi langkahnya turun dari panggung. Ia nekat menghampiri pemuda misterius. 

"Hallo, spokoynoy nochi mogu ya tebya uznat?" ujar Aira memakai bahasa Russia hasil belajar, sambil mengangkat tangan mengajak bersalaman.

Raut wajah pemuda terlihat kaget. Sepertinya tidak mengerti.

Aira mencoba memakai bahasa Jepang. "Hallo, oyasuminasai, watashi wa anata o shiru koto ga dekimasu ka?" 

Pemuda itu bengong, lalu mata sipit semakin menyipit ketika tertawa. Dia mengangguk kecil. "Boleh. Aku tidak menyangka kamu menguasai banyak bahasa."

Wajah Aira memerah malu. "Namamu siapa?"

"Namaku Kai Razanov."

"A-aku Aira Damayanti. Bisa bahasa Indonesia?"

Kai mengangguk. "Aku lahir di Surabaya."

Aira bertambah malu. Bagaimana tidak, ternyata pemuda itu bisa bahasa Indonesia.

Kebetulan penghuni kursi bar sebelah bangkit pergi. Kursi kosong hangat itu menjadi tempat singgah Aira.

"Aku traktir kopi, mau?" tanya Aira.

"Dalam rangka apa?"

"Ingin saja."

"Oke kalau begitu. Kopi hitam, ya."

Tak lama menanti, dua gelas kopi hitam singgah ke meja bar. Aira memutar-mutar gelas hangat di atas meja bar. Aira ingin mengenal lebih jauh sosok Kai, tetapi bibirnya seperti dilapisi lem kertas. Setelah mengumpulkan keberanian dia memejamkan sejenak lalu berucap.

"Kai."

"Aira."

Keduanya bengong sesaat lalu tertawa kecil nyaris serempak. 

"Jangan gugup, aku bukan vampir," canda Kai.

Butuh waktu tiga puluh menit bagi Aira untuk menekan rasa gugup, hingga berani bertanya "Kamu kerja di mana?"

"Kenapa?"

"Tidak jadi." Aira meneguk kopi pahit yang mulai kehilangan panas.

Melihat tingkah Aira, Kai tersenyum lembut. "Aku bekerja di Keyword, tahu kan?"

Aira mengangguk. Dia tahu tempat itu. Sebuah gedung yang menjual alat musik juga menyewakan studio musik untuk dipakai anak band latihan. Keyword merupakan anak perusahaan dari promotor musik internasional. Dia penasaran sosok seperti Kai bekerja di bagian mana? Tidak mungkin dia menjadi penunggu kasir.

Aira suka sekali mengamati mata indah Kai yang memancarkan warna biru muda. Alisnya juga subur banget dan rambut tebal panjang bergelombang seperti mengundang untuk diremas. Dia suka memperhatikan bibir Kai yang berhias jenggot tipis. Waktu kecil Aira sering menggosok lengan ke jenggot tipis Bapak. Rasanya geli enak. Apa jenggot Kai juga seenak itu?

"Kamu hebat," puji Kai. "Gadis bisa bermain musik sambil menyanyi. Suara kamu merdu pula."

Lagi-lagi Kai membuat Aira tersenyum. Ini sesuatu yang langka, ada yang memuji Aira secara langsung dan bisa tahu kalau dia seorang perempuan. Walau dari nama juga sudah bisa ditebak, tetap saja ini spesial. 

Kai lebih banyak memancing Aira untuk bicara. Lama kelamaan situasi mencair. Mereka mengobrol tentang musik karena keduanya menggeluti sesuatu di bidang musik. Dari obrolan mereka, Aira mengetahui jika Kai merupakan editor audio visual yang cukup terkenal. Walau dia belum mendengar nama Kai di beberapa toko musik, tapi beberapa karya Kai pernah dia dengar. Pemuda itu juga memiliki kemampuan langka yaitu pendengaran tala-mutlak. Kai sendiri selalu memuji apapun tentang Aira, seperti sekarang.

"Aira, serius. Matamu indah banget. Beruntung aku bisa melihat dengan jelas dari dekat." Begitu puji Kai, sampai membuat Aira salah tingkah, membuka kacang tanah, biji kacang dibuang kulitnya di makan. 

Mereka kembali tertawa dan membahas banyak hal. Entah Kai benar-benar menyukai Korea juga anime seperti Aira, atau hanya mencoba bersikap baik di depan idola, tapi mereka benar-benar mendapat quality time berdua.

Aira benar-benar jatuh hati pada sosok itu, ingin dia selamanya terjebak berdua dengan Kai. Tak terasa mereka menghabiskan banyak waktu mengobrol. Jarum jam di dinding memberi tahu jika sekarang pukul setengah sepuluh malam.

"Bagaimana Aira, mau aku antar pulang?"

"Tidak usah, Kak. Aku bawa motor sendiri."

"Tidak apa, motor kamu titipkan saja ke pihak kafe, bisa kan Mbak?" tanya Kai sambil menoleh ke Barista.

Gadis muda itu mengangguk-angguk dengan cepat. "Bisa banget kok, apalagi Mbak Aira sering tampil di sini, jadi sudah cukup dikenal."

"Tuh," sambung Kai. "Bagaimana, aku antar ya? Sudah malam, bahaya kalau gadis seorang diri di luar."

"Tidak usah." Aira masih takut. Bagaimana pun dia baru mengenal Kai, walau benar-benar jatuh hati sekalipun dia tak ingin terjadi sesuatu yang tak diinginkan. "Kapan-kapan saja, Kak."

Syukurlah Kai pengertian. Dia mengangguk pelan. "Baiklah kalau begitu. Mbak Barista, jadi berapa total harga semua--"

"Jangan Kak, jangan," sela Aira, menarik lengan Kemeja Kai supaya pemuda itu kembali duduk. "Kan janjinya aku yang mau mentraktir, Kakak jangan membayar."

"Tidak apa-apa, suatu kehormatan bisa mentraktir idola. Anggap ini hadiah dari fans-mu."

"Jangan, anggaplah aku mentraktir fans nomor satu."

Mereka tarik-ulur ingin saling mentraktir, hingga pada akhirnya keduanya tertawa kecil. Kai memilih duduk manis, membiarkan Aira menang.

Walau belum gajian, Aira tetap nekat membayar kopi. Dia mengandalkan kartu kredit. Memberi kartu pada barista untuk digosok ke alat yang terdapat di sebelah mesin kasir. Selang beberapa lama, barista datang dengan wajah kecut.

"Maaf, Mbak. Kartunya tidak bisa dipakai. Ada kartu lain?"

"Masak sih? Sudah dicoba berkali-kali?" tanya Aira dengan nada panik. 

Barista mengangguk pelan.

"Biar aku saja yang bayar," sela Kai, hendak membayar kopi memakai uang tunai. tunai.

Namun, Aira bersikeras tak ingin membiarkan pemuda itu membayar. Dia menahan tangan Kai, sambil bangkit dari sana.

"Tunggu sini, biar aku cek. Pasti ada kesalahan. Jangan ke mana-mana, ya. Jangan bayar," pesan Aira.

Gadis itu pergi bersama Barista menuju meja kasir. Dia mencoba memasukkan kode seri berkali-kali. Dia juga mencoba menggosok kartu ke mesin berulang kali, hasilnya sama. Ketika menoleh mengecek keberadaan Kai, pemuda itu telah pergi. Aira menghampiri barista yang menjaga di bar. 

"Loh, pemuda berjas putih di sini ke mana?"

"Pulang Mbak. Tenang, kopi-nya udah dibayar sama dia."

"Dia yang bayar? Semua?"

Barista mengangguk kecil. Ia tak paham kenapa Aira menepuk kening.

Semua rencana Aira gagal. Sekarang dia ingin meremas hancur kartu kredit lantaran gara-gara benda tolol ini, malah dia yang kena traktir Kai.

Dia tak tinggal diam. Rasa penasaran membuatnya berlari ke mini-market sebelah kafe. Di sana ada mesin ATM. Segera dia memeriksa saldo yang bisa diambil. Kosong. Sekali lagi dia mencoba, mengulang ritual di mesin ATM, hasilnya sama. Saldo kosong.

Dia anjlok terduduk di lantai bersandar tembok bilik ATM sambil melipat kaki. Uang tabungan senilai lima puluh juta, uang yang dikumpulkan dari kecil semua raib. Di sana juga ada uang kiriman bapak untuk bayar biaya Kos dan SPP. 

Ia teringat ucapan Bayu. Teringat bagaimana para pem-bully sial itu beraksi. Dia mengangguk kecil, memandang tajam lurus sambil menggigit kuku jempol tangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status