Share

Bab 18

last update Huling Na-update: 2025-08-27 10:59:47

Pagi itu terasa berbeda. Bukan karena matahari bersinar lebih cerah atau udara hotel lebih dingin, melainkan karena hatiku yang penuh pertanyaan. Kata-kata Arkana semalam terus bergema di kepalaku.

"Keluarga Dirgantara dibangun di atas rahasia yang kelam."

Sementara pesan misterius itu seolah menyalakan api keraguan.

"Arkana bukan hanya korban. Dia bagian dari semua ini."

---

Aku duduk di meja kecil dekat jendela, menatap secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Tanganku gemetar setiap kali mencoba meneguknya. Sementara Arkana tampak sibuk di ponselnya, berbicara singkat dengan nada tegas. Aku tidak tahu dengan siapa ia bicara, tapi aku bisa mendengar potongan kalimat seperti "urus sekarang" dan "jangan sampai bocor."

Kalimat-kalimat itu membuat dadaku semakin sesak.

“Arkana,” panggilku, berusaha terdengar tenang.

Dia menoleh cepat, seolah baru menyadari aku memperhatikannya. “Ya?”

Aku menggenggam cangkirku lebih erat. “Dengan siapa kau bicara?”

“Rekan bisnis,” jawabnya sing
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 27

    Keesokan paginya, suasana rumah itu jauh lebih ramai. Beberapa orang dari tim Arkana hilir mudik, membicarakan strategi, menyiapkan kendaraan, dan memastikan semua jalur komunikasi aman. Dari balik pintu kamar, aku bisa mendengar samar laporan-laporan yang mereka sampaikan.“Bos, ada pergerakan mencurigakan di gudang lama dekat pelabuhan. Kami curiga itu markas orang Revan.” “Beberapa nama yang dulu hilang, sekarang muncul kembali. Kemungkinan besar mereka sudah bergabung dengannya.” Arkana menjawab dengan suara dingin, tegas, penuh wibawa. Aku belum pernah mendengarnya seintens itu. Saat ia kembali masuk ke kamar, wajahnya tampak lebih keras dari biasanya.“Kau akan tetap di sini bersama dua orang pengawal. Aku harus turun langsung memimpin mereka,” katanya. Aku buru-buru berdiri. “Apa? Tidak! Kau bilang semalam kita akan menghadapi ini bersama. Jangan tinggalkan aku

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 26

    Arkana mengusap wajahku lembut. “Bukan bersembunyi. Aku hanya memastikan kau aman, sebelum aku menyelesaikan urusan dengan orang itu.” “Arkana… jangan tinggalkan aku sendiri,” pintaku lirih, hampir seperti anak kecil. Ia menggenggam tanganku erat. “Aku tidak akan pernah benar-benar pergi. Kalau aku tidak lakukan ini sekarang, dia akan kembali dan ancaman itu akan lebih besar. Kau harus percaya padaku.” Air mataku menetes lagi, tapi aku mengangguk. Arkana lalu meraih daguku, menunduk perlahan, dan untuk sesaat bibirnya hampir menyentuh keningku. Tapi ia menahan diri, hanya menempelkan dahinya pada dahiku. “Aku bersumpah, Nadine… aku akan menuntaskan semua ini. Demi kita.” --- Beberapa menit kemudian, kami sudah dalam perjalanan dengan mobil hitam yang dikawal ketat oleh

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 25

    Aku bisa merasakan napasku sendiri tercekat. Setiap langkah terasa seperti langkah terakhir. Ketika kami hampir sampai ke pintu belakang, terdengar suara seretan besi. Seseorang berdiri menghadang di sana. Wajahnya separuh tertutup masker hitam, tapi mata itu… mata yang penuh kebencian. “Akhirnya kita bertemu, Nadine…” suaranya dingin menusuk, membuat darahku seolah berhenti mengalir. Aku membeku di tempat, tidak bisa bergerak. Arkana langsung berdiri di depanku, melindungi tubuhku dengan seluruh keberadaannya. “Kau tidak akan menyentuhnya.” Pria itu menyeringai tipis, menodongkan senjata ke arah Arkana. “Kita lihat saja siapa yang bertahan hidup malam ini.” Dan dalam detik berikutnya—suara tembakan kembali memecah malam.Suara tembakan meledak memekakkan telinga. Sekilas aku melihat percikan api kecil di udara, lalu tubuh Arkana bergerak cepat menahanku agar tidak terkena peluru.

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 24

    Arkana memasukkan ponsel ke saku, lalu menatapku dengan mata tajam penuh api. “Ya. Dan aku harus menghadapi mereka. Tapi kali ini… aku tidak sendirian. Kau ada di sisiku.” Aku menggenggam tangannya erat, meski tubuhku masih gemetar. Dalam hati aku tahu, apa pun yang menunggu di depan akan jauh lebih berbahaya. Tapi anehnya, ada kekuatan baru yang muncul—karena aku tak lagi hanya berjuang demi diriku sendiri, melainkan juga demi pria yang kini kucintai dengan seluruh hatiku. Malam itu, di balik ketakutan, aku sadar: pertarungan kami baru saja dimulai.Malam itu terasa panjang, lebih panjang daripada malam-malam sebelumnya. Aku tidak bisa tidur. Setiap suara kecil dari luar membuatku tersentak. Degup jantungku terus berpacu, seolah aku sedang berdiri di tepi jurang. Arkana duduk di ruang tamu, matanya tajam memperhatikan layar ponselnya. Sesekali ia berbicara singkat dengan orang-orangnya. Wajahnya tegas, penuh fokus, tapi aku bisa

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 23

    Arkana menatapku serius. Tatapan yang biasanya menenangkan kini malah menambah rasa waswasku. “Mereka akan mencoba. Tapi aku sudah bersiap. Ada orang-orang yang masih berutang budi padaku, ada jaringan kecil yang kubentuk diam-diam. Selama ini aku memang menunggu waktu yang tepat. Dan mungkin… waktunya sudah tiba.” Aku menelan ludah. Menunggu waktu yang tepat? Jadi semua yang ia lakukan selama ini—menjadi CEO sukses, menutup diri, bersikap dingin—hanyalah bagian dari strategi untuk hari ini? “Tapi, Nadine…” suaranya menurun, agak serak. “Aku tak bisa melakukannya kalau kau tidak kuat. Kau harus bersiap. Mereka akan mencarimu. Mereka mungkin mencoba mendekatimu dengan cara yang paling tidak terduga. Bisa jadi dengan ancaman, bisa juga dengan tipu muslihat. Aku tidak bisa selalu di sisimu setiap detik.” Tubuhku seketika merinding. Bayangan mengerikan muncul di kepalaku. “Jadi… nyawaku benar-benar terancam?” Arkana mengangguk pelan. “Ya. Karena kau adalah satu-satunya yang bisa

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bab 22

    Ia mengangguk pelan. “Aku keluar. Aku mencoba meninggalkan semuanya, memulai hidup baru, menjadi orang biasa—seorang CEO, seorang pria normal yang bisa kau kenal tanpa curiga. Tapi ternyata, masa lalu tidak pernah benar-benar melepaskanku.” Aku terdiam. Tanganku gemetar hebat. Arkana melangkah mendekat, menatapku dengan penuh rasa bersalah. “Aku tahu kau pasti takut padaku sekarang. Aku bahkan tidak akan menyalahkanmu kalau kau pergi malam ini juga. Tapi satu hal yang harus kau tahu, Nadine… semua yang kulakukan setelah bertemu denganmu—setiap langkah, setiap keputusan—semua untuk melindungimu. Bahkan kalau aku harus menukar nyawaku.”Air mataku jatuh begitu saja. Rasanya ingin marah, ingin menamparnya karena menyembunyikan semua ini. Tapi di sisi lain, hatiku sakit melihat wajahnya yang penuh penyesalan itu. Aku menggeleng, lalu melangkah mendekat meski ia sempat mundur lagi. “Jangan berani-beraninya bilang aku harus pergi, Arkana. Aku sudah ada di sini. Kalau memang ada bahaya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status