Share

Bercinta

Penulis: Blue Apple
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-16 14:01:00

            “Dengan siapa kamu telah melepaskan keperawananmu? Sedangkan, Ibumu sudah memastikan padaku kalau kamu masih perawan dan belum pernah pacaran sekalipun seumur hidup kamu. Jadi, cepat beritahu padaku sekarang juga!!”

            Sienna bergeming saat dia diberikan pertanyaan itu. Pertanyaan yang tidak akan bisa dia jawab dengan baik.

**

            “Aku akan memberitahu Om Kala tentang kejadian malam itu.”

            Sambil memegang handycam, Kava membalas ucapan Sienna dengan pertanyaan.

            “Kenapa kamu jadi ingin memberitahunya?”

            “Karena dia terus bertanya, mendesak aku untuk menjawabnya, dan membuatku merasa jadi terpojokkan karena ancamannya.”

            “Lagi-lagi dia suka mengancam orang. Aku kira hanya aku saja yang diperlakukan tidak adil olehnya, ternyata kamu juga.”

            “Apa maksud kamu dengan diperlakukan tidak adil?”

            “Kala itu— egois.” Jawabnya, dengan wajah lirih setelah dia menurunkan handycamnya yang sedang merekam sesuatu.

            Sienna pun tidak yakin dengan jawaban Kava tentang Kakaknya itu.

            “Kumohon. Tolong jangan memberitahunya tentang kejadian yang tidak kita sengaja di malam itu. Kamu bisa mencari alasan lain untuk bisa meyakinkannya tanpa harus mengatakan hal yang sebenarnya.”

            “Tapi, kenapa? Apa itu akan menjadi masalah besar? Karena aku kesulitan sekali untuk mencari alasannya.”

            “Aku tidak ingin menyakitinya.”

            Sienna terkelu mendengar pernyataan Kava.

            “Hidupnya sudah sangat menderita selama ini dan aku akan menjadi orang yang paling tidak ingin menyakitinya lagi.” Kava mengatakan dengan sendu sambil merekam kembali sesuatu yang sedang ingin dia rekam saat ini.

            Setelah mendengar jawaban dari Kava, Sienna pun tidak lagi berniat untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentang malam panasnya bersama Kava waktu itu. Dia pun mencoba kembali untuk mencari alasan yang sekiranya masuk akal untuk dikatakan pada Kala nantinya.

            Malam harinya, Sienna menunggu kepulangan Kala di kamarnya. Tapi, sampai jam 11 malam, Kala belum juga pulang. Panggilan telpon darinya juga tidak kunjung diangkat oleh Kala, dan Sienna tahu kalau Kala sengaja tidak mengangkat telpon darinya.

            Sampai akhirnya jam satu pagi kedua mata Sienna masih terjaga. Dia duduk di depan meja belajar sambil membunuh waktunya menunggu kepulangan Kala dengan membaca buku.

            Tepat jam 2 pagi, akhirnya Kala pulang dan dia mendapati Sienna tertidur di atas meja belajar dengan halaman buku yang terbuka.

            Kala tidak langsung membangunkannya melainkan mendekati Sienna lalu menatap Sienna dengan jarak yang sangat dekat.

            Ketika menatap Sienna dalam keadaan tidur, ada rasa bergejolak amarah yang bergemuruh di dalam hatinya saat ini. Betapa dia tidak menyukai rencananya menikahi gadis belia itu.

            “Ini bukan bagian dari takdir hidup yang aku inginkan, tapi, kenapa aku malah terjebak bersama kamu sekarang?”

            Saat Kala semakin memperdalam tatapan matanya, tiba-tiba saja kedua mata Sienna perlahan terbuka. Senyuman hangat langsung dilukisakan oleh Sienna di wajahnya. Dia bahagia melihat Kala ada di depannya saat ini.

            “Om Kala sudah pulang?”

            Panggilan itu masih saja tidak Kala sukai. Dia pun sedikit menampilkan tawa kecil di sepanjang bibirnya yang tipis, lalu dia mengangguk pelan sambil mengerjap matanya sekali.

            “Aku menunggu Om pulang dari tadi. Kenapa Om tidak mengangkat telpon aku?” Sienna bertanya dengan raut wajah dan nada bicara yang sedih.

            “Aku sibuk.”

            “Apa Om masih sibuk sekarang?”

            “Tidak. Tapi, setelah matahari terbit pagi ini, aku akan sibuk kembali?”

            “Kenapa Om sesibuk itu?”

            “Aku harus bekerja?”

            “Untuk sesuatu yang tidak halal?”

            Kala diam dan tidak menjawabnya.

            “Aku ingin Om punya waktu luang untuk menemaniku. Aku merasa bosan sejak Om terlalu sibuk akhir-akhir ini.”

            “Memangnya kamu ingin aku menemani kamu melakukan apa?”

            Sebelum menjawab pertanyaan Kala, Sienna mengangkat kepalanya lebih dulu, begitu pun Kala yang sejak tadi ikut menidurkan kepalanya di atas meja bersama Sienna.

            “Aku ingin Om menemani aku jalan-jalan ke Pantai.”

            “Akan aku temani kamu pergi ke Pantai besok.”

            “Benarkah?” Sienna tercekat kaget dengan mata membesar.

            Kala mengangguk untuk memastikan janjinya itu.

            “Kalau begitu aku akan membuat pengakuan jujur mengenai ketidakperawananku yang Om Kala ragukan.”

            “Katakan.” Kala langsung mempersilahkan Sienna untuk menjelaskannya padanya.

            “Aku pernah jatuh ketika sedang bermain sepeda bersama teman-teman SMAku waktu itu. Karena tidak mau membuat Ibu khawatir lantaran Ibu terlalu sibuk mencari uang dan mengurus Bapak yang sudah mulai dirawat saat itu, jadi aku putuskan untuk mengurusnya sendiri. Saat itu, aku mengeluarkan banyak darah dari area intimku karena jatuhnya cukup kencang, tidak aku sangka kalau kejadian itu membuat selaput darah di area intimku robek.”

            “Aku percaya. Jadi, kamu tidak perlu menjelaskannya lagi padaku.”

            “Sungguh?” Sienna tidak menyangka kalau Kala akan semudah itu mempercayai alasan dari kebohongan besarnya itu.

            “Jangan mengulangi apapun lagi yang tidak aku sukai, termasuk jatuh cinta pada laki-laki lain.”

            “Apa maksud Om adalah—“

            “Bukan. Bukan aku ingin kamu mencintai aku. Hanya saja, aku ingin kamu mengandung dan melahirkan anakku dengan penuh cinta. Cukup mencintai akan itu saja nantinya, tanpa perlu mencintai aku.”

            “Lalu, apa hubungannya kalau nantinya aku mencintai pria lain secara tiba-tiba?”

            “Kamu tidak akan bisa fokus untuk menyelesaikan pekerjaanmu padaku, yaitu menyumbang sel telurmu. Kalau pekerjaanmu selama 730 hari berakhir sudah tuntas, maka kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan. Bukankah itu yang kamu minta padaku semalam?”

            Permohonannya itu mendadak Sienna lupakan. Pengingat dari Kala tentang permohonannya tersebut membuatnya jadi merasa malu sendiri.

            Dia pun mengiyakan dengan senyuman kasar.

            “Aku akan mandi dulu sekarang sebelum aku pergi tidur nanti.”

            “Iya.”

            Sementara Kala mandi sambil berendam di dalam bathtub, Sienna pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil melamunkan banyak hal tentang sosok Kala yang mulai terasa hangat dan membuatnya merasa nyaman.

            “Aku tidak diizinkan jatuh cinta padanya, padahal jantungku jadi sering berdebar setiap kali dia memperlakukan aku dengan lembut. Tatapan matanya yang seperti tatapan seorang Kakak laki-laki pada Adik perempuannya membuat aku selalu ingin memeluknya. Sepertinya aku sudah mulai menyukainya, tapi dia melarangnya. Itu artinya aku harus bekerja keras untuk menghilangkan perasaan sukaku padanya.”

            Cklek,  

            Suara pintu kamar mandi dibuka langsung melenyapkan seluruh lamunan Sienna. Dia pun langsung menoleh ke arah Kala yang sedang berjalan ke arahnya setelah tubuhnya bersih dan kini hanya mengenakan kaos putih polos dan celana boxer.

            Saat Kala sudah merebahkan tubuhnya tepat di sampingnya, Sienna mengembalikan tatapan matanya ke arah langit-langit kamar. Dia pun berusaha keras untuk menghilangkan debaran hebat di jantungnya saat ini.

            Akan tetapi, genggaman tangan Kala yang berada di samping tubuh mereka membuat debaran hebat di jantungnya malah semakin kencang terasa.

            “Aku ingin bercinta denganmu sekarang.” Kala dengan terbuka langsung mengatakan keinginannya itu.

            Tentu saja keinginan Kala tidak akan Sienna tolak, karena dia memang ingin melakukannya juga.

            Dini hari itu pun mereka kembali bercinta dan mereka melakukannya sampai benar-benar tuntas.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta Sang Pewaris   Gairah Kemarahan

    Langkah kaki Sienna bergerak sangat cepat menuruni banyak anak tangga dari tangga darurat yang ada di Hotel itu. Mengingat waktu yang dia punya tidaklah banyak, Sienna semakin mempercepat langkah kakinya. Setelah menuruni lebih dari empat lantai, akhirnya Sienna bisa menemukan Kava di lantai enam. Sienna pun langsung merasa lega dan langkah kakinya menjadi dia perlambat saat ingin menghampiri Kava yang sedang duduk sendirian di salah satu anak tangga sambil mendengarkan musik melalui eraphone di telinganya. Tanpa memanggil nama Kava lebih dulu, Sienna duduk di samping Kava lalu dia meraih salah satu tali earphone dan memasangkannya ke telinganya untuk mengetahui lagu yang sedang Kava dengarkan saat ini. Kemunculan Sienna yang secara tiba-tiba sudah ada di sampingnya membuat Kava langsung tersentak kaget. Sienna pun memberikan senyuman hangat dan tatapan mata yang teduh pada Kava. “Senyumanmu selalu berhasil menena

  • Kontrak Cinta Sang Pewaris   Pengorbanan Tersembunyi

    “Katanya, dia terluka karena aku. Padahal, akulah yang terluka karenanya.” Itulah pengakuan Kava, sebelum akhirnya Kava tertidur di atas pangkuan Sienna di dalam mobil. Sementara Kala mengurus masalah yang sedang Kava hadapi dengan bijak. “Kamu bisa melihatnya bukan, apa yang terjadi pada Sabira? Ha!!?” Victo menunjuk ke arah Sabira yang sedang terbaring di atas ranjang dengan murka. Kala hanya diam saja tanpa mau berkomentar soal kondisi Sabira saat ini. “Aku tidak akan melibatkan kedua orang tua kita, asalkan kamu mau melakukan tiga hal padaku.” “Apa tiga hal yang kamu inginkan dariku?”** “Aku ingin menikahi Sienna.” Kava sudah mengetahui hal itu dari Sienna. Hanya saja, saat keinginan itu diutarakan secara langsung oleh Kala padanya, ternyata Kava merasa sakit dan sulit untuknya merestui hubungan Kakaknya dengan perempuan yang sangat dia cintai itu. Tidak seperti saat dirinya mudah memb

  • Kontrak Cinta Sang Pewaris   Samudra Alaska

    Sienna hanya ingin bermalas-malasan saja sepanjang hari ini. Dia hanya ingin diam di atas ranjang tanpa melakukan apapun, hanya itu saja kegiatan yang sudah dia agendakan untuk dirinya sendiri. Tetapi, suara bel rumahnya terpaksa membuat tubuhnya harus bergerak.Ting-tong... ting-tong... Sienna segera membangkitkan tubuhnya dari atas ranjang di tengah renungannya yang tidak ingin dia akhiri, walau sudah 5 jam lamanya dia hanya membeku di bawah selimut tapi dia tetap ingin berada di posisinya lebih lama lagi. Cklek, Sienna terpaksa menerima kedatangan tamu itu. Tamu yang ternyata adalah Kala. Baik Sienna maupun Kala langsung saling terdiam dengan canggung satu sama lain. “Bolehkah aku masuk ke dalam?” “I-iya. Silahkan.” Sienna mengizinkan Kala masuk ke dalam rumahnya dan Kala pun mengikutinya dari belakang. Saat Sienna mempersilahkannya untuk duduk di atas sofa, tempat biasa Kala

  • Kontrak Cinta Sang Pewaris   Emosi Membabi Buta

    “Apa yang terjadi denganmu?” “Aku ingin mati saja.” Deg! Kala syok sekali begitu mendengar ucapan Kava yang sangat diluar ekspektasinya. “Bolehkah aku bunuh diri saja sekarang juga?” “Kenapa? Apa alasannya sampai kamu ingin bunuh diri sekarang?” “Masa lalu yang tiba-tiba saja menyengat sesekali di dalam ingatanku tentang seorang perempuan yang sangat aku cintai.” Deg! Kala kembali tersentak kaget. Ingatan Kava yang dia pikir akan pulih secara tiba-tiba membuatnya merasa ketakutan. “Tapi, perempuan itu bukanlah Sabira. Bukan dia...” Kava menaikkan wajahnya perlahan lalu menatap Kala dengan lirih dan dengan mata berkaca. “Apa kamu bisa memberitahu aku, siapa perempuan itu?” Kala kebingungan untuk menjawab pertanyaan Kava. Dia tidak bisa memberitahu siapa sosok perempuan itu karena dia juga sangat menginginkan Sienna menjadi miliknya seutuhnya. “Tolong berit

  • Kontrak Cinta Sang Pewaris   Kepatuhan Menyakitkan

    “Argaza tidak bisa menyelesaikan misi itu dengan baik, jadi baiknya dia diganti saja dengan Tuan muda Kava karena di tangannya misi itu akan mudah dia selesaikan dengan baik.” “Pria itu memang tidka berguna.” Kala memekik pelan. “Sudah dari awal aku tidak yakin meletakkan dia pada misi ini sekalipun dia hanya sebagai umpan saja.” Gumamnya, sambil menatap ke luar jendela menara di lantai 35. “Lantas, bagaimana dia bisa lolos dari serangan musuh klien?” Dengan berat hati Bian pun menceritakan kronologinya yang dia ketahui saja. Setelah mengetahuinya, Kala langsung geram dan sangat murka pada Argaza. Saking murkanya, kedua tangan Kala sampai mengepal erat sambil merasakan amarah yang luar biasa atas kebodohan yang telah Argaza lakukan. Tanpa pikir panjang, Kala langsung mendatangi Argaza yang masih berada di kediaman rumahnya. Serangan kemarahan Kala langsung menghantam seluruh wajah dan beberapa bagian tubuh dengan pukulan kuat tangannya. Para pengawa

  • Kontrak Cinta Sang Pewaris   Manipulasi Rasa

    Ting-tong... ting-tong... Sienna langsung membuka pintu rumahnya begitu dia mendengar bunyi bel berulang kali dengan jeda panjang. Tanpa melihat terlebih dahulu siapa tamu yang datang, Sienna langsung menerima kedatangan tamu itu, tamu yang sangat tidak terduga olehnya. “Halo, Sienna sayang. Apa kabar kamu?” Melihat sosok orang yang ada di hadapannya saat ini membuat Sienna ingin marah dan memakinya habis-habisan, tetapi... Tiba-tiba saja orang itu memeluk Sienna dan mengatakan, “Ibu kangen sama kamu, Sienna.” Sienna tidak ingin mempersilahkan wanita itu masuk, tapi dia juga tidak bisa menolak kehadirannya. Ranum pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah Sienna dan duduk di atas sofa. Sementara Sienna masih dibuat syok oleh kehadiran Ranum yang muncul kembali di depannya secara tiba-tiba. Sienna diam mematung sambil memandangi pilu Ranum yang justru tampak biasa saja, seperti tidak pernah melakukan ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status