Sienna dan Kala sarapan bersama pagi ini. Suasana sarapan pun terasa sangat tegang dan suram. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kala. Pria itu hanya makan sarapannya dengan tenang tanpa melihat ke arah Sienna yang duduk di hadapannya sedikit pun.
Kala mengakhiri sarapannya dengan meneguk sampai habis segelas air putih, lalu dia beranjak dari kursi untuk meninggalkan ruang makan.
Sienna pun bergegas menghampiri Kala saat Kala ingin pergi. Dia menghadang Kala dengan cara merentangkan kedua tangannya di depan Kala.
“Apa yang ingin kamu katakan?” Kala bertanya, lalu dia meraih tangannya dan melihat jam di tangannya. “Aku beri waktu 5 menit untuk kamu bicara.”
Tanpa basa-basi lantaran dia hanya diberi waktu lima menit saja oleh Kala untuk bicara, akhirnya Sienna pun langsung mengatakan pada poin dari hal yang ingin dia katakan pada Kala.
“Cium aku!”
Kala tercengang mendengar ucapan Sienna yang dikatakan dengan cepat. Begitu juga dengan semua orang yang ada di sana, para pelayan dan juga Kava yang baru saja tiba di ruang makan.
Ucapan Sienna langsung menghentikan gerakan tubuh Kava yang ingin memasukkan croissant ke dalam mulutnya.
“Kata Kava, Om Kala itu cerdas makanya Om Kala tahu kalau aku sudah tidak lagi—“
Hap!
Kava menutup cepat mulut Sienna saat Sienna hampir mengatakan apa yang Kava katakan padanya semalam.
Sikap kikuk yang tidak biasa Kava hadirkan di depannya langsung membuat Kala curiga.
“Sejak kapan kalian akrab dan dekat?”
“Kami tidak dekat.” Kava menjawab dengan gugup.
Sienna pun segera membanting tangan Kava yang menutupi mulutnya sampai membuatnya kesulitan untuk bernafas.
“Aku hampir mati gara-gara dekapan tangan kamu di mulut aku!” Sienna protes dengan nada kesal. Lalu, dia pun menjawab pertanyaan Kala yang tampak marah pada dia dan Kava.
“Kami tidak dekat apalagi sampai akrab. Aku hanya baru bertemu dengannya semalam saat Om mengusir aku dari kamar. Kebetulan Kava sedang merokok dan aku sedang menangis karena telah diusir oleh Om, jadilah kami ngobrol bareng. Tapi, sungguh kamu tidak akrab dan juga dekat.” Sienna memastikan itu.
Kala mendesahkan tawa sarkas. “Aku tidak punya waktu untuk meladeni kelakuan kekanak-kanakan kamu, Sienna. Belajarlah bersikap dewasa, karena aku butuh wanita dewasa dan bukannya malah harus mengajari dan menghadapi sifat serta sikap tidak dewasa kamu!!”
Deg!
Sienna sedih mendengar ucapan Kala yang dikatakan dengan bentakan.
“Jangan menangis hanya karena aku bicara seperti ini pada kamu. Aku akan pastikan soal kedewasaan kamu saat aku kembali sore nanti.” Ucap Kala, yang kemudian pergi meninggalkan Sienna.
Kepergian Kala membuat Sienna berpikir sangat jauh, betapa dia merasa terjebak pada sesuatu yang semula tidak dia sukai namun kini berubah menjadi dia harapkan, yaitu perhatian dari Kala untuknya.
Sienna menghembuskan nafas lelah. Dia pun semakin tidak bersemangat untuk sarapan.
**
Sementara itu, Kala mendatangi rumah orang tua Sienna tanpa sepengetahuan Sienna. Dia datang sambil membawa makanan dan buah.
“Terima kasih sudah repot-repot mau datang ke Gubuk kami. Seharusnya Tuan Kala memberitahu kami lebih dulu kalau mau datang ke sini, jadi kami bisa menyiapkan suguhan yang pantas untuk diberikan pada Tuan Kala.”
“Bu Ranum tidak perlu repot-repot melakukannya. Niat kedatangan saya ke sini adalah untuk memberitahu anda dan suami anda untuk berhenti menghubungi Sienna mulai sekarang sesuai dengan perjanjian kita sebelumnya. Karena Sienna sudah sepenuhnya anda dan suami anda serahkan pada saya, jadi mulai sekarang Sienna adalah tanggung jawab saya.”
Air mata Ranum langsung menglir seketika. “Tolong jaga Sienna. Dia anak yang baik dan patuh. Diusianya yang sudah 18 tahun, Sienna masih belum dewasa dalam segala hal jadi tolong bantuannya untuk membimbing Sienna dengan sabar.”
“Apapun yang akan saya lakukan pada Sienna, baik atau buruknya, Bu Ranum dan Pak Alde tidak perlu lagi ikut campur karena kalian sudah memberikan Sienna pada saya sepenuhnya. Selain itu, uang yang kalian terima tidak bisa lagi dikembalikan kalau suatu hari kalian berubah pikiran dan ingin meminta Sienna agar dikembalikan pada kalian lagi. Saya tidak akan memberikannya!”
Ada penyesalan hebat yang berkutat di dalam hati Ranum saat mendengar peringatan dari pria yang tidak bisa dia anggap sebagai menantunya.
“Satu hal lagi. Jika suatu hari kalian bertemu dengan Sienna tanpa sengaja di mana pun itu, jangan menyapanya dan berpura-puralah untuk tidak mengenalnya atau melihatnya.”
Ranum mengangguk dengan lemah. Air matanya beberapa kali dia seka lantaran tidak juga mau berhenti keluar dari kelopak matanya.
“Saya pamit. Semoga Pak Alde bisa segera pulih kembali.” Kala pun berpamitan, lalu dia pergi bersama dengan beberapa pengawalnya yang menunggunya di luar.
Setelah dari rumah orang tua Sienna, Kala segera pergi ke sebuah Gedung bertingkat 100 untuk bertemu dengan seseorang dan melakukan sebuah transaksi ilegal, yaitu penyelundupan senjata api untuk diberikan pada Pembunuh bayaran yang akan melakukan pekerjaannya di luar negeri.
Transaksi itu berlangsung dengan cepat karena Kava sudah mewakilinya duluan dan Kava telah melakukan transaksi itu dengan baik.
Kakak beradik itu pergi meninggalkan Gedung tersebut bersama. Kala pun mengajak Kava untuk naik mobil bersamanya. Kava menurut dan dia yang mengendarai mobilnya. Mereka pergi bersama ke suatu tempat untuk bicara empat mata.
“Ada yang mencurigakan antara kamu dan Sienna. Katakan padaku!”
“Tidak ada. Kami hanya baru saling mengenal semalam. Itu pun saat aku sedang merokok sendirian dekat kolam ikan. Suara ocehannya itu sangat menggangguku yang sedang ingin menyendiri.”
“Aku tidak ingin kamu berulah lagi setelah aku berkorban sejauh ini sampai menikahi gadis muda itu. Kalau kamu sampai melakukan hal yang tidak aku sukai, maka aku tidak akan segan akan mengembalikan kamu ke Paris.”
“Saat ini aku sedang berusaha untuk membantu membalaskan dendam keluarga kita atas kematian Kakek dan Nenek, jadi tolong jangan terus-menerus menghakimi kelakuan aku yang hanya melakukan kesalahan sedikit saja, seperti kedekatan aku dengan Sienna nantinya.”
“Kenapa tiba-tiba kamu jadi tertarik padanya?”
“Aku tidak tertarik padanya. Aku hanya kasihan saja padanya karena dia hanya dijadikan barang jaminan oleh orang tuanya sendiri. Padahal hutang orang tuanya tidak seberapa tapi dia malah dijadikan korban dari transaksi jual beli yang dilakukan oleh orang tuanya pada musuh bebuyutan keluarga kita. Dasar orang tua tidak tahu diri!”
“Jangan sampai Sienna mengetahui itu.”
“Aku tidak akan mengatakan padanya. Karena kalau dia sampai mengetahui kenyataan yang sebenarnya kalau suaminya adalah penolong dirinya yang sebenarnya dari penjualan anak di bawah umur, maka dia akan jatuh cinta padamu.”
“Dan, aku tidak ingin itu terjadi.”
“Apa baiknya Aluna sampai kamu rela menantinya padahal Aluna sudah mengkhianati cinta kamu yang tulus!”
“Aluna hanyalah korban dari keegoisan orang tuanya, sama seperti Sienna. Bedanya, Aluna djodohkan, sedangkan Sienna dijual.”
“Sekalipun Aluna tidak mencintai suaminya dan yang dia cintai adalah kamu. Tapi, kamu tetap tidak akan bisa memilikinya karena pria yang dijodohkan dengan Aluna adalah anak dari musuh bebuyutan kita!”
“Itulah alasannya mengapa aku ingin memenuhi keinginan Mama dan Papa yang sangat menginginkan keturunan dariku tanpa perlu aku menikah.”
“Dan, kebodohan yang kamu lakukan adalah menikahi perempuan yang tidak kamu cintai tapi kamu ingin menidurinya!”
“Realistis saja pada kehidupan nyata. Aku yang semula hanya ingin mengambil sel telurnya saja perlahan berubah pikiran setelah mengenalnya cukup dekat. Dia lugu, cantik, dan juga patuh. Tiga hal itu membuatku ingin berada di dekatnya sampai hari ke 730 nanti, di mana aku dan Aluna berjanji akan bertemu kembali.”
“Entah apa yang ada di dalam pikiranmu. Tapi, kalau Mama dan Papa sampai mengetahui hal yang sebenarnya tentang siapa suami Aluna yang sebenarnya, maka Mama dan Papa tidak akan memberi restu pada hubungan kamu dengan Aluna.”
“Aluna itu bisa menjadi senjata untuk kita membalaskan dendam kita pada Bjorka. Makanya, aku sangat membutuhkannya.”
Kava tetap tidak mempercayai hal itu.
“Itu artinya Sienna akan dibuang olehmu setelah dia melahirkan anak untukmu.”
“Aku tidak akan sejahat itu. Setidaknya aku akan memberikannya kehidupan yang baik setelah perceraian kami nanti.”
Kava hanya bergeming mendengar rencana Kala.
“Tapi, kenapa Sienna sudah tidak perawan? Hal itu masih jadi tanda tanya besar di dalam pikiranku.”
Deg!
Kava panik.
Langkah kaki Sienna bergerak sangat cepat menuruni banyak anak tangga dari tangga darurat yang ada di Hotel itu. Mengingat waktu yang dia punya tidaklah banyak, Sienna semakin mempercepat langkah kakinya. Setelah menuruni lebih dari empat lantai, akhirnya Sienna bisa menemukan Kava di lantai enam. Sienna pun langsung merasa lega dan langkah kakinya menjadi dia perlambat saat ingin menghampiri Kava yang sedang duduk sendirian di salah satu anak tangga sambil mendengarkan musik melalui eraphone di telinganya. Tanpa memanggil nama Kava lebih dulu, Sienna duduk di samping Kava lalu dia meraih salah satu tali earphone dan memasangkannya ke telinganya untuk mengetahui lagu yang sedang Kava dengarkan saat ini. Kemunculan Sienna yang secara tiba-tiba sudah ada di sampingnya membuat Kava langsung tersentak kaget. Sienna pun memberikan senyuman hangat dan tatapan mata yang teduh pada Kava. “Senyumanmu selalu berhasil menena
“Katanya, dia terluka karena aku. Padahal, akulah yang terluka karenanya.” Itulah pengakuan Kava, sebelum akhirnya Kava tertidur di atas pangkuan Sienna di dalam mobil. Sementara Kala mengurus masalah yang sedang Kava hadapi dengan bijak. “Kamu bisa melihatnya bukan, apa yang terjadi pada Sabira? Ha!!?” Victo menunjuk ke arah Sabira yang sedang terbaring di atas ranjang dengan murka. Kala hanya diam saja tanpa mau berkomentar soal kondisi Sabira saat ini. “Aku tidak akan melibatkan kedua orang tua kita, asalkan kamu mau melakukan tiga hal padaku.” “Apa tiga hal yang kamu inginkan dariku?”** “Aku ingin menikahi Sienna.” Kava sudah mengetahui hal itu dari Sienna. Hanya saja, saat keinginan itu diutarakan secara langsung oleh Kala padanya, ternyata Kava merasa sakit dan sulit untuknya merestui hubungan Kakaknya dengan perempuan yang sangat dia cintai itu. Tidak seperti saat dirinya mudah memb
Sienna hanya ingin bermalas-malasan saja sepanjang hari ini. Dia hanya ingin diam di atas ranjang tanpa melakukan apapun, hanya itu saja kegiatan yang sudah dia agendakan untuk dirinya sendiri. Tetapi, suara bel rumahnya terpaksa membuat tubuhnya harus bergerak.Ting-tong... ting-tong... Sienna segera membangkitkan tubuhnya dari atas ranjang di tengah renungannya yang tidak ingin dia akhiri, walau sudah 5 jam lamanya dia hanya membeku di bawah selimut tapi dia tetap ingin berada di posisinya lebih lama lagi. Cklek, Sienna terpaksa menerima kedatangan tamu itu. Tamu yang ternyata adalah Kala. Baik Sienna maupun Kala langsung saling terdiam dengan canggung satu sama lain. “Bolehkah aku masuk ke dalam?” “I-iya. Silahkan.” Sienna mengizinkan Kala masuk ke dalam rumahnya dan Kala pun mengikutinya dari belakang. Saat Sienna mempersilahkannya untuk duduk di atas sofa, tempat biasa Kala
“Apa yang terjadi denganmu?” “Aku ingin mati saja.” Deg! Kala syok sekali begitu mendengar ucapan Kava yang sangat diluar ekspektasinya. “Bolehkah aku bunuh diri saja sekarang juga?” “Kenapa? Apa alasannya sampai kamu ingin bunuh diri sekarang?” “Masa lalu yang tiba-tiba saja menyengat sesekali di dalam ingatanku tentang seorang perempuan yang sangat aku cintai.” Deg! Kala kembali tersentak kaget. Ingatan Kava yang dia pikir akan pulih secara tiba-tiba membuatnya merasa ketakutan. “Tapi, perempuan itu bukanlah Sabira. Bukan dia...” Kava menaikkan wajahnya perlahan lalu menatap Kala dengan lirih dan dengan mata berkaca. “Apa kamu bisa memberitahu aku, siapa perempuan itu?” Kala kebingungan untuk menjawab pertanyaan Kava. Dia tidak bisa memberitahu siapa sosok perempuan itu karena dia juga sangat menginginkan Sienna menjadi miliknya seutuhnya. “Tolong berit
“Argaza tidak bisa menyelesaikan misi itu dengan baik, jadi baiknya dia diganti saja dengan Tuan muda Kava karena di tangannya misi itu akan mudah dia selesaikan dengan baik.” “Pria itu memang tidka berguna.” Kala memekik pelan. “Sudah dari awal aku tidak yakin meletakkan dia pada misi ini sekalipun dia hanya sebagai umpan saja.” Gumamnya, sambil menatap ke luar jendela menara di lantai 35. “Lantas, bagaimana dia bisa lolos dari serangan musuh klien?” Dengan berat hati Bian pun menceritakan kronologinya yang dia ketahui saja. Setelah mengetahuinya, Kala langsung geram dan sangat murka pada Argaza. Saking murkanya, kedua tangan Kala sampai mengepal erat sambil merasakan amarah yang luar biasa atas kebodohan yang telah Argaza lakukan. Tanpa pikir panjang, Kala langsung mendatangi Argaza yang masih berada di kediaman rumahnya. Serangan kemarahan Kala langsung menghantam seluruh wajah dan beberapa bagian tubuh dengan pukulan kuat tangannya. Para pengawa
Ting-tong... ting-tong... Sienna langsung membuka pintu rumahnya begitu dia mendengar bunyi bel berulang kali dengan jeda panjang. Tanpa melihat terlebih dahulu siapa tamu yang datang, Sienna langsung menerima kedatangan tamu itu, tamu yang sangat tidak terduga olehnya. “Halo, Sienna sayang. Apa kabar kamu?” Melihat sosok orang yang ada di hadapannya saat ini membuat Sienna ingin marah dan memakinya habis-habisan, tetapi... Tiba-tiba saja orang itu memeluk Sienna dan mengatakan, “Ibu kangen sama kamu, Sienna.” Sienna tidak ingin mempersilahkan wanita itu masuk, tapi dia juga tidak bisa menolak kehadirannya. Ranum pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah Sienna dan duduk di atas sofa. Sementara Sienna masih dibuat syok oleh kehadiran Ranum yang muncul kembali di depannya secara tiba-tiba. Sienna diam mematung sambil memandangi pilu Ranum yang justru tampak biasa saja, seperti tidak pernah melakukan ke