Share

Bab 6

            “Tante, aku mau resign dari pekerjaan ini.”

            “Apa maksud kamu dengan resign?” Onna masih belum paham dengan ucapan dari salah satu anak emasnya dalam dunia prostitusi.

            “Aku sudah tidak bisa bekerja lagi dengan tante.”

            “Oh. Maksud kamu, kamu sudah mendapatkan mucikari lain?”

            “Bukan, tante. Tapi, aku sudah tidak bisa bekerja seperti ini lagi karena aku sudah menikah.”

            “Kamu pikir aku peduli kalau kamu sudah menikah!?”

            Senja mengerutkan dahinya.

            “Kamu sudah menandatangani kontrak selama dua tahun untuk bekerja denganku. Selama masa kontrak itu belum selesai maka kamu tidak punya alasan untuk berhenti dari pekerjaan ini. Karena pekerjaan ini atas dasar permintaanmu dibawah kuasaku.”

            “Tapi, tan.”

            “Aku tidak peduli. Pokoknya, kamu harus tetap menuntaskan masa kontrakmu denganku, jika tidak...” Onna mendekati telingan Senja. “Aku akan membuat hidupmu menderita.”

            Saat itu juga mata Senja langsung menganga kuat begitu ancaman datang padanya dari wanita yang selama ini menjadi angel untuknya, lantaran Onna selalu bersedia membantu kesulitannya kapanpun Senja membutuhkan bantuannya. Akan tetapi, Senja tidak menyangka kalau hubungan kerjanya dengan Onna sangatlah ketat dan rumit.

            “Malam ini ada klien eksekutif yang menginginkan kamu. Dia hanya ingin dilayani oleh kamu, karena dia tahu kalau kamu tidak akan mau melayani pria yang sama lebih dari dua kali, jadi kamu harus datang ke hotel yang akan aku kirim alamatnya padamu lewat pesan. Ingat! Jangan macam-macam denganku.” Onna pun pergi meninggalkan Senja setelah dia mengingatkan Senja melalui ancamannya.

            Senja langsung menghela nafas kasar dan meneguk cepat sisa whiskey sampai habis tak tersisa, setelah mucikarinya hilang dari pandangan matanya.

            Senja cukup frustasi setelah dia bicara dengan Onna dan ternyata Onna tidak mau melepaskannya lantaran dirinya sudah terikat kontrak.

            “Aku harus bagaimana sekarang? Hampir setiap malam aku harus melayani pria yang berbeda dan sekarang aku sudah menikah. Sudah pasti aku tidak mungkin minta izin untuk keluar malam pada om Kala setiap harinya. Dia akan curiga padaku. Padahal uang yang om Kala berikan padaku sangat aku butuhkan. Jika aku sampai mengatakan soal pekerjaanku yang masih aku lakukan, om Kala pasti akan marah sekali.”

            Kkkrrrkk... kkkrrrkkk...

            Ponsel Senja berbunyi. Sebuah pesan masuk dari tante Onna yang mengirimkan alamat hotel yang harus Senja datangi malam ini.

            Pesan lain pun masuk dari Kala yang mengatakan kalau mereka akan makan malam bersama dengan relasi barunya Kala, karena Kala akan memperkenalkan Senja pada relasinya demi kelancaran bisnisnya.

            “Tamat riwayat kamu, Senja.” Senja merutuki nasibnya yang malah sesial ini.

            Senja bergegas pergi meninggalkan Club untuk segera pergi ke kantor Kala. Dia ingin menemui suaminya dan membicarakan tentang  hal urgent yang sedang dia alami saat ini. Pikirnya, kalau Kala pasti bisa membantunya.

            Tapi, langkah kaki Senja berhenti mendadak ketika dia baru sadar. Kalau bicara dengan Kala tentang masalah yang dia hadapi saat ini hanya akan menjadi boomerang untuknya.

            Di saat Senja tengah dalam kesulitan besar, tiba-tiba saja dia berpapasan dengan seseorang di depan pintu Club.

            “Senja?”

            Senja langsung mengangkat tinggi wajahnya begitu seseorang menyapanya dari dekat.

            “Kara?” Senja sendiri terkejut bisa bertemu dengan adik iparnya di sini. Dia pun segera bangkit berdiri dan merapihkan pakaiannya yang agak berantakan.

            “Lagi ngapain kamu di sini?”       

            “Mmm... main. Eh, habis bertemu teman.” Senja kikuk. Dia hampir saja salah bicara.

            “Kamu biasa datang ke Club ini?”

            “Tidak. Baru kali ini kok.”

            “Ohh...” Kara malah bersedekap, sambil menunjukkan sikap untuk meminta Senja mengatakan hal jujur padanya.

            “Kamu sendiri, mau ngapain ke sini?”

            “Ini sih tempat langganan aku.”  

            “Oh ya?” Senja kaget. Karena sebenarnya Club Van juga tempat biasa Senja nongkrong dengan teman-teman seprofesinya sekaligus tempat dia biasa bertransaksi dengan tante Onna, sang mucikari.

            “Boleh dong kapan-kapan kalau aku mau booking kamu?” Kara tampak mulai menggoda Senja.

            “Ma-maksud kamu apa bicara seperti itu?” Senja mulai panik.

            “Senja... Senja... aku sudah mengetahui semuanya. Siapa kamu, tinggal di mana kamu, siapa orang tua kamu, pekerjaan kamu, bagaimana kamu bertemu dengan kakak aku...”

            “Stop!” Senja sudah tidak sanggup lagi jika harus mendengar deretan informasi yang ternyata sudah diketahui oleh Kara tentang kehidupannya.

            “Kamu panik?” Kara tersenyum menggoda. Dia terlihat senang membuat Senja ketakutan.

            “Tidak.”

Tapi, Senja menunjukkan rasa gugupnya yang tidak pandai dia tutupi dari pria berwajah hampir serupa dengan suaminya.

            “Kalau kedua orang tuaku mengetahui tentang siapa kamu yang sebenarnya, bukan hanya kamu yang akan mendapatkan hukuman tapi juga bang Kala akan dikeluarkan dari ahli waris secara tidak terhormat.”

            “Jadi, kamu sedang mencoba mengancamku?”

            “Bisa jadi. Makanya, kamu jangan main-main denganku.” Kara mendekati wajah Senja, bermaksud untuk semakin menakuti Senja.

            “Apa maksud kamu dengan jangan main-main denganmu? Sebelumnya, kita tidak punya urusan, begitu juga setelah aku menikah dengan Kala. Lagipula, aku perhatikan kalau hubungan kamu dengan Kala tidaklah baik.”

            “Maka dari itu, kartu AS bang Kala ada di tangangku sekarang. Setelah aku kesulitan untuk menjatuhkannya selama ini, maka tidak akan lama lagi aku bisa menggantikan posisinya sebagai pewaris utama Hoster Group.”

            “Haruskah kalian meributkan soal urusan warisan saja? Apa kamu ini benalu?”

            “Kurang ajar kamu menyebutku benalu!” Kara kesal dihina seperti itu. Senyuman sarkas yang semula tampil di wajah tampannya, mendadak berubah sinis.

            “Kalau bukan disebut benalu, lalu kamu disebut apa? Karena kamu terlalu bergantung dengan warisan orang tua kamu, sampai saudara kandung kamu sendiri kamu tusuk secara terang-terangan.”

            “Jangan ikut campur dengan persoalan keluargaku, kalau kamu masih ingin hidup!!”

            Diancam seperti itu tentu membuat Senja langsung takut. Dia pun langsung bungkam dan tidak ingin menggubris perkataan Kara lagi.

            “Kapan-kapan, aku akan menyewamu untuk melayaniku satu malam. Aku ingin merasakan permainan ranjang bersamamu.” Kara mencolek dagu Senja sebelum akhirnya dia berjalan masuk ke dalam Club dan meninggalkan Senja.

            “Oh, shit. Semakin sial saja hidupku setelah Kara mengetahui siapa aku.”

            Senja merasa terancam hidupnya sekarang.

**

Hoster Group Building

            “Bos, ini adalah data-data korban yang harus bos tangani secara langsung.”

            “Berapa dia berani membayarku untuk menghabisi nyawa orang ini tanpa jejak?”

            “Satu triliun.”

            “Sebanyak itu kah? Sekaya apa dia sampai berani membayarku sebanyak itu?”

            “Korban yang harus dihabisi adalah rekan kerja pelaku. Akan ada banyak keuntungan yang akan didapatkan oleh pelaku jika korban berhasil dihabisi nyawanya. Karena mereka menangani tender-tender selama ini secara bersama-sama.”

            “Kapan dia ingin aku melakukannya?”

            “Bukan sekarang, tapi tahun depan.”

            “Masih lama sekali.”

            “Dia ingin membooking anda dari jauh-jauh waktu mengingat ini hanyalah pekerjaan sampingan anda. Dia mengetahui keahlian anda dalam memanipulasi kasus pembunuhan. Makanya, dia berani membayar malah anda dan juga menginginkan anda yang menanganinya.”

            “Baiklah. Aku akan membuat plot planning untuk melakukannya. Setelah selesai aku membuatnya aku akan menunjukkan padanya.”

            “Tapi, dia tidak ingin bertemu dengan anda. Bos hanya akan berkomunikasi dengan pengacaranya saja.”

            “Memangnya siapa dia? Sampai tidak mau aku temui.”

            “Entahlah. Namanya belum pernah saya dan bos dengar sebelumnya.”

            Feeling Kala mendadak menjadi gelisah terhadap klien barunya kali ini.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status