Share

Bab 8

            “Bagaimana nyonya Senja? Apa rasa makanan di Restaurant ini sesuai dengan selera anda?”

            “I-iya, lumayan.”

            Kala melirik tajam ketika Senja menjawab dengan gugup pertanyaan dari istri kliennya. Sikap yang Senja tunjukkan langsung membuat Kala mencurigai dirinya.

            “Perjalanan bisnis kita akan berlangsung selama 3 hari dan selama tiga hari nanti, kita memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk jalan-jalan di sana nanti. Jadi, saya akan mengajak istri saya untuk menikmati kota-kota di Turki. Apa tuan Kala juga akan mengajak istri anda dalam perjalanan bisnis kali ini?” Tuan Helmi bertanya, sambil melemparkan senyuman ke arah Senja yang sejak tadi tidak berani menatap ke arahnya.

            “Entahlah. Saya akan membicarakan dengan istri saya terlebih dahulu.” Kala menjawab, seraya melirik kembali ke arah Senja dengan senyuman kecil.

            Akhirnya, makan malam berjalan dengan lancar. Helmi dan istrinya sudah pergi lebih dulu meninggalkan Restaurant. Sementara Senja dan Kala masih berada di serambi Restaurant.

            “Ayo kita pulang.” Senja mengajak, kakinya segera melangkah untuk pergi ke parkiran.

            Tapi dengan cepat Kala langsung menahannya dengan meraih pergelangan tangan Senja.

Senja pun menoleh dan bertanya, “Ada apa lagi, om?”

“Katakan sesuatu padaku, alasan mengapa kamu terus terlihat gugup selama makan malam tadi?”

Mendengar pertanyaan itu membuat Senja merasa kesal. “Apa hal sesepele itu masih juga harus kita bahas? Ha?”

“Iya. Aku ingin mengetahuinya.”

“Om!!” Senja menarik kasar tangannya dan membanting tangan Kala agar melepaskan genggamannya. “Tidak semua yang aku rasakan harus om ketahui juga! Biar bagaimana pun aku juga butuh privasi. Apa dengan bayaran yang om berikan padaku atas kesepakatan kontrak diantara kita, terus om jadi bisa semena-mena padaku!??” Senja membentak dengan mata menyalang.

Bentakan Senja tentu saja langsung membuat Kala murka. Tidak segan pria bertubuh tinggi dan atletis itu langsung mendorong kuat tubuh kecil Senja hingga terhampar ke dinding penyangga.

“Kamu ini milikku sekarang. Jangan membuat aku mencurigai kamu, apalagi sampai membuatku cemburu. Aku bisa jauh lebih marah dari ini jika kamu sampai tidak patuh dan tidak menjawab semua pertanyaanku padamu dengan baik!!”

Senja langsung tergegau begitu Kala bersikap kasar padanya, bahkan kedua mata Kala menunjukkan kemarahan yang luar biasa terhadapnya. Kelembutan Kala saat pertemuan pertama mereka ternyata jauh berbeda dengan Kala yang sebenarnya.

“Sekarang, katakan. Apa yang membuat kamu merasa gugup saat makan malam dengan klienku tadi!??”

“I-itu karena...” Senja tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya. Pasti Kala akan jauh lebih marah kepadanya setelah dia mengetahuinya nanti.

“JAWAB!!”

Tapi, teriakkan Kala langsung membuat Senja mengeluarkan kalimat yang jujur yang seharusnya tidak dia katakan pada Kala.

“Klien om adalah pria yang pernah tidur denganku.” Senja langsung menurunkan wajahnya setelah dia menjawab cepat pertanyaan Kala.

“Oh, shit!” Kala pun melepaskan tangannya dari dinding, lalu meraup seluruh wajahnya dengan raut marah.

            “Apa jangan-jangan semua klienku sudah pernah tidur denganmu?”

            “Aku tidak tahu. Aku baru melihat klienmu sekali.”

            “Kalau begitu aku akan membunuhnya!” Kala mengatakan dengan nada santai.

            Senja pun langsung tersontak kaget. “Apa!!???”

            “Kalau tuan Helmi pernah tidur denganmu, itu artinya dia mengetahui kelemahanku.”

            “Kalau om merasa malu menikah denganku, lebih baik om menceraikan aku secepatnya.”

            “Tidak bisa!” Kala langsung menolak.

            “Apa hanya karena kontrak pernikahan di antara kita, jadi om ingin kita menyelesaikannya sesuai dengan perjanjian? Begitukah?”

            Kala diam tidak menjawab.

            “Om tidak perlu khawatir. Aku tidak akan meminta uang dari om sepeser pun jika om menceraikan aku sekarang. Asalkan kita bisa sama-sama merasa nyaman satu sama lain melalui perceraian, maka...”

            Kala memotong cepat ucapan Senja sebelum Senja menyelesaikannya.  “Selain kamu telah aku jadikan alat untuk menjadi ahli waris utama dari keluargaku. Alasan lainnya aku ingin mempertahankan pernikahan kita adalah—“ Kala menahan kalimatnya beberapa detik.

Kemudian, dia menatap Senja sangat dalam. Lalu, “Karena aku juga telah menyukaimu sejak malam pertama bercinta denganmu.”

            Senja kerkecut begitu mendengar pengakuan Kala tentang perasaannya terhadap dirinya. Tatapan mata kemarahannya langsung berubah dalam sekejap menjadi tatapan mata kelu.

            “Aku jatuh cinta padamu.” Kala semakin mematrikan perasaannya pada Senja, agar Senja bisa benar-benar mengetahuinya.

            Senja masih membisu. Dia bergeming dan menganggap kalau pengakuan berani Kala tentang perasaannya hanyalah kamuflase saja.

            “Belajarlah mencintai aku. Dengan begitu, pernikahan kita tidak perlu lagi hanya sebatas pernikahan kontrak saja, melainkan menjadi pernikahan sungguhan.” Ucap Kala, menegaskan hal itu untuk meminta balasan perasaan yang sama kepada perempuan yang dicintainya.

            Hanya berselang lima detik dari permintaan Kala untuk balasan cintanya dari Senja, mobil mereka pun tiba. Pelayan Restaurant segera keluar dari mobil dan memberikan kunci mobil pada Kala.

            “Aku masih ada urusan lain, jadi kamu akan pulang dengan mobil lain.”

            Mobil yang dimaksud Kala adalah mobil berjenis SUV dari salah satu koleksi mobil yang dimiliki olehnya. Senja menurut saja, bahkan perintah Kala adalah sebuah kebetulan untuk Senja karena dia harus segera menemui kliennya di hotel terlebih dahulu sebelum dia pulang ke rumah.

            Senja segera masuk ke dalam mobil setelah Kala membukakan pintu mobil untuknya. Tidak bisa dipungkiri kalau pengakuan Kala tentang perasaan cintanya barusan membuat Senja jadi merasa canggung pada pria itu.

            Batin Senja pun berkata, “Kalau memang om Kala jatuh cinta padaku, itu adalah keajaiban abadi. Karena mustahil pria seperti dia bisa jatuh cinta sama perempuan seperti aku.” Senja tertawa sendiri, lantaran dia menyadari siapa dirinya jika harus bersanding dengan pria sekelas Kala.

            Supir yang mengemudikan mobil pun melihatnya melalui kaca depan.

            Menyadari dirinya diperhatikan oleh supir, Senja segera melemaskan senyuman di wajahnya dan dia segera meminta supir untuk mengantarnya menuju hotel. Senja pikir, kalau dia akan bergerak cepat untuk melayani kliennya nanti. Dia tidak akan basa-basi dan akan langsung to the point agar pekerjaannya bisa terselesaikan dalam waktu singkat.

            Setibanya di hotel, Senja meminta supirnya untuk menunggunya sebentar. Dia memberikan uang pada supirnya untuk membeli kopi dan menunggunya di kafe dekat hotel.

            Senja bergegas menemui kliennya di kamar hotel nomer 504. Nafasnya cukup terengah-engah ketika tiba di depan pintu kamar itu. Dia sedikit mengatur nafasnya untuk melegakan tubuhnya beberapa saat, setelah cukup tenang barulah dia mengetuk pintu kamar hotel.

            Saat pintu kamar dibuka, tanpa bicara apa-apa. Orang yang membuka pintu kamar tersebut langsung menarik tangan Senja ke dalam kamar dan menciumi seluruh wajah Senja hingga ke bagian leher Senja.

            Serangan tiba-tiba yang dilakukan oleh kliennya membuat Senja merasa tidak nyaman, karena baru kali ini dia diperlakukan seperti ini oleh kliennya. Apalagi lampu di kamar itu sengaja dimatikan sehingga Senja tidak bisa melihat sosok pria yang telah menyewa jasanya.

            “Berhenti dulu. Tolong berhenti. Kita lakukan pelan-pelan.” senja berusaha melepaskan tubuhnya dari cengkraman pria itu. Tapi, tubuh pria itu terlalu kuat untuk Senja lawan dan membuat Senja pasrah diperlakukan dengan cara apapun oleh pria itu.

            Akan tetapi, Senja mulai panik ketika tubuhnya dihempaskan di atas ranjang dan pria itu mulai menumbuk area intinya. Dengan dorongan kuat yang Senja kerahkan agar bibirnya bisa dia lepas dari ciuman brutal pria itu, Senja berhasil melakukannya.

            “Apa kamu sudah memakai pengaman? Karena saya tidak mau bercinta tanpa pengaman.”

            Pria itu tidak menjawab. Dia malah kembali mencium brutal bibir Senja hingga membuat Senja kesulitan bicara dan melepaskannya.

            Meski tumbukan pria itu tidak kasar, tapi Senja tidak merasakan kenikmatan sedikit pun. Yang dia rasakan justru ketakutan luar biasa lantaran dia tidak bisa merasakan secara pasti apakah pria yang sedang berada di atas tubuhnya sudah memakai pengaman atau belum.

            Ketika pria itu mulai berada dipuncak klimaks, saat itulah Senja langsung mendorong kuat tubuh pria itu dengan kedua tangan dan kakinya sebelum cairan milik pria itu tumpah di dalam area intinya.

Dorongan kuat dari tangan dan kaki Senja mampu membuat tubuh pria itu tersungkur di atas lantai. Senja pun langsung bergegas melompat dari atas ranjang untuk menyalahkan lampu dan melihat sosok pria itu.

            Ketika lampu menyala, betapa terkejutnya Senja begitu mengetahui kalau pria yang barusan menidurinya adalah...

            “Kamu???”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status