“Dia benar-benar ingkar padaku!!”
Sienna menggerutu kesal saat Kala mendadak membatalkan janjinya untuk pergi ke Pantai bersamanya hari ini.
Gerutuan Sienna pun terdengar sampai ke telinganya Kava yang sedang memegang kamera dan memotret pemandangan di sekitarnya.
“Dasar cewek gabut!” Decitnya dengan tawa menyudut ketika melihat Sienna sedang marah-marah sendirian di depan kolam ikan.
Kava pun segera mendekatinya dan mengajaknya pergi tanpa ada basa-basi.
“Ayo, pergi ke Pantai bersamaku!” Ajaknya, lalu berlalu pergi begitu saja.
Tentu saja ajakan Kava mengherankan Sienna yang langsung diam mematung.
Ketika menyadari kalau Sienna hanya diam saja tanpa mengikutinya, Kava pun segera membalikkan badannya dan menghampiri Sienna kembali.
Desahan tawa melihat Sienna hanya diam saja sambil menatapnya dengan datar membuat Kava jengkel. Tanpa ragu, Kava langsung meraih tangan Sienna dan menariknya untuk membawanya pergi ke Pantai bersamanya.
Ajakan itu tidak ditolak oleh Sienna yang semula berpikir kalau ajakan itu hanyalah candaan belaka Kava. Tapi, setelah Kava benar-benar membawanya pergi menggunakan motor sportnya, barulah Sienna mempercayainya dan Sienna pun bisa tersenyum kembali.
Sienna langsung berlari menuju laut sambil berteriak bebas dan memutar tubuhnya di atas deburan ombak laut yang menggulung setengah kakinya.
Melihat Sienna tersenyum sebebas itu membuat Kava berpikir sesuatu tentangnya.
“Sepertinya kamu merasa lebih bahagia bersama Kala daripada bersama orang tua kamu ya?” Kava bertanya setelah mereka bermain-main bersama dengan air laut dan pasir pantai.
“Apa aku terlihat seperti itu?”
“Kamu malah bertanya balik. Padahal yang aku inginkan adalah jawaban dari kamu.”
“Seharusnya tidak.”
“Maksud kamu?”
“Seharusnya aku lebih bahagia hidup bersama kedua orang tuaku yang telah hidup bersamaku selama 18 tahun. Tapi, keadaan tidak memungkinkan untuk membuatku tetap bersama mereka, sehingga aku mencoba mencari cara agar tetap hidup bahagia meski bersama Om Kala.”
“Kalau bukan karena Kala bisa membuat kamu merasa nyaman, aku yakin, pasti kamu tidak akan terlihat sebahagia ini.”
Sienna langsung membenarkan perkataan Kava. Dia mengangguk dengan senyuman setelah mengangkat punggungnya dari atas pasir.
“Saat aku mengetahui dari kamu kalau kalian adalah keluarga Mafia dan Pembunuh bayaran, aku langsung merasa ketakutan. Tapi, setelah Kala menunjukkan perubahan drastis di dalam sikapnya padaku sejak kami menikah, aku jadi merasa sedang bersama keluarga yang harmonis. Kala sangat lembut padaku. Sikapnya mampu menenangkan aku.”
“Keluarga yang harmonis kamu bilang? Hahahahaa...” Kava langsung meledakkan gelak tawa seraya membangunkan punggungnya dari atas pasir lalu duduk di samping Sienna.
Gelak tawa Kava membuat Sienna langsung merengutkan keningnya. “Apa aku salah menilai?”
“Iya, tentu saja kamu salah menilai.” Kava pastikan itu. “Kamu baru saja menikah dengan Kala satu Minggu, mengenal Kala tiga Minggu, dan mendapatkan kelembutan seperti yang kamu katakan padaku dari Kala baru beberapa hari saja. Tapi, bisa-bisanya kamu langsung menilai tentang keluarga kami? Bahkan, sampai detik ini kedua orang tuaku masih belum merestui pernikahan kalian.” Kava tetap meluaskan tawa tanpa suara yang membuat Sienna jadi berpikir keras.
“Lantas, apa salah kalau aku ingin mencintai Kala?”
Pertanyaan itu langsung memutar perlahan kepala Kava dengan kaku.
Setelah matanya menatap Sienna dari samping, Kava pun menegukkan savilanya dengan perasaan keliru.
Lalu, sambil menatap laut di depannya, Sienna kembali membuat pernyataan yang menghentakkan perasaan Kava.
“Aku ingin sekali mencintainya, setidaknya sampai aku melahirkan anak untuknya. Tapi, Kala melarangku untuk tidak mencintainya dan cukup mencintai anaknya saja nanti. Kata-katanya itu terdengar aneh di telingaku.”
Ddrrrr... dddrrr...
Getaran ponsel di atas pasir yang berada di dekatnya langsung melepaskan raut wajah sendu Sienna ketika sedang mencurahkan isi hatinya pada Kava. Dia pun segera mengangkat panggilan telpon itu begitu mengetahui kalau yang menghubunginya adalah Kala.
“Halo, Om Kala?” Sienna menyapa dengan riang.
Kava bisa melihat dengan jelas raut wajah berbeda dari Sienna sebelum dan setelah dia mendapat telpon dari Kala.
“[Di mana kamu sekarang? Kenapa pergi tanpa berpamitan denganku terlebih dahulu?]”
“Aku sedang jalan-jalan ke Pantai bersama Kava.”
Mendengar namanya disebut membuat Kava panik.
“[Kamu pergi bersama Kava?]” Kala sendiri terkejut saat mengetahui itu.
Tapi, Sienna terlalu lugu untuk mengarang cerita. Dia pun mengatakan dengan jujur pada suaminya lantaran dia sudah jera tidak mau berbohong lagi.
“Iya.”
“[Pulang ke rumah sekarang juga!!]”
Nut... nut... nut...
Bentakan suara Kala yang langsung memutuskan panggilan telpon begitu saja membuat Sienna tersentak kaget. Dia pun langsung memaki Kala dengan rasa jengkel yang luar biasa.
“Dasar manusia Bunglon! Manusia metamorfosis!” Sienna mendengus kesal sambil menggenggam erat ponsel di tangannya.
“Jangan memakinya seperti itu jika kamu berniat ingin mencintainya.” Kava berseru dengan senyuman kecil yang meledek Sienna.
“Aku membatalkan niatku itu!”
**
Setibanya di rumah, Sienna dan Kava langsung disambut oleh Bian, Asisten pribadi Kala.
“Pak Bian?” Kava tampak sedikit ketakutan saat melihat Bian berdiri di dekat pintu.
“Tuan muda Kava telah ditunggu oleh Tuan Kala di ruangan kerjanya sekarang. Sedangkan, Nyonya Sienna diminta untuk ke ruang wardrobe untuk fitting gaun dan juga make up.”
Baik Sienna maupun Kava tidak bertanya apa-apa lagi. Mereka menyadari kesalahan mereka sehingga mereka langsung pergi ke tempat tujuan yang sudah diberitahu oleh Bian.
“Kenapa kamu mengajak Sienna ke Pantai tanpa seizin dariku?” Kala langsung memberikan pertanyaan itu begitu Kava sudah berada di depannya.
“Aku hanya ingin menghiburnya saja.”
“Menghiburnya?”
“Yang aku dengar dari gerutuannya tadi pagi karena Kakak telah membatalkan janji dengannya untuk pergi ke Pantai, jadi aku saja yang mengajaknya pergi ke Pantai karena aku luang.”
“Jangan ulangi lagi perbuatanmu itu. Aku bisa menghukummu kalau kamu terlalu ikut campur pada urusanku yang berhubungan dengan Sienna.”
“Kenapa memangnya?” Kava tiba-tiba saja memiliki keberanian untuk membalas ucapan Kala. “Apa Kakak menyukainya? Jatuh cinta pada Sienna, makanya Kakak menjadi posesif padanya?”
“Itu adalah urusan perasaanku.”
“Lantas, bagaimana dengan Aluna? Di saat dia tengah berjuang mati-matian agar bisa bercerai dari suaminya demi bisa kembali pada Kakak, tapi Kakak malah mengkhianatinya. Yang Kakak lakukan sungguh tidak adil untuk Aluna! Lebih baik Kakak mengatakan hal yang sebenarnya pada Mama dan Papa tentang Aluna, sehingga Kakak tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan keturunan dari perempuan muda seperti Sienna!!”
Perkataan Kava membuat Kala ingin sekali menampar wajah Adiknya itu. Tapi, dia tidak bisa melakukannya karena rasa sayangnya terlalu besar pada Kava.
“Aluna hanya bagian dari masa laluku yang tengah aku perjuangkan agar kami bisa kembali. Sedangkan Sienna, dia adalah masa depanku yang akan menjadi penerusku, sesuai dengan wasiat Kakek sebelum Kakek mati di tangan musuh kita. Jika kamu bertanya, mengapa harus Sienna dan bukan Aluna. Mungkin kamu lupa, kalau aku sudah pernah mengatakannya padamu mengenai darah bersih yang mengalir di tubuh Sienna, sehingga aku yang memilihnya untuk melahirkan garis keturunan untuk keluarga kita.”
“Aku tidak percaya dengan cara Kakak memberikan alasan. Kenapa tidak mengaku saja kalau Kakak jatuh cinta pada Sienna?!”
“Kenapa kamu sendiri bersikukuh ingin mengetahui soal perasaanku pada Sienna? Apa hubungannya denganmu?”
Pertanyaan itu membuat Kava langsung skak mat di hadapan Kala yang selalu pandai berspekulasi dalam segala hal, termasuk dalam urusan hati.
Malam harinya, Kala mengajak Sienna untuk pergi menghadiri sebuah acara pelelangan besar.
Keanggunan dan kecantikan Sienna ketika mengenakan gaunnya malam ini membuat Kakak beradik itu merasa terpesona melihatnya.
Alhasil, sepanjang acara pelelangan berlangsung Kala jadi tidak terlalu bisa berkonsentrasi mengikuti acara tersebut dengan baik. Dia gagal beberapa kali untuk mendapatkan barang yang dia inginkan.
Sikap gugup yang terlihat dari Kala terus mendapatkan perhatian dari Kava yang juga ikut menghadiri acara pelelangan itu.
Di tengah acara pelelangan yang belum selesai, tiba-tiba saja mereka mendapat kabar dari Bian kalau Sienna pingsan di depan toilet wanita.
Saat itu juga Kakak dan Adik itu langsung pergi meninggalkan kursi dan berlari menghampiri Sienna dengan sangat khawatir.
***
Langkah kaki Sienna bergerak sangat cepat menuruni banyak anak tangga dari tangga darurat yang ada di Hotel itu. Mengingat waktu yang dia punya tidaklah banyak, Sienna semakin mempercepat langkah kakinya. Setelah menuruni lebih dari empat lantai, akhirnya Sienna bisa menemukan Kava di lantai enam. Sienna pun langsung merasa lega dan langkah kakinya menjadi dia perlambat saat ingin menghampiri Kava yang sedang duduk sendirian di salah satu anak tangga sambil mendengarkan musik melalui eraphone di telinganya. Tanpa memanggil nama Kava lebih dulu, Sienna duduk di samping Kava lalu dia meraih salah satu tali earphone dan memasangkannya ke telinganya untuk mengetahui lagu yang sedang Kava dengarkan saat ini. Kemunculan Sienna yang secara tiba-tiba sudah ada di sampingnya membuat Kava langsung tersentak kaget. Sienna pun memberikan senyuman hangat dan tatapan mata yang teduh pada Kava. “Senyumanmu selalu berhasil menena
“Katanya, dia terluka karena aku. Padahal, akulah yang terluka karenanya.” Itulah pengakuan Kava, sebelum akhirnya Kava tertidur di atas pangkuan Sienna di dalam mobil. Sementara Kala mengurus masalah yang sedang Kava hadapi dengan bijak. “Kamu bisa melihatnya bukan, apa yang terjadi pada Sabira? Ha!!?” Victo menunjuk ke arah Sabira yang sedang terbaring di atas ranjang dengan murka. Kala hanya diam saja tanpa mau berkomentar soal kondisi Sabira saat ini. “Aku tidak akan melibatkan kedua orang tua kita, asalkan kamu mau melakukan tiga hal padaku.” “Apa tiga hal yang kamu inginkan dariku?”** “Aku ingin menikahi Sienna.” Kava sudah mengetahui hal itu dari Sienna. Hanya saja, saat keinginan itu diutarakan secara langsung oleh Kala padanya, ternyata Kava merasa sakit dan sulit untuknya merestui hubungan Kakaknya dengan perempuan yang sangat dia cintai itu. Tidak seperti saat dirinya mudah memb
Sienna hanya ingin bermalas-malasan saja sepanjang hari ini. Dia hanya ingin diam di atas ranjang tanpa melakukan apapun, hanya itu saja kegiatan yang sudah dia agendakan untuk dirinya sendiri. Tetapi, suara bel rumahnya terpaksa membuat tubuhnya harus bergerak.Ting-tong... ting-tong... Sienna segera membangkitkan tubuhnya dari atas ranjang di tengah renungannya yang tidak ingin dia akhiri, walau sudah 5 jam lamanya dia hanya membeku di bawah selimut tapi dia tetap ingin berada di posisinya lebih lama lagi. Cklek, Sienna terpaksa menerima kedatangan tamu itu. Tamu yang ternyata adalah Kala. Baik Sienna maupun Kala langsung saling terdiam dengan canggung satu sama lain. “Bolehkah aku masuk ke dalam?” “I-iya. Silahkan.” Sienna mengizinkan Kala masuk ke dalam rumahnya dan Kala pun mengikutinya dari belakang. Saat Sienna mempersilahkannya untuk duduk di atas sofa, tempat biasa Kala
“Apa yang terjadi denganmu?” “Aku ingin mati saja.” Deg! Kala syok sekali begitu mendengar ucapan Kava yang sangat diluar ekspektasinya. “Bolehkah aku bunuh diri saja sekarang juga?” “Kenapa? Apa alasannya sampai kamu ingin bunuh diri sekarang?” “Masa lalu yang tiba-tiba saja menyengat sesekali di dalam ingatanku tentang seorang perempuan yang sangat aku cintai.” Deg! Kala kembali tersentak kaget. Ingatan Kava yang dia pikir akan pulih secara tiba-tiba membuatnya merasa ketakutan. “Tapi, perempuan itu bukanlah Sabira. Bukan dia...” Kava menaikkan wajahnya perlahan lalu menatap Kala dengan lirih dan dengan mata berkaca. “Apa kamu bisa memberitahu aku, siapa perempuan itu?” Kala kebingungan untuk menjawab pertanyaan Kava. Dia tidak bisa memberitahu siapa sosok perempuan itu karena dia juga sangat menginginkan Sienna menjadi miliknya seutuhnya. “Tolong berit
“Argaza tidak bisa menyelesaikan misi itu dengan baik, jadi baiknya dia diganti saja dengan Tuan muda Kava karena di tangannya misi itu akan mudah dia selesaikan dengan baik.” “Pria itu memang tidka berguna.” Kala memekik pelan. “Sudah dari awal aku tidak yakin meletakkan dia pada misi ini sekalipun dia hanya sebagai umpan saja.” Gumamnya, sambil menatap ke luar jendela menara di lantai 35. “Lantas, bagaimana dia bisa lolos dari serangan musuh klien?” Dengan berat hati Bian pun menceritakan kronologinya yang dia ketahui saja. Setelah mengetahuinya, Kala langsung geram dan sangat murka pada Argaza. Saking murkanya, kedua tangan Kala sampai mengepal erat sambil merasakan amarah yang luar biasa atas kebodohan yang telah Argaza lakukan. Tanpa pikir panjang, Kala langsung mendatangi Argaza yang masih berada di kediaman rumahnya. Serangan kemarahan Kala langsung menghantam seluruh wajah dan beberapa bagian tubuh dengan pukulan kuat tangannya. Para pengawa
Ting-tong... ting-tong... Sienna langsung membuka pintu rumahnya begitu dia mendengar bunyi bel berulang kali dengan jeda panjang. Tanpa melihat terlebih dahulu siapa tamu yang datang, Sienna langsung menerima kedatangan tamu itu, tamu yang sangat tidak terduga olehnya. “Halo, Sienna sayang. Apa kabar kamu?” Melihat sosok orang yang ada di hadapannya saat ini membuat Sienna ingin marah dan memakinya habis-habisan, tetapi... Tiba-tiba saja orang itu memeluk Sienna dan mengatakan, “Ibu kangen sama kamu, Sienna.” Sienna tidak ingin mempersilahkan wanita itu masuk, tapi dia juga tidak bisa menolak kehadirannya. Ranum pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah Sienna dan duduk di atas sofa. Sementara Sienna masih dibuat syok oleh kehadiran Ranum yang muncul kembali di depannya secara tiba-tiba. Sienna diam mematung sambil memandangi pilu Ranum yang justru tampak biasa saja, seperti tidak pernah melakukan ke